Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Jika di perusahan DW COM sedang melakukan review maka berbeda di markas Pendora yang berada di pulau kembar mereka sedang memberes kan sisa kecauan kamarin.
"Bener-bener ya mereka sepertinya ingin menghancurkan pulau ini", ucap Zero yang ikut turun langsung membatu para anak buahnya.
" Betul itu tuan bahkan tambang kita sebagian runtuh, untungnya tidak ada pekerja di dalamnya".
"Tuan Zero bagaimana keadaan Tuan Dark?", tanya seorang anak buahnya.
"Sudah membaik", jawab Zero seadanya, seketika itu dia langsung merasa curiga sebab pertanyaan itu cukup janggal menurut Zero.
Setelah membereskan markas Zero segera menuju area tambang.
Huhh... Untung hari itu Papa sudah meminta para pekerja libur selama 3 hari, gumam Zero dalam hati.
Setelah dari pulau kembar Zero langsung menuju rumah sakit dia akan membahas masalah keadaan tambang pada para pemiliknya.
*******
Sementara di riangan review Daren di buat tercengang dengan jawaban Zahra saat ujian tertulis yang mereka buat.
Hah... Ini gak salah?, Daren bergumam dalam hati. Dia lalu melihat kearah Tuan Wijaya ternyata beliau juga sama merasa heran dengan setiap jawaban yang Zahra tulis.
"Tuan sepertinya nona Zahra tak berkenan menjadi sekertaris tuan muda", Daren berucap setelah mereka cukup lama menyeleksi setiap berkas para kariyawan.
" Ya kau benar dari 20 peserta hanya gadis itu dan temannya yang berminat menjadi Sekertaris Arga"
"Hah... Maksud tuan ada yang menjawab sama dengan nona Zahra begitu?", Daren bertanya dengan serius. Tanpa berkata Tuan Sanjaya langsung menyodorkan hasil ujian tertulis milik Aditya Pradana salah satu teman magang Zahra dari UUD.
" Tapi setau saya kemanpuan Aditya ini lumayan bagus Tuan", Daren berkata sambil membolak balikkan kertas di hadapannya.
"Sepertinya kau tau banyak soal mereka Ren".
" Aditya Pradana ini salah satu penerima beasiswa penuh dari kampus UUD tuan, bahkan tuan muda pernah berkata ingin menjadikan pemuda itu asisten untuk tuan muda Zino".
"Lalu menurutmu siapa yang akan menjadi sekertaris Arga", Tuan Sanjaya berucap sambil menompangkan dagu di kedua tangannya.
"Nona Wita Utari ini nilai nya tinggi dia bahkan sudah berkerja 2 tahun di sini"
"Ya sudah jika begitu gadis itu saja yang menjadi sekertaris Arga, jangan lupa kau bicara lah terlebih dahulu pada Zahra", ucap tuan Sanjaya dia lalu bangkit dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Sementara di kantin hampir seluruh kariyawan bergosip heboh soal calon sekertaris untuk Ceo baru mereka.
"Kira-kira dari divisi mana ini yang akan terpilih"
"Divisi pemasaran ceweknya juga cantik-cantik"
"Cantik doang gak berguna yang di carik itu nilainya"
"Aku dengar sih tuan Sanjaya langsung rang interview", desas desus calon sekertaris untuk Arga menjadi topik hangat di perusahaan itu bahkan Zahra dan Zavina sampai merasa jengah karna hal itu.
" Zah kira-kira siapa yang akan terpilih", Zavina bertanya sambil menyeruput minuman miliknya.
"Entahlah? Yang pasti bukan aku", Zahra menjawab seadanya.
" Semoga bukan wanita ganjen seperti Nadia", Zavina berkata lagi tapi kali dengan senyum mengoda.
"Berani menyentuh milikku berarti mereka bosan hidup", Zahra menyahuti sambil menancapkan garbu pada makannya dengan kuat.
Hal itu membuat Zavina tertawa dia merasa lucu saat Zahra berubah garang.
" Bang Zero udah balik loh, nanti kita pergi kerumah Eyang ya", Zavina mengalihkan pembicaran.
"Kok cepet banget pulangnya emang udah beres?", tanya Zahra mengerutkan dahi.
" Katanya sih ada sedikit masalah". Zahra hanya mengangguk tanda mengerti.
Setelah merasa sudah tak perlu ada yang di bahas keduanya pergi meninggalkan kantin menuju ruangan masing-masing.
******
Sementara itu Aira dan Fadli kini tengah menangani Arga yang tiba-tiba mengalami kejang, untungnya Leo papa Aira datang tepat waktu dengan membawa obat racikan almarhum kakek Parta.
"Mas ini obatnya", Aira menyerahkan sebotol kecil obat yang masih di segel khusus.
Bertahan lah Ga, ingat ada Zahra yang menanti mu, Fadli bergumam sambil menyuntikkan obat pada infus Arga.
" Syukurlah keadaan nya mulai stabil", Aira berucap sambil memperhatikan monitor di sebelahnya.
"Syukurlah", keduanya lalu berpelukkan sebagai tanda syukur. " Zahra tak tak akan kesini hari ini, sebab paman Ardi pulang bersama kakek", Fadli berkata setelah mereka melepas pelukkan.
"Ya waktu magang keduanya tinggal 1 bulan lebih wajar jika mereka akab semakin sibuk.
"Ayo kita keluar, kasian Om Sanjaya dan Tante Amel pasti menunggu hasilnya", Keduanya keluar dengan senyum yang tercetak di bibir keduanya.
Cklek... Begitu keluar Aira dan Fadli tercengang melihat pasangan yang jarang sekali muncul sebab lebih senang berada di luar negri.
"Om Sean Tante Erina", Aira langsung memeluk sang tante erat sebab sudah lama mereka tak bertemu.
" Kok balik Om? Katana mau netap di Korea?", Fadli berucap sambil menepuk bahu Sean.
"Bagaimana lagi ayah mertuaku menyuruhku pulang ke Indo, sebab kabar soal tambang mas di pulau kembar sudah dia dengar".
"Gercep juga pak tua itu ya", Jacob menyahuti dia baru saja tiba bersama Areta sang istri.
"Pah Mah", Fadli menghampiri keduanya tak lupa mencium tangan mereka, tak hanya Fadli ternyata Aira pun sama.
" Kapan acaranya Mas? Kayaknya keduanya makin lengket kayak prangko", Sean berkomentar karna melihat tingkah keduanya.
"Sehabis wisuda si kembar, sebab keduanya ingin menjadi bridesmaid di acara mereka berdua"
"Lagian keadaan Arga belum pulih Kakek ingin sebelum kami menikah Zahra dan Arga bertunangan terlebih dahulu", Fadli menimpali obrolan keduanya.
********
"Pi keadaan tambang cukup mengerikan, sepertinya mereka mengunkan BOM pendam untuk menghancurkan tambang", Zero berkata sambil memperlihatkan hasil survei yang di lakukan.
" Papi akan konfirmasi pada tuan Sanjaya dan juga tuan Nakato"
"Bukannya Kakek sedang Naka sedang sakit ya Pi"
"Jika beliau sakit gak bisa kesini berarti paman mu akan pulang ke Indo sebagai wakilnya", saat keduanya sedang berdiskusi suara wanita yang paling mereka sayangi mengema dari balik pintu.
"Mas, Bang", Renita memanggil keduanya sambil membuka pintu.
" Ayok lah kita makan siang dulu Jacob dan tuan Sanjaya serta Mas Zaidan sudah ada di depan"
Leo mengerutkan kening agaknya dia merasa salah mendengar ucapan sang istri.
"Kok malah bengong? Ayok buruan", Renita menarik tangan Leo agar mengikutinya.
" Zaidan ngapain kesini Mi? Bukannya Ardi pulang ya hari ini?", Leo bertanya sebab dia penasaran.
"Si kembar dan Angle yang mengurus! Mereka kesini sebab ingin membahas soal tambang"
"Tapi Papi belum menghubungi Ayah Nako", Leo berucap lagi dan hal itu membuat Renita menghentikan langkahnya.
" Kalok Papi belum menghubungi Ayah terus bagaimana bisa mereka sudah berada disini", Sahut Renita sambil menatap Leo intens.
"Mana Papi tau Mi", Leo berucap sambil mengangkat kedua bahunya.