Major Liutenant Amanda Neville M.D seorang dokter bedah jantung militer sekaligus sebuah anggota keluarga terpandang di Inggris yang kariernya melesat cepat tapi merasa perkerjaannya sangat menyebalkan karena dia harus terjebak Howard Highsmith. Dokter bedah jantung senior rekan kerjanya yang juga adalah ex boyfriendnya yang meyelingkuhinya dengan perawat sexy.
DAN KETIKA kemudian Adrian Hudson seorang laki-laki CEO Euroxp, perusahaan sukses di bidang online tour dan ticketing di Eropa Union. Laki -laki berumur 36 tahun itu sudah terlalu bosan berganti-ganti wanita sepanjang hidupnya. Mereka yang dengan sukarela melemparkan dirinya kepada Adrian karena kekayaannya. Ia tidak pernah berpikir baik tentang wanita.
Bagaimana Adrian melihat Amanda ketika tiba-tiba mereka dijodohkan?
Ikuti kisah romantis mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margaret R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24. A Fight
Adrian berjalan dengan cepat ke mobil. Dan tangannya mengengam pergelangan tanganku dengan erat. Rahangnya mengeras dan wajahnya datar. Dia masih kesal, moodnya tidak baik, kurasa kemungkinan besar dia melihat waktu Gerald merangkulku tadi. Dan baru kali ini aku menghadapi lonjakan emosinya.
"Adrian, jangan berjalan terlalu cepat! Aku memakai heels. Ada apa denganmu!?" dia memperlambat langkahnya. Tapi tetap memegang tanganku erat. Mukanya terlihat kaku saat kami menunggu valley didepan lobby kemudian.
Saat valley datang dia mengajakku masuk ke mobil dengan cepat dan menjalankan mobil dalam diam. Dan beberapa saat kemudian dia parkir mendadak disebuah bahu jalan yang memungkinkan parkir on street.
"Siapa Gerald bagimu Amanda?" Pertanyaan pertama Adrian setelah diam sekian lama tercetus. Adrian memegang setir kemudi dengan keras. Buku-buku jarinya mengeras. Matanya menatap lurus kedepan tanpa menatapku.
"Gerald? Ya Tuhan, dia cuma teman baik, kami tim kerja selama di Afganistan, aku pimpinan tim Medic Udara dan dia wakilnya yang membantu mengarahkan armada MedEvac, aku sudah pernah mengatakannya padamu." Rangkulan Gerald memang tadi agak berlebihan, Adrian pasti melihatnya dan hal itu membuatnya kacau.
"Kenapa dia memandangmu seolah kalian adalah kekasih. Jangan bohong Amanda, aku melihat bagaimana dia menyentuhmu tadi. Kau pernah terlibat dengannya sewaktu di Afganistan?" pertanyaan paling terus terang yang pernah kuterima. Dia sekarang menatapku dan tak mau melepas pandangannya padaku.
"Dia hanya teman baik Adrian, tidak ada apa-apa diantara kami... " aku menghindari tatapan matanya.
"Friend? with a casual sex.That's you mean by friend." Aku diam mendengar perkataannya. Kenapa laki-laki ini punya semacam indera keenam untuk hal semacam ini.
"We just friend Adrian, that's was enough explanation. Kau bisa langsung tanya padanya jika tidak percaya. Gerald juga punya kekasihnya dan akan segera menikah." Aku tidak mau menjawab pertanyaannya sama sekali. Itu hanya sekali dan I'm half drunken that night.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, berarti benar apa yang kukatakan?" Dia belum teralihkan dari pertanyaannya. Sekarang dia memutar tubuhku menghadap kearahnya.
"Adrian! Apa masalahmu? Kami cuma teman!" Kenapa dia menekanku sedemikian rupa. Dia sangat terganggu dengan kehadiran Gerald. Aku masih menolak memandangnya.
"Kau hanya perlu menjawabku, apa kalian tidur bersama.Lihat mataku Amanda!" Nadanya naik, dia membentakku. Mataku langsung memanas. Baru kali ini seorang laki-laki berani membentakku. Aku akan memberikan dia kebenaran yang dia inginkan.
"Apa kau ingat saat itu di Afganistan aku bahkan belum menerima cintamu, kau ingat aku membebaskanmu berhubungan dengan siapa saja, bahkan Liliana bilang dia pernah tidur denganmu. Jika aku punya casual sex dengannya saat itu, aku bahkan belum menerima cintamu. Kau mau tahu, ya aku pernah have a quickie dengannya sekali, when I half drunken, not even a proper sex. Kau puas!?" Aku berteriak karena kesal akan penekanannya, Adrian diam, dia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Kami berdua bertatapan cukup lama dan kemudian ia menyalakan mobilnya.
"Aku kecewa Amanda. Kupikir sikapku sejak malam aku menyatakan cinta padamu sudah jelas dan aku bersedia menunggumu menerimaku. Selama itu aku tidak pernah berpaling darimu. Even for a quickie .... " Aku terdiam sebentar mendengar perkataannya.
"Kau juga pernah berbohong padaku tentang Liliana. Kau bilang tak pernah tidur dengannya. Tapi kenyataannya kau melalukannya. Aku mendengar pengakuannya sendiri."
"Bagaimana kau bisa mendengar darinya?"
"Aku dan dia pernah satu ruangan rias di BBC dan dia berbicara bertemu denganmu saat kau di Thailand dengan assistennya."
"Itu terjadi lama sebelum aku bertemu denganmu."
"Tetap saja kau juga sudah berbohong." Dia menyalakan mobil dan mengemudi dalam diam. Tak membalas perkataanku. Ego laki-lakinya terlukai.
Dia mengantarku kembali ke Mayfair. Adrian tidak bicara satu katapun padaku selama perjalanan. Dan aku tidak merasa bersalah, saat itu aku dan dia belum terikat apapun. Jika itu bermasalah baginya, itu adalah urusannya.
Mobil sudah mencapai depan rumah. Adrian masih tetap diam tak bicara.
"Dan kau sekarang membenciku karena itu?" dia masih diam tak berbicara satu katapun. Aku terpancing untuk membalasnya lebih jauh sekarang.
"Kau tak mau menjawabku? Baiklah Adrian! Kau juga tak memberitahuku kau terlibat dengan bisnis keluargaku sejak awal, sekarang aku bertanya padamu. Aku tak secantik wanita-wanitamu yang lain, kau mencari apa dariku? Apa ini karena ikatan bisnis? Kau bisa jawab?" Pertanyaanku langsung membuat Adrian menoleh kearahku.
"Jadi kau berpikir aku punya tujuan lain denganmu Amanda? Kau pikir aku menyukaimu karena uang keluargamu? Apa aku terlihat begitu rendah sehingga harus mengemis dan terikat pada harta keluargamu? Kau tahu aku pemegang 40% perusahaan baru itu, bagian shareku paling besar dan group perusahaan Neville hanya memegang 30%! Setelah semua penjelasan dan perlakuanku padamu! Kau masih mempertanyakan motifku? Apa kau tak pernah menghargai perasaanku?! Setakut itukah kau bersaing dengan wanita-wanita cantik itu. Apa kau pernah mencintaiku?! Karena jika kau mencintaiku kau hanya melihat padaku, bukan pada pria atau wanita lain!?" Perkataannya menyembur dengan cepat dengan nada tinggi.
Aku mengerjab dan tubuhku mundur mendengar kata-katanya. Kata-kata itu memukulku. Adrian kembali duduk lurus ke kursinya. Kami cuma terdiam tanpa bicara kemudian.
"Turunlah Amanda. Kau dan aku,... kita perlu waktu untuk berpikir." Iya kami perlu waktu. Apa aku mencintainya? Aku tak tahu jawabannya.
Aku turun dan berjalan ke dalam tanpa menoleh kembali. Adrian memacu mobil dengan cepat, dan bannya berdecit kasar saat dia pergi, dia marah besar malam ini.
----•••• ●♡♥♡●••••-----
Sudah dua minggu aku dan Adrian tidak bertemu, bahkan dia tidak pernah mengirim pesan teks apapun padaku sejak pertengkaran kami malam itu. Mungkin dia ingin aku meminta maaf dulu padanya.
Aku sibuk dengan urusan rumah sakit dan beberapa permintaan wawancara, pelatihan medical combat dan beberapa undangan seminar untuk combat medic di Italia dan Jerman dalam waktu berdekatan. Jadwalku pekerjaanku penuh, aku bahkan tak bisa terlalu berpikir tentang Adrian, sementara Howard bahkan bersikap lebih manis lagi padaku saat kami bertemu setelah kepulangannya.
Harga diri Adrian terlalu besar. Dia pasti sakit hati soal Gerald dan tuduhanku padanya. Sementara aku juga merasa tak bersalah karena merasa dia juga tak mengatakan hal sebenarnya padaku.
"Apa aku membuat kau terlibat masalah dengan Adrian?" besoknya Gerald langsung bertanya padaku.
"Dia memang cemburu dan kami terlibat pertengkaran semalam."
"Aku minta maaf Amanda. Aku memang keterlaluan. Perlu aku jelaskan padanya." Gerald tampak merasa bersalah padaku
"Tidak Gerald, nanti aku akan bicara padanya. Setelah semuanya tenang." Jika dia bicara dengan Adrian aku yakin bukannya meluruskan, malah mungkin Adrian akan semangkin membenciku.
Aku ragu apa yang harus kulakukan. Apa aku harus menelepon Adrian kembali dan mencoba meminta maaf padanya, atau menerima Howard kembali yang sekarang begitu menggebu mendapatkanku kembali.
Aku tak bisa memutuskan, sementara kesibukan dan aktivitasku di luar London membuatku kelelahan dan sementara aku mengendapkan semua masalah kehidupan percintaanku.
Aku baru saja mendarat di London setelah menempuh perjalanan dari Hamburg Jerman, Dan masih harus mengurus pekerjaan di rumah sakit.
Sebuah notifikasi berita yang muncul di ponselku saat aku masih berada di taxi. Sebuah berita dengan tagar Liliana Steward. Makan malam romantis dengan Adrian Hudson! Mataku memanas, air mataku jatuh tanpa bisa kutahan.
Jadi dia memutuskan mengakhiri hubungan kami tanpa perlu harus bicara. Tentu saja! Perempuan cantik itu lebih baik buatnya. Kenapa sekarang aku harus menangis lagi karena kalah dengan perempuan superior seperti itu.
Aku sekarang membencinya. Semudah itukah dia menyerah dan meninggalkanku tanpa satu katapun terucap? Dan aku membenci diriku sendiri karena menangis untuknya.
Aku sekarang benci cerita romantis, kenapa mereka harus dimulai dengan manis lalu berakhir dengan menyakitkan seperti ini. Lebih baik tak usah memulainya sama sekali. Dan aku benci wanita cantik, mereka bisa mendapatkan segalanya.
Aku menangis seperti orang bodoh di taxi yang aku tumpangi. Sampai sopirnya keheranan dan bertanya apa aku baik-baik saja.
Tangisanku tak berarti, jika dia tidak memaafkanku karena Gerald, so be it! Aku juga tidak akan meminta maaf karena itu, karena aku merasa saat itu belum menerimanya dan aku bahkan tidak berkomitmen apapun, dan karena dia juga berbohong padaku.
"Amanda, matamu merah." Howard mengomentari keadaaanku ketika dia membawakanku jus. Aku memuaskan diri menangis di taxi dijalanan ditengah hari. Sampai sopirnya yang baik hati itu menepi dan membiarkanku menangis sepuasnya. Bahkan dia memberikanku minum. Tampaknya aku begitu menyedihkan baginya. Yes, I'm loser.
"Aku kurang tidur." Aku hanya menjawab pendek. Aku selesai memeriksa beberapa pasien dan menyelesaikan beberapa pekerjaan dengan cepat dan berniat pulang ke rumah. Aku membersihkan mejaku.
"Kau sudah akan pulang? Perlu kuantar? Kau tidak terlihat baik?"
"Tidak, aku baik, hanya kelelahan Howard. Terima kasih." Dia selalu bersikap baik sekarang. Dia tahu aku punya Adrian tapi dia tetap mencobanya. Jika Adrian memang berniat memutuskan hubungan kami mungkin aku akan menerimanya lagi.
Aku akan segera meluruskan masalah ini. Aku pulang dengan segera, hari ini menjadi hari yang melelahkan. Dan moodku hancur sampai ke dasar. Aku perlu seseorang untuk bercerita.
Apa Bibi ada dikamarnya, aku belum melihatnya setelah pulang, tadi hanya pelayan yang terlihat. Aku perlu memeluknya, dia bisa memberiku saran yang baik.
Aku mengetuk dan masuk ke ruang duduk luasnya. Kadang dia membaca majalah di jam begini atau menonton serial favorite nya, aku selalu menemukannya disini. Tidak ada. Aku melongok ke kamar utama. Juga tidak ada. Bibi mungkin pergi bersama Paman.
Beberapa tabung obat dibiarkan tergeletak di meja riasnya. Obat?! Ini banyak macamnya. Diletakkan dalam sebuah kotak plastik besar. Bibi sedang sakit? Kenapa dia tidak bilang padaku. Dia selalu minta pendapatku kalau dia sakit. Aku bisa meresepkan sesuatu untuknya.
Aku maju dan membaca tulisan di labelnya. Apa ini?
Doxil - Doxorubicin Hydrochloride Liposome
Gemcitabine Hydrochloride
Paclitacle
Melphalan
Alkeran
Obat-obat ini! Aku tak mungkin salah membaca. Walau aku tidak pernah memberi resep obat-obatan ini. Aku tau jelas obat apa ini! Kenapa ini ada disini. Siapa yang minum ini. Bibi? Seluruh tubuhku lemas sekarang!
nagiiiihhhhh
top author 👍👍