Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ²⁴ - one last time
Rifan tak bisa menolak ciuman Alisha. Ia pun membalasnya dengan lembut. Keduanya cukup lama saling berciuman, melumat bibir satu sama lain dalam kehangatan yang membuat waktu seolah berhenti. Sesekali mereka memiringkan kepala agar bisa lebih leluasa menikmati momen itu.
Namun, Rifan yang sempat terbawa suasana segera menyadari keadaan. Ia perlahan menghentikan ciuman itu dan mendorong Alisha dengan hati-hati.
“Jangan lakukan itu lagi! Aku mohon!” ujarnya pelan, menahan napas. Ia lalu melirik ke arah luar yang tampak mulai cerah setelah hujan reda. “Ayo kita pulang,” ajaknya sambil berjalan lebih dulu.
Sementara itu, Alisha hanya tersenyum kecil sambil mengusap bibirnya yang sedikit memerah. Ia kemudian berjalan menyusul Rifan, keduanya berjalan beriringan menuju rumah dengan suasana canggung yang samar-samar manis.
Sejak kejadian itu, perasaan Rifan jadi tidak karuan. Ia terus teringat pada Alisha, terutama pada kehangatan ciuman itu. Bayangan tentang gadis itu terus berputar di kepalanya.
Kini Rifan berada di kamar mandi, berusaha menenangkan pikirannya. Ia merasa menanggung akibat terlalu larut dalam imajinasinya sendiri tentang Alisha. Napasnya tak beraturan, pikirannya penuh gejolak yang sulit dijelaskan.
Sementara itu, di ruang tamu, Alisha baru saja melepas kepergian Dijah yang hendak pergi ke rumah tetangga untuk acara pengajian. Kakek Rifan terlihat tertidur pulas di sofa.
Alisha ingin membuat teh, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Rifan. Namun, langkahnya terhenti ketika seekor tikus tiba-tiba melintas di lantai dapur. Tikus itu bersembunyi di bawah meja tempat Dijah biasa meletakkan gula dan teh.
Alisha menjerit kecil dan langsung panik. Ia terlalu takut untuk mendekati meja itu, apalagi membangunkan Kasman yang sedang lelah. Maka ia memutuskan memanggil Rifan.
“Fan! Rifan! Tolongin aku!” serunya panik di depan kamar mandi.
Rifan kaget mendengar suara itu. “Alisha! Pergi nggak kamu!” jawabnya spontan, bingung antara keluar atau tetap di dalam.
“Ada tikus! Aku takut! Tolong bantu aku ngusir tikusnya!” teriak Alisha sembari memegang gagang pintu.
Tanpa disangka, pintu kamar mandi terbuka. Rifan berdiri di sana dalam keadaan tidak siap, dan suasana jadi kikuk seketika. Alisha terdiam kaku, wajahnya merah padam karena salah tingkah.
“Sial!” umpat Rifan, menutup sebagian tubuhnya dengan cepat. Karena situasinya sudah terlanjur canggung, ia menarik Alisha ke dalam kamar mandi hanya agar orang lain di rumah tidak melihat mereka dalam posisi aneh itu.
Begitu pintu tertutup, suasana hening sesaat. Keduanya saling menatap dengan jarak sangat dekat. Napas mereka bertemu. Tanpa sadar, Rifan kembali mencium Alisha, kali ini dengan dorongan perasaan yang sulit dibendung.
Alisha pun membalas ciuman itu. Mereka tenggelam dalam perasaan yang campur aduk antara cinta, rindu, dan ketegangan. Hujan yang masih menetes dari atap membuat suara di luar terdengar samar, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Rifan membelai wajah Alisha, sementara Alisha membalas dengan genggaman lembut di bahunya. Kehangatan tubuh dan perasaan mereka berpadu, tanpa kata, tanpa logika, hanya ada perasaan yang meluap begitu dalam.
Suasana kamar mandi terasa hangat meski air keran mengalir membentuk bunyi lembut. Di antara aliran air itu, mereka saling memeluk erat, seakan takut kehilangan satu sama lain.
Waktu berjalan tanpa terasa. Hanya terdengar suara napas yang saling berpadu dan gemericik air yang menjadi saksi bisu atas kedekatan mereka malam itu.
Beberapa saat kemudian, Rifan menatap Alisha dengan wajah memerah, kelelahan, namun penuh perasaan. Ia menarik napas panjang dan menatap gadis itu dalam diam.
Keduanya lalu saling berpelukan, berusaha menenangkan diri di tengah keheningan yang mendadak terasa damai. Tak ada lagi kata-kata, hanya detak jantung yang seirama.
Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT...✌️
Ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman manusia diciptakan, meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT...🤫
Pada akhirnya menyesal karena telah menyia²kn org yg dgn tulus mencintaimu apa adanya...😥😰
Terlebih jika kalian tidak dapat bersama karena beragam alasan tertentu. Misalnya saja karena perbedaan ataupun masalah lainnya yang akhirnya membuat kalian memutuskan pergi ke jalan masing-masing.
Namun sekali lagi keadaan menuntut kalian agar satu sama lain benar-benar mengikhlaskan karena tak bisa bersama.
Ketika kamu sudah bisa merelakan segala sesuatu yang kamu senangi, di situlah kamu sudah belajar ikhlas.
Belajar untuk merelakan dan ikhlas akan membuatmu lebih dewasa dan mampu kembali menatap masa depan tanpa beban masa lalu...🤧😭