[Note : Update jika Author tidak sibuk]
Seorang siswa bernama Ash Kisaragi mendapati dirinya terpanggil ke dunia lain bersama teman sekelasnya. Kala itu mereka bertemu dengan seorang Dewi dan mendapatkan sebuah skill sesuai dengan yang mereka inginkan sebagai bekal ke dunia lain. Namun, berbeda dengan teman sekelasnya Ash mengambil semua skill yang tidak masuk dalam kategori skill petarung.
Setelah perpindahan dunia, Ash langsung pergi meninggalkan teman satu kelasnya. Ternyata ini bukan kali pertama Ash dipanggil ke dunia lain, ia tak ingin menjadi seorang pahlawan dan ingin hidup santai.
Kisah Pahlawan Yang Pernah Mengalahkan Raja Iblis Dan Dipanggil Kembali Untuk Menjadi Pahlawan Sekali Lagi. Namun Dia Menolak Dan Ingin Hidup Bebas Dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 : Masa Pemulihan
Satu hari telah berlalu semenjak terjadinya peristiwa stampede. Ash masih beristirahat di tempat tidur karena tubuhnya masih mengalami nyeri dan energi sihir yang ada di dalam tubuhnya begitu kacau.
-Tok, tok!
Suara ketukan pintu terdengar di pagi hari itu, Luna masuk dengan semangkuk bubur hangat yang memiliki aroma pemikat perut.
"Ash-kun, aku membawakan sarapan," ucap Luna dengan lembut sambil tersenyum manis.
Ash membalas senyuman itu sembari mengatakan, "Terima kasih," dengan lembut.
Ash bangun dan mengambil posisi duduk, ia mencoba meraih bubur yang dibawa oleh Luna dengan nampan, namun...
"Kamu diam saja, oke?" Luna dengan cepat menjauhkan bubur itu dari jangkauan Ash.
Ash memandangi Luna dengan heran.
"Dasar kamu ini... kenapa kamu memaksakan diri?" ucap Luna sembari duduk di samping Ash. Ia mengaduk bubur itu lalu mengambil sesendok sembari meniupnya pelahan agar tak terlalu panas.
"Ayo, buka mulutmu," ucapnya dengan lembut sembari menyodorkan sendok berisikan bubur hangat.
"A- aku bisa makan sendiri... Lu- Luna," balas Ash canggung.
Luna hanya diam dengan senyum penuh makna, saat itu Ash menyadari apa yang ingin dikatakan oleh Luna dari balik senyumnya itu.
Ughh... sepertinya aku harus mencari alasan tentang Erine-sama, batinnya.
Ash dengan pasrah menerima suapan demi suapan bubur hangat dari Luna hingga habis tak bersisa. Setelah selesai makan Luna membereskannya, meletakkannya dekat dengan pintu. Kemudian ia kembali duduk di samping Ash.
"Hei, Ash-kun... Erine-san itu siapa? Kenapa dia sangat dekat denganmu? Dia orang dunia ini, kan?" pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh Luna dengan wajah yang tampak cemberut.
"E- Erine-sama adalah... se-" Ash menjawab dengan penuh keraguan, di dalam otaknya masih memikirkan alasan yang bagus untuk mengelabui Luna.
"Se?" Luna menatap Ash penuh rasa curiga seolah sedang menginterogasi suami yang selingkuh.
"Se... seorang..." masih tergagap, Apa yang harus kukatakan padanya? Tak mungkin aku bilang kalau Erine-sama itu seorang Dewi, kan? Jika aku bilang begitu rahasiaku juga akan terbongkar... Ayolah otak tolong bekerja sama-lah untuk kali ini... batinnya.
Saat itu sebuah ide terlintas dalam otaknya, "Sebenarnya, Erine-sama adalah seorang bangsawan. Saat itu aku pernah menolongnya, itulah kenapa dia begitu perhatian padaku," ucap Ash.
"Hanya karena pernah ditolong dia langsung histeris takut kehilanganmu setelah kembali dari pertempuran?" Luna tak mempercayai kata-kata Ash.
"Entahlah, haha... ha," Ash tak menjawab lagi setelah itu.
"Baiklah aku tak akan menanyakan soalnya lagi, sekarang beritahu aku siapa gadis yang bernama Elvina?" Luna melanjutkan ke pertanyaan lainnya.
Saat mendengar nama itu mata Ash terbelalak, ia langsung melihat wajah Luna dan menatap matanya dengan tajam. Ash memejamkan matanya sembari menghela nafas pendek, "Maaf aku ingin tidur lagi, mataku masih mengantuk," Ash langsung beralasan, berbaring dan menarik selimut.
"Ba- baiklah," saut Luna lirih, ia berjalan keluar dari kamar Ash membawa mangkuk bubur yang telah habis.
Kenapa saat mendengar nama Elvina ekspresinya langsung berubah? Ash-kun terlihat sedih sekaligus marah saat mendengar nama itu, batin Luna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bagian lantai satu terdengar suara yang cukup bising ada begitu banyak orang yang berbondong-bondong datang untuk membeli ramuan serta alat-alat serbaguna yang dibuat oleh Ash.
Para gadis kewalahan akibat lonjakan pelanggan setelah peristiwa stampede. Kala itu untuk mengobati orang yang terluka ramuan buatan Ash sangat berpengaruh dan dapat menyembuhkan orang-orang dalam sekejap sehingga bisa kembali maju bertarung ke garis depan.
Terlebih lagi untuk para penyihir yang selalu menembakkan sihir pasti akan kehabisan mana, namun setelah meminuk ramuan mana mereka dalam sekejap kembali sehingga bisa melanjutkan serangan.
Karena hal itulah toko milik Ash langsung terkenal ke seluruh penjuru kota.
Keriuhan suara dari lantai satu membuat tidur Ash terganggu, ia bangun dan mengambil posisi duduk, melihat ke arah jendela yang terbuka. Membuat cahaya matahari dan angin hangat berhembus masuk ke dalam ruangan.
Lalu muncul sebuah partikel cahaya berwarna emas kecil yang bergerak dan menyatu. "Ah, ternyata kamu sudah bangun," sapa Erine dengan lembut.
"Erine-sama?" Ash cukup terkejut saat melihat Erine tiba-tiba muncul di hadapannya.
Erine tersenyum dan berjalan mendekati Ash, "Hei, aku sudah mengetahuinya."
Ash memiringkan kepalanya ke kanan dengan wajah bingung, "Mengetauhi apa?"
Berdiri di depan Ash, Erine menjelaskan apa yang telah ia ketahui. Sebenarnya kekuatan Ash tidak sepenuhnya disegel melainkan terpecah menjadi tiga bagian yang masing-masing bagian memiliki tiga puluh persen dari kekuatan penuhnya. Karena hal itu sekarang Ash hanya bisa mengeluarkan paling besar sepuluh persen kekuatan sejatinya.
"Kau ingat dengan senjata-senjata milikmu?" tanya Erine.
"Ya, Pedang Suci Durandal, Belati Ganda Amano Habakiri dan Cincin Sihir Anello Brillante," jawab Ash mengingat semua senjata miliknya.
Erine mengangguk lalu melanjutkan penjelasannya.
Kekuatan milik Ash akan kembali jika ia berhasil mendapatkan senjata miliknya, namun lokasi senjata tersebut terpencar dan yang paling dekat sekarang ada di ibu kota kerajaan manusia, Erlasia.
"Hmmm... dengan kata lain kita harus ke ibu kota untuk mendapatkan salah satu senjataku?" ucap Ash menduga-duga.
"Iya, aku juga telah meminta seseorang untuk mencari keberadaan dua sisanya," balas Erine.
"Begitu yah," ucap Ash lirih, ia bangkit dari tempat tidur. "Tapi Erine-sama, aku akan menetap di kota ini selama satu bulan, karena aku sudah terlanjur menyewa toko dan aku juga perlu waktu untuk memulihkan energi sihir yang kacau ini," lanjut Ash menjelaskan situasinya, ia berjalan menuju jendela.
"Ya, aku tak keberatan, lagi pula akulah yang telah memaksamu untuk bertarung lagi," balas Erine.
"Tak perlu tersenyum dengan wajah sedih seperti itu, aku juga tak bisa hidup dengan tenang kalau Dewa Jahat yang Anda bilang itu akan bangkit dan membuat dunia kacau," ucap Ash dengan senyum di wajahnya untuk menghilangkan rasa bersalah milik Erine.
"Yosh! Kalau begitu sudah diputuskan, setelah istirahat satu bulan tujuan pertamaku pergi ke ibu kota!" seru Ash.
Ash yang telah menerima misi dari Erine telah mendapatkan tujuan baru, meskipun pada awalnya dia hanya ingin hidup damai tentram tanpa harus terlibat dalam pertarungan, kini sudah terlibat dalam masalah yang lebih besar. Musuh kali ini bukanlah Raja Iblis, melainkan Dewa Jahat (Majin).
Untuk urusan dengan raja iblis Ash tak berniat untuk ikut campur karena itu adalah urusan teman sekelasnya yang telah dipanggil sebagai pahlawan. Ash akan berfokus dengan apa yang harus ia lakukan, berkelana sebagai pedagang keliling sekaligus menyelesaikan masalah yang tercipta oleh miasma dewa jahat.
Tujuannya kali ini adalah untuk mendapatkan semua kekuatannya kembali.