Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Kecanggungan terjadi beberapa menit saja lalu terdengar suara ketukan pintu terdengar.
"Saddam, ajak isterimu makan." suara bu Setya memanggil.
"Ya bu." jawab Saddam grogi lalu terlepas lah pelukan mereka. "Maaf yank." ucapnya tidak enak hati.
"Iya." jawab Ifah singkat, serba salah! Pipinya merah merona, tidak lupa dia berbalik membelakangi Saddam lalu memegang dadanya yang berdetak kencang. "Jantung, tau situasi dong!" gerutunya dalam hati.
***
Flashback On
"Itu laki-laki gak ada istilah pemalu kalau sudah dikamar berduaan ya pasti bisa jadi singa. Hahaha." ucap tante yang make up Ifah sebelum nikah.
"Benar sekali bun, sama itu suamiku katanya pemalu! Sekalinya kami berdua di kamar sudah langsung menyerang. Hahaha." sahut partnernya yang membahas pembicaraan dewasa padahal masih ada Nayla dan temannya yang mendampingi Ifah.
"Sstt kalian ini bahas hal sensitif, masih ada anak² gadis disini." tegur bunda Amma yang ikut menemani Ifah make up. Ifah terlihat sangat cantik dengan polesan make up tipis natural, bahkan bunda Amma sampai pangling dibuatnya.
"Jarang make up ya?" tanya sang perias. "Enak dipolesnya kayak mudah, baru cantik alami." imbuhnya.
"Rajin berwudhu dan sholat bun." jawab bunda Amma serius.
"Bagus itu, jadi saat begini orang pangling dibuatnya." jawab perias lagi.
Flashback Off
***
Ifah sudah selesai berganti pakaian lalu madan bersama Saddam karena rencana mereka mau jalan² pukul 17.00, menemani keluarga Ifah shoping.
"Besok jadi pulang papa yank?" tanya Saddam saat mereka makan berdua didapur.
"Hhmm makanya sore ini sampai malam mau shoping yank." jawab Ifah sambil makan.
Usai makan mereka bersiap untuk ke rumah sebelah menjemput papa dan yang lainnya.
"Ayo. Mau beli apa de??" tanya Ifah pada Nayla dan Nisa.
"Belum tau kak. Aku pengennya masih mau kumpul disini." ujar Nayla sedih.
"Ya sudah disini saja kalau gitu!" jawab Ifah enteng.
"Kerjaannya gimana?" sahut papa Abdul mengingatkan.
"Kan bisa cuti dulu pa." jawab Nayla mulai berkaca² sebelum berangkat.
"Sudah de, nanti lain kali kesini lagi." jawab Ifah karena dia juga serba salah, memang Nay sudah kerja tapi kalau adiknya masih mau tinggal di Palopo dia pasti senang. Tetapi disatu sisi Nay harus bertanggung jawab!
"Iya." jawab Nay singkat karena mau gak mau dia harus ikut pulang. Papa Abdul datang bersama mami Narti, Nayla, Nisa, Indah, dan Anan (adik bungsu Indah atau adik tiri Ifah). Saudara papa Abdul juga ikut bersama keluarganya.
Akhirnya mereka berangkat dua mobil ke Kota untuk berbelanja sepuasnya mencari tempat murah.
"Ayo beli sendal atau sepatu." ucap Indah semangat. Akhirnya dia mencari keperluannya bersama Nay dan Nisa. Sepupu Ifah atau anak Om Umar tidak ikut mungkin karena pengaruh mabok kendaraan.
"Yank, aku beli apa ya?" tanya Ifah pada Saddam.
"Dari kita saja yank, apa yang kita butuh kan?" tanyanya.
"Gak ada sih. Kalau pengen banyak!" ucapnya manja. Lalu mereka berdua tertawa bersama, kemudian keliling melihat² saja karena niatnya memang hanya menemani keluarga shoping.
Usai belanja mereka shalat dulu baru makan malam di luar supaya gak merepotkan orang tua Saddam.
"Makan di luar saja." usul Mami Narti. "Merepotkan gak enak!" imbuhnya.
"Ya sudah ayo. Nanti kalau lapar ya makan lagi disana." seru tantenya Ifah.
Mereka singgah untuk makan malam di rumah makan sederhana tapi makanannya nikmat luar biasa. Usai makan mereka pulang melewati jalan lingkar untuk melihat indahnya pemandangan laut yang dipinggirnya banyak penjual somay dan aneka ragam cemilan.
"Alhamdulillah sampai di rumah. Capek juga jalan²." batin Ifah, lalu berpamitan pada keluarga untuk istirahat duluan. Mereka berpisah.
"Istirahat miki yank, ku temani dulu keluarga disebelah." ujar Saddam mengantar sang isteri te kamar kemudian dia kembali keluar.
"Bagaimana pa, capek? Kalau capek istirahat saja. Saya permisi ke sebelah." ucap Saddam.
"Sini saja dulu Dam." Ucap sopir yang disewa untuk perjalanan jauh. Saddam duduk berdua diteras bersama sopir.
"Selamat ya pengantin baru." ujarnya.
"Terima kasih Om. Bagaimana perjalanan kesini Om?" tanya Saddam.
"Luar biasa Dam, belum pernah kesana ya?" tanya pak Sopir.
"Belum om. Waktu lamaran itu tidak pergi saya, hanya orang tua, keluarga dan tetangga yang mewakili Om." jawab Saddam.
"Nanti kalau sempat kesana supaya menikmati perjalanan itu." ucap omnya Ifah yang baru datang ikut bergabung.
"Pokoknya mantap!" ujar om sopir lagi.
"Mabok kendaraan saya om kalau jadi penumpang! Kalau jadi sopir aman." ucap Saddam jujur. Lama mereka berbincang kemudian Saddam pamit untuk pulang karena semua butuh istirahat.