Baru kali ini Ustad Fariz merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Akan tetapi, dia tidak bisa menikah dengan gadis yang dicintainya itu. Dia malah menikah dengan wanita lain. Meskipun begitu, dia tidak bisa menghapus nama Rheina Az Zahra si cinta pertamanya itu dari hatinya. Padahal mereka berdua saling mencintai, tapi mengapa mereka kini mempunyai pasangan masing-masing. Bagaimanakah mereka bisa bersatu untuk bersama cinta pertama mereka?
Ikuti kisah Ustaz Fariz dan Rheina Az Zahra untuk bisa bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She_Na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
"Hahahaha....," tawa Ustad Fariz dan Rhea mengiringi angin malam yang berhembus di keheningan malam.
"Kok bisa abis sih Bie, gak dicek ya token nya?" ucap Rhea yang masih terkekeh dengan tangan yang masih melingkar di lengan suaminya.
Ustad Fariz menoleh dan berkata, "Tadi kamu panggil apa sayang?"
"Hah? Em.. eh.. i-itu... ah malu... nanti aja di dalam," jawab Rhea sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
Ustad Fariz membalikkan badan Rhea berhadapan dengannya, kemudian dia memeluk erat badan istrinya itu dan berkata, "Gemes banget sih."
Kemudian Ustad Fariz mencium kening istrinya itu dan mengajaknya berjalan dengan masih memeluk tubuh istrinya.
"Gak jadi dibeliin token nya Bie?" tanya Rhea ketika mereka sudah berada di atas ranjang.
"Besok aja deh, mungkin ini salah satu skenario dari Allah," Ustad Fariz terkekeh sambil menutupi tubuh mereka dengan selimut.
"Eh tapi nanti kalau butuh listrik gimana Bie?" tanya Rhea.
"Iya ya, ya udah aku beliin sebentar ya," ucap Ustad Fariz mengambil ponselnya di nakas.
Kemudian dia melakukan transaksi pembelian token melalui aplikasi.
"Udah, bentar ya aku isi dulu token nya. Kamu disini aja ya sayang," ucap Ustad Fariz seraya turun dari ranjang.
"Bie... ikut....," Rhea berhambur memeluk suaminya.
"Duh yang gak mau ditinggal," Ustad Fariz terkekeh sambil berjalan ke teras rumah.
"Udah, yuk bobok lagi," Ustad Fariz masuk ke dalam rumah lagi dengan berjalan sambil memeluk istrinya.
Setelah mereka dalam posisi tidur, Ustad Fariz teringat akan janji Rhea yang akan memberi tahu tentang panggilan yang diberikan padanya.
"Zahra, sayang, melek dulu sini gak usah pura-pura tidur. Kasih tau dulu sini tadi manggil aku apa," ucap Ustad Fariz yang menghadap Rhea.
"Sayang... sayang...," Ustad Fariz merapikan rambut Rhea yang menutupi wajahnya.
Rhea tidak kuat menahan senyumnya, dia kegelian karena sekarang tangan Ustad Fariz sudah berada di pinggangnya dan menggelitiknya.
"Ampuun Bie... ampuuun...," Rhea tertawa kegelian.
Ustad Fariz menghentikan gelitikannya dan meraih tubuh Rhea untuk berada dalam dekapannya.
"Coba kasih tau apa tadi panggilannya," Ustad Fariz menatap lekat manik mata istrinya.
"Bie, dari kata hubby. Boleh gak?" tanya Rhea yang juga menatap lekat manik mata Ustad Fariz.
"Boleh istriku sayang... Yuk kita bobok. Selamat tidur cinta," Ustad Fariz mengecup kening istrinya.
Rhea malu diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Baru kali ini dia benar-benar merasakan indahnya dicintai dan mencintai.
Dia mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya pada dada suaminya.
Baru kali ini tidur mereka berdua sangat nyenyak. Mereka tidur saling berpelukan dengan sangat nyaman. Hingga suara alarm mengganggu tidur mereka.
Ustad Fariz membuka matanya, senyumnya mengembang ketika melihat Zahra nya sebagai objek utama ketika dia membuka matanya.
Kemudian dia membangunkan Rhea dengan mengecup kedua matanya agar terbuka, dan benar saja kedua mata Rhea sedikit-sedikit terbuka hingga kedua pipinya dikecup oleh Ustad Fariz yang membuat mata Rhea benar-benar terbuka.
"Mandi dulu yuk, abis ini kita shalat bersama," bisik Ustad Fariz di telinga Rhea, kemudian dia mengecup singkat pipi Rhea sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.
Rhea tersenyum melihat kelakuan suaminya yang tidak pernah dia dapatkan dari Andri dulu. Rhea melihat jam di dinding yang jarumnya masih menunjukkan jam tiga.
Kemudian bangunlah dia, untuk menyiapkan keperluan suaminya setelah mandi seperti baju koko dan sarung yang akan dipakai suaminya untuk shalat sehabis ini.
Rhea juga menyiapkan keperluannya untuk dia bawa masuk ke kamar mandi. Kini dia bingung akan memakai baju yang mana, karena semua pakaian yang dia pakai di rumah biasanya sebagian besar baju yang ketat atau minim. Sedangkan gamisnya hanya ada beberapa karena dia belum membelinya kembali. Setelah berpikir panjang, Rhea memutuskan untuk mengambil baju pilihannya.
Ustad Fariz keluar dari kamar mandi dan memakai baju serta sarung yang telah disiapkan oleh istrinya. Setelah itu dia menata sajadah dan menyiapkan mukena yang dia berikan untuk istrinya kemarin.
Rhea keluar dari kamar mandi dan segera memakai mukena yang sudah disiapkan suaminya untuknya.
Ustad Fariz tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari istrinya ketika Rhea keluar dari kamar mandi. Dia benar-benar terpukau melihat penampilan Rhea yang hanya memakai tank top dan hotpant saja, rasanya dia ingin mengurung istrinya itu di dalam rumah saja.
"Bie... udah, ayo kita mulai," tegur Rhea yang melihat suaminya memandangnya sedari tadi mulai dia keluar dari kamar mandi tadi.
"Bie... bie...," ucap Rhea sambil menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah suaminya.
"Eh... e iya, ayo kita mulai," ucap Ustad Fariz tergagap karena kaget.
Astaghfirullahaladzim, Ya Allah... kuatkan iman ku, batin Ustad Fariz sebelum membaca niat shalatnya.
Setelah mereka selesai melakukan shalat, seperti biasa, Rhea mencium punggung telapak tangan suaminya, dan Ustad Fariz pun mencium kening Rhea lama untuk menyalurkan rasa yang ada.
Setelah itu Ustad Fariz mengajak Rhea untuk berbicara di sofa yang ada di dalam kamar.
"Kamu memang biasa pakai baju gini?" tanya Ustad Fariz selembut mungkin agar istrinya tidak tersinggung dengan tangannya yang masih berada di pundak Rhea, memeluknya dengan penuh rasa sayang.
"He eh, kenapa Bie?" tanya Rhea heran dan memandang wajah suaminya.
"Emm tapi gak dipakai di luar rumah kan?" tanya Ustad Fariz kembali.
"Ya enggaklah Bie. Baju-baju kayak gini punyaku banyak, dan dipakainya cuma di dalam rumah aja," jawab Rhea.
"Syukurlah, Hufft..," Ustad Fariz menghela nafas lega.
"Kenapa Bie," tanya Rhea kembali.
"Gapapa. Kamu gak lagi menggoda suami mu ini kan?" tanya Ustad Fariz dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Rhea.
Wajah Rhea merona, dia gelagapan mendapati wajah suaminya begitu dekat dengannya. Rhea mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Kalau kamu berniat menggodaku, kamu berhasil," bisik Ustad Fariz di telinga kanan Rhea yang berhasil membuat Rhea merinding.
Rhea menggigit bibirnya dan menunduk malu. Terlebih lagi saat ini Ustad Fariz malah mengeratkan pelukannya pada tubuh Kiki dan dia terkekeh melihat istrinya yang terlihat malu karena ulahnya.
Kemudian mereka bercerita tentang banyak hal disaat mereka tidak pernah bertemu. Hingga suara adzan subuh terdengar, sehingga membuat mereka menghentikan ceritanya dan beralih untuk mengambil air wudhu dan bersiap menjalankan shalat subuh.
Untuk kali ini memang Ustad Fariz melaksanakan shalat subuh di rumah, karena dia ingin shalat subuh berjamaah dengan istrinya.
Air mata kebahagiaan kembali menetes ketika Rhea mencium punggung tangan suaminya. Dia tidak menyangka jika Ustad idolanya kini menjadi imamnya, imam ketika shalat dan imam dalam rumah tangganya. Setiap alunan ayat yang terdengar dari mulut Ustad Fariz membuat Rhea mengucap syukur dan meneteskan air matanya.
Dengan sangat lembut Ustad Fariz menghapus air mata Rhea. Dia tersenyum menenangkan Rhea seolah berkata semuanya akan baik-baik saja.
Shalat subuh berjamaah untuk pertama kalinya ini mengawali hari mereka dengan harapan rumah tangga yang mereka bangun nanti akan diberi keberkahan dan kebahagiaan serta anak-anak yang sholeh shalihah.
Setelah shalat subuh berjamaah, Ustad Fariz mengajak Rhea untuk mengaji. Tentu Rhea sangat senang sekali karena itu merupakan salah satu keinginannya untuk dilakukan bersama Ustad Fariz jika dia menjadi suaminya. Dan sepertinya ini akan menjadi jadwal rutin mereka untuk mengawali hari.
Pagi ini Rhea sengaja memasak makanan favorit suaminya. Untung saja di kulkas ada bahan makanan yang sepertinya sudah disediakan oleh Ustad Fariz.
Kali ini Rhea memasak rendang dan gulai daun singkong khas padang. Namun ketika dia akan memasak gulai daun singkong, ternyata dia lupa bahwa tidak ada stok sayur tersebut. Sehingga dia kebingungan mencari sayur yang tepat untuk makan rendang.
Ditengah kegelisahannya, Ustad Fariz menghampirinya.
"Zahra, ada apa kok dari tadi aku perhatikan kamu seperti mencari sesuatu," tanya Ustad Fariz menghentikan kegiatan Rhea yang mencari-cari sayur di dalam kulkas.
"Ini Bie, aku udah masak rendang, rencananya mau masak gulai daun singkong, eh ternyata lupa daun singkongnya gak ada. Hehehe...," jawab Rhea cengengesan.
"Owalah... tak kirain ada apa. Kita sarapan nasi goreng aja yuk, rendangnya dimakan nanti aja kalau udah masak gulai daun singkongnya. Oiya, nanti kita ambil di kebun aja daun singkongnya ya," ucap Ustad Fariz sambil tersenyum dan mencubit hidung Rhea dengan gemas.
Kemudian Ustad Fariz mengeluarkan nasi dari magic com dan memindahkannya ke dalam wadah.
"Udah Bie, biar aku aja yang masak," ucap Rhea ketika mengambil alih wadah yang berisi nasi tersebut.
"Karena aku yang punya ide bikin nasi goreng, gimana kalau aku aja yang masak?" tanya Ustad Fariz dengan mengedipkan matanya sebelah.
"Ya ampun genit banget sih suami aku," seru Rhea sambil menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi suaminya. Dan itu membuat mereka terkekeh bersama.
"Emang bisa Bie masak nasi goreng?" tanya Rhea sambil mengupas bawang.
"Mmm... coba aja nanti rasakan," ucap Ustad Fariz jumawa.
"Sepertinya aku ragu deh," ucap Rhea menyindir.
"Awas ya kamu," ucap Ustad Fariz yang secara langsung menggelitik pinggang Rhea sampai perutnya keram.
"Udah Bie, udah... ampuuun...," ucap Rhea disela tertawanya.
"Ya udah kalau gitu kita masak berdua ya," ucap Ustad Fariz setelah menghentikan gelitikannya dan diangguki oleh Rhea.
Kini mereka masak bersama dengan diselingi canda tawa dan kejahilan masing-masing terhadap pasangannya. Setelah selesai memasak, mereka makan dalam satu piring bersama dengan satu sendok untuk bergantian saling menyuapi.
Ide itu berasal dari Ustad Fariz karena dia tadi berhasil menjawab teka-teki yang diberikan oleh Rhea.
"Bie, kenapa sih kita makan sepiring berdua gini, padahal piring kita ada banyak tuh," tanya Rhea asal.
"Biar irit sabun, biar istriku gak capek nyuci," jawab jahil Ustad Fariz.
"Ck, ditanya beneran loh malah jawabane nyeleneh," sindir Rhea seperti dulu biasanya mereka bercanda.
Ustad Fariz berdiri dan membawa piring kotor itu dan berbisik, " Biar romantis."
Seketika pipi Rhea merona, sungguh tak bisa disembunyikan lagi rona di pipinya ini.
"Sayang, apa kamu mau beli gamis dan jilbab mungkin, aku antar ya hari ini," ucap Ustad Fariz ketika sudah selesai mencuci piringnya.
"Mmm... apa kamu gak ngajar Bie?" tanya Rhea yang masih agak canggung karena malu.
"Hari ini aku libur sayang... aku ingin menikmati hariku bersamamu. Mmmm.... bagaimana kalau kita jalan-jalan sekalian beli keperluan kamu?" tanya Ustad Fariz pada Rhea.
"Terserah Hubby aja deh," Rhea berdiri hendak masuk ke dalam kamar karena saat ini suaminya berjalan mendekatinya, sedangkan Rhea masih merasa malu karena bisikan suaminya tadi.
Ustad Fariz tersenyum melihat tingkah malu istrinya, dan dia mengikutinya ke dalam kamar.
"Pakai yang ini aja, cantik kalau kamu yang pakai," ucap Ustad Fariz sambil memberikan gamis yang ada di lemari pakaian Rhea.
Belum hilang rona malu di pipi Rhea, kini dia bertambah malu dengan ucapan suaminya. Sepertinya kini dia harus terbiasa mendengar itu semua dari suaminya.
Setelah mereka berdua ganti pakaian yang warnanya senada meskipun tidak membelinya secara bersamaan, mereka menjadi bahan tontonan penghuni Pondok Pesantren Al-Mukmin karena mereka terlihat sangat serasi sekali.
Ustad Fariz menggandeng mesra tangan Rhea menuju rumah Umi Sarifah. Rencananya mereka akan berpamitan untuk keluar berdua.
Umi Sarifah mengijinkan mereka berdua pergi dengan diiringi doa. Naasnya, ketika mereka akan berangkat, Mirna datang dan memprotes untuk minta diajak pergi berdua dengan Ustad Fariz.
Rhea mengerti posisi suaminya, dia mengatakan tidak masalah jika mereka berdua tidak jadi pergi. Rhea mengatakan dengan senyuman agar suaminya tidak terlalu terbebani.
Namun Ustad Fariz mengerti jika Zahra nya sedang bersedih. Maka Ustad Fariz mengatakan jika dia tidak jadi pergi kemana-mana. Kemudian Ustad Fariz mengajak Rhea untuk mengambil daun singkong di kebun.
"Umi, Mas Fariz gak adil, dia gak mau pergi sama aku," Mirna mengadu pada Umi Sarifah yang masih ada di teras rumah menyaksikan perdebatan mereka.
"Mirna, bukan suamimu tidak adil, Rhea saja mau mengerti posisi suaminya, kamu juga harus bisa mengerti posisi suamimu Mirna," tutur Umi Sarifah.
"Semua pada belain si pelakor itu," ucap Mirna sambil menendang batu di depannya kemudian dia berjalan dan mengomel di sepanjang jalan.
"Astaghfirullahaladzim...," ucap Umi Sarifah sambil mengelus dadanya.
Pemandangan yang sangat membuat semua orang penghuni Pondok Pesantren Al-Mukmin iri, Ustad Fariz dan Rhea berdua memetik daun singkong sambil bercanda. Tawa bahagia mereka mengundang banyak mata untuk melihat kemesraan mereka.
"Kyai... Bu Mirna... Bu Mirna Kyai...," ucap Santriwati yang masih terengah-engah nafasnya karena berlari tergopoh-gopoh menghampiri Ustad Fariz di kebun.
salam kenal dan jika berkenan mampir juga di cerita aku