NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DERITA MEREKA-1

Diyan meringkuk hingga lutut hampir menyentuh dagu, kedua tangan pun mendekap erat tubuh yang menggigil. Dua lapis selimut tebal yang sudah menutup tubuh rasanya masih belum cukup, tetapi di saat yang sama juga terasa terlalu berlebihan.

Seperti ada ribuan jarum es menusuk-nusuk daging hingga tembus ke tulang, Diyan merasakan dingin dan nyeri luar biasa di seluruh tubuh bagian dalam. Sementara itu, panas yang serasa membakar kulit menderanya dari luar. Butir-butir keringat terus merembes dari pori-pori kulit, seperti es mencair.

Semua terjadi begitu tiba-tiba, padahal seharian dia masih baik-baik saja. Berangkat tidur pun belum merasakan tanda-tanda akan sakit.

Apa yang terjadi? Seharusnya aku nggak akan kena demam yang begini parah cuma gara-gara kehujanan.

Perlahan matanya mengerling beker yang ada di nakas, pukul dua lebih, dini hari. Beberapa puluh menit yang lalu dia masih mampu bergerak untuk mengambil selimut tambahan, tetapi sekarang tubuhnya sangat lemas. Diyan terus menggigil, punggung berdenyut-denyut seperti ada benda yang ingin menerobos ke luar. Diyan ingin seseorang menemaninya. Dia tidak ingin sendirian dalam keadaan yang begitu menyiksa.

"Mas Arka, tolong aku." Dia memanggil kakaknya menggunakan telepati. "Mas Arka!"

Di kamarnya, Arka yang baru hendak terlelap setelah lelah memikirkan peliknya nasib Keluarga Gaganantara, tiba-tiba membuka mata dan menatap nanar. Suara adiknya jelas terdengar, bahkan sekarang pun masih. Tidak perlu berpikir atau menerka-nerka apa yang terjadi, dia segera bangun dan melompat dari tempat tidur.

"Aku datang, An."

Dia melangkah lebar-lebar melintasi ruang tengah dan lorong yang hanya berpenerangan temaram.

"Cepetan, Mas. Aku sakit."

"Oke, aku sampai."

Begitu pintu kamar Diyan dibuka, yang terlihat di atas tempat tidur adalah gundukan selimut tebal. Hanya sedikit rambut saja yang tampak menyembul.

"An!"

Arka menghambur masuk, lalu menarik selimut yang menutup kepala. Matanya terbelalak saat melihat wajah sang adik memerah, tetapi bibirnya yang kering malah pucat seperti tidak dialiri darah.

"Mas, sakit." Diyan merintih lemah. Tubuhnya menggigil hebat sampai tempat tidur pun ikut bergetar seperti ada lindu.

Adiknya tidak akan seperti ini bila kondisinya tidak benar-benar teruk. Arka tahu betul itu. Dia pun segera naik ke atas ranjang dan menyelusup ke dalam selimut.

"Astaga!" Dia refleks menarik diri menjauh saat bersentuhan dengan tubuh adiknya yang panas. Dia sudah buru-buru hendak turun dari tempat tidur untuk mengambil air hangat dan handuk untuk mengompres. Namun, tangan lemah Diyan mencengkeram bajunya.

"Jangan pergi," pintanya lirih dengan mata terpejam. Bulu-bulu lentiknya bergetar seperti rapuh membuat Arka kian cemas.

Arka segera meraih tangan adiknya dan menggenggam erat. "Aku ambilkan kompres."

"Dingin ... panas ... sakit ...." Suara Diyan begitu lirih, hampir tidak terdengar.

Tiba-tiba terlintas satu dugaan dalam benaknya, Arka pun meminta, "An, buka matamu."

Bulu-bulu lentik bergetar hebat saat kelopak matanya perlahan bergerak terbuka, seolah mempresentasikan bahwa kondisi Diyan saat ini benar-benar sangat lemah. Penglihatannya kabur, sosok Arka hanya terlihat seperti siluet gelap yang menghalangi bidang pandang.

"Astaga." Arka tersentak. Pertanda apa ini?

Warna mata Diyan kembali menjadi bening keperakan seperti dulu saat masih bayi. Rasa khawatiran Arka semakin menjadi-jadi, tangannya sampai gemetar. Perlahan dia mengelus dahi dan pipi adiknya yang berpeluh.

"Sakit ... sakit banget." Tangan Diyan yang lemas merambat di permukaan seprai, meraba-raba ingin menggapai tangan sang kakak.

Arka pun buru-buru meraihnya lalu menggenggam lembut. "Kemarilah."

Dengan perlahan dan hati-hati, Arka mengangkat tubuh sang adik beserta selimut, mendekapnya erat-erat selagi dia sendiri mengambil posisi duduk lebih nyaman dengan punggung menyandar pada bagian kepala tempat tidur.

Hawa panas dari tubuh Diyan rasanya seperti memanggang kulit, tetapi Arka tidak melonggarkan dekapan sedikit pun karena adiknya terus menggigil dan merintih.

Kepala Diyan menyandar lemas di dada sang kakak dan matanya kembali terpejam. "Ha-us," ucapnya sangat pelan.

Arka menghela napas lega ketika melihat apa yang dibutuhkan ternyata berada begitu dekat. Hanya dengan menjulurkan tangan kanan, dia sudah bisa menjangkau gelas berisi air yang tinggal setengah, dari atas nakas.

"Ini, minumlah." Arka membantu adiknya yang hanya sanggup membuka bibir secelah dan air yang diminum pun tidak banyak, itu juga sudah membuatnya terbatuk-batuk parah.

Arka segera mengembalikan gelas lalu menepuk-nepuk lembut punggung Diyan. Saat itulah dia baru menyadari bahwa di bagian punggung ternyata jauh lebih panas dibandingkan bagian lain.

Apakah begini menyiksa dan menyakitkan jika sayap akan tumbuh? Apa dulu aku juga seperti ini? Kayaknya nggak begitu. Normalnya, setiap bayi altair tercipta sudah lengkap dengan sepasang sayap. Jadi, sepertinya nggak ada proses khusus untuk pertumbuhan sayap seperti Diyan.

Sekali lagi Arka merasa seperti diingatkan bahwa Diyan itu istimewa. Menuruti rasa iba, dia pun menyalurkan sedikit hawa murni ke dalam tubuh adiknya melalui telapak tangan yang sedang mengelus punggung.

Di saat dia sedang berkonsentrasi inilah tiba-tiba hal aneh terlintas di benaknya. Dia melihat bola api terbang ke sana-kemari sangat cepat. Dia juga mendengar suara menggeram yang sesekali diselingi raung kemarahan seolah menggema di dalam kepalanya.

Samar-samar Arka bisa melihat bayangan kepala bertanduk, bertaring panjang, dan matanya berkobar. Seiring dengan bola api yang semakin mendekat, bayangan itu pun semakin terlihat jelas, sangat mengerikan.

"Serahkan dia padaku, Arka. Kembalikan Diyan padaku, anak baik. Arka, kamu mendengarku, bukan? Arka ...."

Konsentrasi Arka pun seketika buyar. Matanya menatap nanar. Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Apa aku sudah membuka hubungan dengannya?

"An ...." Arka menatap wajah adiknya yang sudah tidak lagi memerah. Suara dengkur halus mengalir lembut dari bibirnya yang sudah merona dan sedikit terbuka. "Syukurlah." Dia pun bersyukur sambil mengembuskan napas lega, tetapi sebenarnya hati masih diliputi risau.

Mendekap adiknya semakin erat, wajah sendu dan tatapan sayu membuat Arka semakin tampak seperti orang yang sedang berkabung. Perlahan dia menutup mata dan menghela napas dalam-dalam.

Apa, membawa Diyan ke Mega Dipta ada hubungan dengan pertumbuhan sayapnya? Arka hanya bisa menerka-nerka berdasarkan penalaran paling logis yang menurutnya akan terjadi.

Dia pun bertekad. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan membiarkan iblis itu mengambil Diyan lagi.

Sejenak dia menempelkan pipi kiri ke dahi adiknya yang sekarang hanya terasa hangat dan basah, lalu perlahan membaringkannya kembali. Setelah menyelimutinya, Arka pun mengambil posisi duduk bersila dan memejamkan mata.

Di saat yang sama di ruang bawah tanah rumah tua, lagi-lagi si bola api mengamuk. Melayang-layang sambil berteriak-teriak marah, "Aaarrrggghhh! Sialan! Bocah itu berhasil memutus kontak denganku!"

"Semua ini gara-gara kamu!" Mamat menampar Ambar yang berdiri menantang dengan tatapan tajam.

"Jangan sia-siakan tenagamu yang masih belum pulih, bodoh!" Bhanu Angkara meraung murka pada Mamat. "Aku sendiri yang akan mengurusnya!"

"Ma-maafkan hamba, ya, Ndoro Agung" Mamat mundur menjauh dari Ambar dan merapat ke dinding.

Manik hitam Ambar berkilat oleh cahaya bara yang berasal dari bola api. Dengan dagu sedikit terangkat, gadis itu terlihat sangat angkuh dan tegar. Namun, ketika bola api itu berada tepat di hadapannya dan memperlihatkan bayangan kepala bertanduk, gigi bertaring, dan mata berkobar, wajah gadis itu seketika pucat dan mata membelalak nanar.

"Jangan! Aku mohon jangan lakukan---ughf---" Ambar tidak mampu melanjutkan perkataannya.

Mulut gadis itu terbuka dan lidahnya terjulur ke luar seperti ditarik. Tangannya menggapai-gapai udara kosong seolah ingin menghentikan sesuatu yang telah melakukan itu padanya.

"Aku sudah berkali-kali memperingatkanmu, Ambar, kakakku tersayang," ujaran sinis terdengar mengiringi kemunculan sosok perempuan bergaun hitam yang sepertinya sangat suka mengelus perut.

Mata Ambar melirik tajam padanya, dalam tatapan tajam itu tersirat kecaman dan rasa jijik. Namun, semua itu segera berlalu ketika perempuan bergaun hitam yang tidak lain adalah Srintil, mencengkeram udara dan memutar tangannya ke kiri dan kanan.

1
Aegis Aetna
ninggalin jejak dulu. nanti aku lanjut.
anggita
iklan☝+like👍 utk novel fantasi timur lokal. smoga sukses Thor
anggita
bojonegoro... jawa timur.
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
ALTAIRAEL: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!