Pernah dikhianati oleh cinta pertama membuat Andra Abimanyu patah hati terlalu dalam hingga ia tak percaya lagi akan seorang wanita. Dia menganggap semua wanita sama saja, ahli menyakiti dan suka sekali main hati dengan sekingkuh dan paling utama perkara uang. Andra muak dengan sikap mereka yang sok polos tapi mendewakan uang. Alhasil Andra memilih menjomblo hingga usia 30 tahun.
Dijodohkan beberapa kali oleh sang mama dan keluarganya tak membuat Andra segera menjatuhkan pilihannya. Tak peduli juga ledekan belok yang dialamatkan padanya.
"Mau sampai kapan kamu menolak perempuan? Gak semuanya seperti Faza, Ndra," sudah keberapa kali sang mama menasehati sang putra agar segera melepas masa lajangnya.
"Kamu juga punya adik perempuan, sudah menikah toh dia juga bisa setia pada suaminya," lanjut sang mama frustasi.
Andra hanya diam, lalu menghela nafas pelan. "Mama sabar ya, nanti kalau sudah jodoh Andra datang, pasti Andra juga akan menikah," jawab Andra santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAWABAN
Cafe depan SMA Negeri menjadi pilihan Macha membuat janji temu dengan Andra. Ia sengaja memilih cafe yang dekat dengan area sekolah, agar kalau ada apa-apa masih banyak orang yang ia kenal di sekitar situ, termasuk beberapa pelayan cafe. Maklum hampir tiap hari Mika mengajaknya kemari saat istirahat, bosan dengan jajanan kantin sekolah. Andra juga gak bakal aneh-aneh.
Andra datang lebih dulu, ia sudah duduk manis memilih kursi yang langsung menghadap pintu masuk cafe. Saat Macha datang, Andra hanya diam sambil menatap gadis itu mendekat ke arahnya.
"Maaf, menunggu lama ya?" tanya Macha sembari menarik kursi, lalu duduk di depan Andra.
"Enggak, aku juga baru datang. Ini belum pesan apapun. Mau order apa?" tanya Andra yang memang belum sempat order, sengaja menunggu kehadiran Macha. Tadi sebelum sampai ke cafe, Andra sengaja menunggu Macha dari kejauhan gerbang sekolah. Namun ia melaju ke cafe saat tahu Macha sudah mengendarai motornya, di samping motor Macha ada Mika dan Mikayla yang juga naik motor.
"Jus jeruk saja," Andra mengangguk. Ia memanggil waiters dan memesan minuman dan camilan saja.
"Jadi?" tanya Andra serius. Sungguh tak ada basa-basinya.
"Ehem," Macha gugup ditagih tujuan pertemuan ini. Namun, ia juga tak mau berlama-lama menggantung niatan baik. Dilihat karakter Andra memang berbeda dengan Aldo. "Maaf kalau jawaban penawaran taaruf Mas Andra tidak sesuai dengan harapan Mas Andra."
Jantung Andra sudah berdegup kencang, menyimpulkan bahwa dirinya ditolak. Sangat wajar. Mereka tidak kenal sebelumnya, hanya berdasar kekaguman pada pandangan pertama bisa menawarkan pernikahan, apalagi Macha masih sangat muda untuk membina hubungan yang lebih serius.
"Ouh gak pa-pa," jawab Andra yang sudah tau endingnya bagaimana.
"Gini, Mas. Kita belum kenal sama sekali kan. Penawaran taaruf tentu terlalu cepat bagiku. Alasan dasar penawaran itu muncul aku juga gak tau pasti, hanya saja aku sangat menghargai niat Mas Andra. Aku tanya sekali, Mas Andra serius memberi penawaran itu atau hanya sekedar kagum saja sama aku?"
"Serius. Bahkan kamu perempuan satu-satunya yang aku ajak ke tahap ini, meski kita belum kenal sama sekali."
Macha reflek tersenyum, Andra menjawab begitu manis meski wajahnya lempeng dan serius. "Makasih. Oke aku akan bilang keputusanku. Aku mau menerima tawaran Mas Andra. Alasanku kalau cinta atau sayang enggak sama sekali, karena aku gak mau munafik rasa itu belum ada sama sekali. Aku hanya mempertimbangkan niat Mas Andra untuk serius, setidaknya kalau pun kita punya hubungan nanti Mas Andra sudah bertanggung jawab dengan sebuah pernikahan, bukan pacaran yang hanya membuang waktu."
"Maksudnya kita lanjut taaruf?" tanya Andra memastikan, dan Macha pun mengangguk.
"Tapi aku ingin tahu, konsep taaruf ala Mas Andra seperti apa?" tanya Macha menyamakan persepsi sebelum ke tahap selanjutnya.
"Kita dekat, mengenal satu sama lain, menyatukan visi untuk menikah."
"Emang Mas Andra mau menikah sama aku kapan?" Macha was-was mendengar kata menikah. Ia tahu taaruf kalau berhasil akan berlanjut ke pernikahan, cuma mendengar langsung menikah ada rasa dag dig dug luar biasa.
"Bulan depan gimana? Kelamaan?" Andra menjawab seenak jidatnya. Macha dibuat melongo, hey ini pernikahan loh!
"Mas, Mas paham sadar kan kalau aku belum lulus SMA?"
"Sadar. Cuma kalau nikah kita hanya keluarga, tentu gak ada yang tahu."
"Cepet amat. Gak aku gak mau, gini ya Mas aku mau menerima taaruf karena mau belajar mengenal Mas Andra sambil belajar ujian, masuk kuliah. Aku ingin kuliah dulu, Mas."
"Aku paham, aku izinin kamu untuk kuliah. Aku tidak melarang kamu keluar sama teman-teman kamu. Cuma aku ingin kita lebih cepat halal lebih baik. Kalau hanya taaruf, apa bedanya kita dengan anak SMA lain. Aku tahu kamu gadis berbeda."
Macha terdiam, kalimat Andra memang tegas dan memaksa, tapi sangat benar. Memang lebih baik nikah secepatnya, tapi ya Allah tolong ini bertemu baru berapa kali, langsung nikah. Boleh mundur, Macha tiba-tiba takut dan ingin mundur saja kalau kayak gini keinginan Andra.
"Mas, tapi aku masih belum lulus SMA. Bulan depan saja aku baru ujian kelas XII."
Andra tahu kalau ia semakin menekan Macha, maka akan merusak mood Macha dan bisa saja gadis itu semakin berontak dan membatalkan acara taaruf ini. Beruntung saja Andra sadar, sikap tegas dan otoriternya memang selalu mendominasi, dan seketika ia ingat pesan Yudhistira jangan terlihat memaksakan kehendak Macha, dia sudah terbiasa mandiri dengan pemikirannya, buatlah dia nyaman baru kamu akan bisa mengaturnya sebagi istri sholeha versi kamu. "Udah jangan dipikirkan, kita jalani taaruf saja seperti ini, belajar mengenal pribadi masing-masing. Buat senyaman mungkin agar nanti kalau memang sudah waktunya menikah kita tidak terlalu berat untuk beradaptasi."
Macha semula gelisah akhirnya terdiam, "Santai saja, kita menjalani hubungan dengan santai tapi serius. Aku ingin menjalin hubungan yang sejajar, artinya istri tidak berada di bawah suami tapi istri itu hidup di samping suami. Terbuka lah dengan masalah apapun, kalau tidak suka bilang tidak suka, kalau butuh perhatian dan aku gak peka bilang. Jangan pakai kode karena aku bukan tipe laki-laki romantis."
Macha meringis, begini ya kalau mau menjalin hubungan dengan orang yang jarak usianya terpaut jauh, pembahasannya serius. "Aku khawatir aja, kalau kita nikah cepat sedangkan kenal hanya hitungan menit, nanti Mas Andra kecewa dengan sikap burukku. Apalagi usiaku masih di bawah 20 tahun, masih belum dewasa dan kadang kala masih sangat labil."
Andra mengangguk, "Iya aku akan belajar untuk memahami itu, adalagi?"
"Hem sebenarnya aku juga gak mau menuntut apapun, bagaimana Mas Andra bersikap hanya saja pandanganku soal menikah, aku tuh ingin punya pasangan yang menganggapku ada di setiap moment terutama dalam pengambilan keputusan. Aku ingin punya pasangan yang benar-benar tahu siapa diriku, selalu percaya dan mendukung aku, selalu marah dan penasehat ulung bila aku melakukan kesalahan atau keegoisan. Aku berkaca pada ibuku yang memperlakukan aku layaknya teman. Saat itu, saat aku masih remaja, sifat egois dan berontakku sangat mendominasi, namun ibu tak pernah langsung menghentikan keinginanku, beliau selalu mengajak diskusi tentang baik buruknya keinginanku, bahkan beliau sangat menghormati keputusanku meski beda pandangan dengan beliau. Sehingga, aku sejak remaja sudah diajari ibu untuk think what do you want before doing."
Andra tersenyum, semakin yakin bahwa ia tidak salah memilih wanita masa depannya. Karakter Macha yang unik memang sudah dibentuk sejak dini, alhasil gadis ini punya pendirian kuat. "Kamu ingin aku bersikap seperti ibu dalam menajaga kamu?"
Macha mengangguk, "Dengan cara dan sesuai karakter Mas Andra," ucap Macha yang tetap ingin tahu sikap Andra apa adanya.
"You will get it."
"Alhamdulillah."
cowo pemelihara = sugar Daddy
jangan kebalik Thor 🙏