NovelToon NovelToon
Bara Penjilat

Bara Penjilat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Harem / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chep 'NJune

Mirna Anak seorang Milyuner bernama Tuan Ambarita, Pemilik 5 perusahaan besar dan mampu mengguncangkan Kota itu dengan Kekayaannya.


Sudah hampir 10 tahun, Mirna menikah dengan Harun, namun perjalanan pernikahannya itu selalu mendapat masalah, lantaran Suaminya Harun berambisi untuk menjadi Seorang Milyuner Kaya.


Sehingga Niat untuk ambisinya untuk mengambil alih Semua perusahaan dari Mertuanya itu dan melakukan hal bodoh untuk mendapatkan segalanya, sehingga imbas dari kelakuannya itu pada Istrinya Mirna.


Hingga pada suatu hari rencana Harun dan Anak buahnya itu untuk menggelapkan Aset Anak cabang perusahaan Mertuanya itu terbongkar dengan tidak sengaja.


Harun pun geram, dan Dia melihat seorang Pegawainya menguping disaat Mereka sedang merencanakan Penggelapan itu.


Lantas Dia memanggil Orang itu dan langsung dipecatnya, dan Orang yang malang itu adalah Hilman, Anak hasil hubungan Mertuanya itu dengan Wanita simpanannya yang tidak diketahui oleh Istri dan keluarga Mertuanya it

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chep 'NJune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prasangka dan kekhawatiran

Keterpurukan perasaan Hilman menjadi momok masalah pada Paman Hartono, rasa Iba dan kasihan terselip dalam dirinya, cerita kehidupannya yang kandas itu, yang membuatnya semakin merasa ketakutan di dalam dirinya.

"Apa Aku harus segera membawa Hilman dengan secepatnya?" Tanya Paman Hartono pada dirinya itu dengan perasaan gelisah.

Paman Hartono memandang wajah Hilman, sambil tangannya terus memain- mainkan jarinya itu, ketermenungannya itu membuat pikirannya menjadi pusing dibuatnya, dan tak lama Bibi Luna pun menghampirinya, seraya berkata kepadanya.

"Masih memikirkan Hilman?" Tanya Istrinya Luna pada Paman Hartono dengan rasa ingin tahunya.

Mendengar pertanyaan Istrinya itu, yang membuat perasaannya terenyuh, hatinya seolah menangis bila mengingat penderitaan Hilman, dengan perasaan berat Suaminya Hartono akhirnya menjawab padanya.

"Benar, Aku merasa bingung dengan keadaan Hilman, setelah penderitaan atas kekejaman Harun itu terhadapnya!" Jawab Paman Hartono pada Istrinya Luna dengan tatapan sendunya itu.

Mendengar jawaban Suaminya Hartono dengan kekhawatirannya, lantas Bibi Luna pun berpikir dalam benaknya itu, dan terdengar Dia bicara lagi padanya.

"Aku pun merasa sangat tak tega bila melihatnya, kesedihannya membuat seolah- olah semangat hidupnya seakan mati, coba Kamu perhatikan!" Ucap Bibi Luna pada Suaminya Hartono dengan merasa khawatir.

Setelah mendengar Istrinya itu Luna berkata, lantas Paman Hartono pun tersenyum pada Istrinya itu Luna, lantas Ia pun bicara lagi.

"Benar juga apa katamu itu, nanti biar Ayah coba untuk menghiburnya!" Jawab Paman Hartono pada Istrinya Luna dengan senangnya itu.

Kekhawatiran dan ketakutan yang keduanya rasakan itu, membuat perasaan mereka semakin bertambah sedih, mungkin Hilman adalah tanggung jawabnya dan tak bisa dikesampingkan.

**********

Semua seakan bingung dan khawatir.

Harun tampak sedang berkumpul dengan para Anak buahnya, Mereka mendengar apa yang dikatakan Wanto tentang masalahnya itu, seketika itu pula Harun berkata pada Mereka.

"Jika memang ada seseorang yang menghalangi Kita untuk mencari Hilman, berarti mau bermain- main denganku, ini sudah keterlaluan hingga Anak buah Wanto tidak bisa menghadapinya!" Ucap Harun pada Anak buahnya itu dengan rasa geramnya.

Perasaan Mereka sungguh merasa resah yang sangat mendalam mendengar ucapan Harun tentang Wanto dan Anak buahnya itu, seakan kebingungan atas apa yang terjadi pada Wanto dan Anak buahnya, menurut mereka ini sangat membingungkan, mengingat mereka itu Anak buah yang terlatih, akhirnya Harun pun angkat bicara lagi pada Mereka.

"Sekarang juga Kita harus cepat ke sana untuk membantu Mereka!" Ucap Harun lagi pada Anak buahnya dengan perasaan kesalnya itu.

Mendengar Harun bicara seperti itu, tampak Mereka pun mengangguk, kemudian Mereka pun bergegas bersiap- siap untuk pergi membantu Wanto dan Anak buahnya itu.

"Mungkin Wanto sedang menunggu Kita, karena semua Anak buahnya itu tidak sadarkan diri yang tersisa hanya satu Orang saja!" Ucap Harun pada mereka dengan wajah ditekuknya itu.

Mereka pun akhirnya pergi juga, kini Harun membawa sepuluh Orang Anak buahnya, yang siap tempur untuk membantu Wanto dan Anak buahnya yang sedang tidak berdaya.

*********

Perwira Polisi dan Anak buahnya.

Terdengar Kompol Willy berucap dengan lantangnya sambil berteriak.

“Alangkah malunya mereka itu, kesombongannya kini terlihat hancur, hati dan perasaan Wanto mungkin merasa sakit melihat apa yang terjadi pada Anak buahnya itu.” Ucap Kompol Willy memberitahukan pada Anak buahnya.

Mereka memandang sosok Komandannya itu dengan perasaan bingung, dan melihat wajahnya itu merasa sedikit resah yang membuat situasi hatinya itu semakin merasa tak menentu.

Lalu seorang dari Anak buahnya bertanya pada Kompol Willy dengan merasa penasaran.

"Apa benar Mereka itu tertahan dan tidak melanjutkan rencananya itu, Komandan?" Tanya Anak buahnya itu pada Kompol Willy  dengan rasa ingin tahunya.

Pertanyaan Anak buahnya itu, membuat hati Kompol Willy terdiam, pikirannya seolah kusut, dan batinnya seakan- akan terbakar api dendam memikirkannya, sehingga wajahnya tertunduk dengan menahan kesedihannya itu, dan tidak lama dia pun menjawabnya.

“Kelihatannya Mereka meminta bantuan pada Harun, dugaanku setelah melihat Wanto menelpon seseorang itu, lihat saja Mereka tidak bergerak sedikitpun, dan tampak Wanto tidak tenang seolah sedang menunggu!” Jawab Kompol Willy menjelaskan dugaannya itu.

Ulah Wanto dan pasukannya membuat kesal semuanya, pencarian yang digagasnya itu membuat keresahan dan kekhawatiran dalam diri Mereka, sehingga dengan tatapan dan rasa jengkelnya itu, Kompol Willy pun akhirnya bicara lagi pada Anak buahnya.

"Cepat kalian siap- siap lagi menuju ke pos kalian masing- masing, jangan menunggu bantuan Mereka datang!" Ucap Kompol Willy pada Anak buahnya dengan mengingatkannya.

Serentak Mereka pun menjawab pada Perwira Polisi atasannya itu.

“Kami siap, Komandan!” Jawab Mereka dengan serentak.

Kumpulan pikiran- pikiran Kompol Willy dalam otaknya itu, seakan- akan belum memahami dari apa yang akan dilakukan Mereka itu, sehingga kepusingan di otaknya bertambah parah menggelayuti di benaknya, Dia pun lantas bergumam dalam pikirannya itu.

"Alasan Wanto kemari setidaknya untuk mencari Hikman, lantaran Akulah yang telah membawanya dari tahanan tempo hari itu, sehingga Wanto pun mencarinya ke bukit Larangan ini!” Gumam Kompol Willy dalam hati.

Dia pun menatap langit yang luas, dengan otaknya yang masih memikirkan persoalan ini.

“Masih ada ketidak sejalanan dalam diri Wanto dan Harun, dan dengan berjalannya waktu, mungkin ketidak sejalanan itu bisa membuat Mereka saling bunuh, Ini yang akan Aku manfaatkan sebagai senjata untuk menghentikan pencarian Hilman itu!” Ucap Kompol Willy lagi dengan perasaan bencinya itu.

Kompol Willy menggeleng- gelengkan kepalanya sambil wajahnya ditekuk serta pandangannya penuh amarah, melihat Wanto dan Anak buahnya itu terlihat di hadapannya dari tempat persembunyiannya.

Tiba- tiba Anak buah Kompol Willy berteriak keras memberitahu pada teman- temannya itu.

"Itu Mereka datang, sepertinya Harun membawa Anak buah yang banyak, selalu waspada dan usahakan rencana kita berhasil, mengerti!" Ucap Anak buahnya itu pada teman- temannya yang lain.

Mendengar Anak buahnya itu bicara keras memberitahukan padanya, dengan marahnya lantas Kompol Willy pun bicara pada Anak buahnya Semua.

“Siapkan untuk rencana berikutnya, diusahakan sesuai dengan apa yang telah kita sepakati, usir Mereka agar pergi dengan perlahan untuk menjauh dari Bukit Larangan ini!" Ucap Kompol Willy pada Mereka semua dengan panjang lebarnya menjelaskan pada Mereka.

**********

Kekhawatiran kian muncul.

Tiba- tiba Paman Hartono menyuruh Istrinya Luna untuk melihat ke bawah bukit.

"Coba sekarang kamu lihat ke bawah?" Ucap Paman Hartono pada Bibi Luna menyuruh melihatnya.

Dengan perasaan penasaran di dalam otaknya itu, dia pun menuruti perintah dari Suaminya itu.

Disaat matanya Diturunkan untuk melihat kebawah, Alangkah kagetnya Bibi Luna, tampak pasukan dengan berjumlah sepuluh Orang datang dan yang memimpinnya itu adalah Harun Orang yang sangat dibencinya itu.

"Apalagi yang akan dilakukan mereka itu?, semuanya sudah hancur oleh tangan kejam dirinya itu, dan sekarang Mereka datang lagi dengan niat untuk menghancurkan lagi!" Jawab Bibi Luna pada Hartono dengan perasaan bersedih.

Melihat Bibi Luna menatap dengan linangan air matanya itu, yang membuat perasaan Paman Hartono seakan ikut menangis, kemudian dia pun bicara lagi padanya.

“Wanto meminta bantuan pada Harun, setelah ketiga Anak buahnya itu tidak sadarkan diri!” Ucap Paman Hartono menjelaskan padanya.

Dengan perasaan bertanya- tanya dalam pikirannya, lantas Bibi Luna pun ingin tahu dan bertanya kepada Suaminya itu.

"Kamu tahu siapa yang membuat Anak buah Wanto itu tidak sadarkan diri, Hartono?” Tanya Bibi Luna pada Suaminya merasa penasaran.

Hartono segera menggeleng- gelengkan kepalanya pada Istrinya itu.

“Itu Aku tidak tahu, nanti jika Aku tahu pasti Aku beritahu, sekarang tetap waspada, soalnya perang akan dimulai!” Jawab Paman Hartono sedikit berkelakar padanya.

Sekonyong- konyong Mereka bertiga datang menghampiri Paman Hartono sambil berkata pada Pamannya itu.

“Itu Si Keparat Harun datang bersama sepuluh Anak buahnya itu, untuk membantu Wanto dan Anak buahnya, alasan apalagi Mereka itu begitu ngototnya mencariku ke bukit Larangan ini, bisa jelaskan pada Hilman, Paman?" Tanya Hilman pada Paman Hartono dengan rasa penasarannya itu.

Semua memandang Hikman dengan merasa bingung dibuatnya, ketidaksenangan Hilman pada Harun yang membuat rasa dendamnya bercokol dalam hatinya, sambil menarik nafas yang dalam, Paman Hartono pun segera menjawabnya.

"Sekarang Wanto sudah tidak berdaya pada Harun lantaran kekejamannya, dia mencari kemari lagi itu pasti ide Wanto, karena dia tahu alasan utama pencariannya kemari, tapi memang dugaan Wanto tidak salah bukan, nyatanya memang kita ada disini!” Jawab Paman Hartono yang membuat Hilman pun terdiam.

1
Ramadhan Lukman Hady
Cihuyyy🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!