Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Marah
“Siapa perempuan itu?” tanya Natasha.
“Istri aku.” jawab Kagendra jujur.
“Apa?……” teriak Natasha marah.
Kagendra mengusap tengkuknya resah.
“Maksud kamu apa sih babe?” tanya Natasha tidak sabar.
“Tenang dulu sayang. Akan aku ceritakan semuanya.” Kagendra menuntun Natasha untuk duduk di sofa.
“Cepat ceritakan!” seru Natasha tak sabar.
“Ya kamu tenang dulu. Dengarkan penjelasanku baik-baik.” ujar Kagendra sambil mengecup singkat bibir merah Natasha.
Natasha menyambar tengkuk Kagendra dan mencium lagi bibir Kagendra.
“Hukuman dari aku buat kamu.” ujar Natasha setelah melepaskan bibirnya dari bibir Kagendra. Mata mereka masih berkabut karena gairah
“Kalau hukumannya seperti ini, aku rela kamu hukum selamanya.” ujar Kagendra sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Natasha. Ia hendak mencium lagi bibir Natasha.
“Cerita dulu!” tangan Natasha mendorong dadaa Kagendra.
“Baiklah.” ucap Kagendra mengalah.
Mereka duduk berdekatan dengan tangan Kagendra yang memeluk bahu Natasha dan tangan Natasha yang memeluk pinggang Kagendra.
“Aku menikah karena dijodohkan. Ini permintaan dari kakek aku. Kamu tahu kan aku sangat sayang dan menghormati kakekku. Perempuan tadi adalah cucu dari sahabat baik kakekku. Mereka dulu saling berjanji untuk menikahkan keturunan mereka. Dan beginilah nasib aku sekarang, menikahi perempuan yang tidak aku cintai.” jelas Kagendra.
“Tapi kan kamu sudah berjanji untuk menunggu aku. Orangtua kamu juga tahu kan kalau kekasih kamu itu aku. Kenapa mereka malah menjodohkan kamu dengan perempuan itu.?” tanya Natasha kesal.
“Mereka tahu kalau kamu itu kekasih aku. Dan mereka juga tahu kalau kamu meninggalkan aku untuk mengejar karir kamu. Itulah mengapa mereka memutuskan untuk menjodohkan aku karena mereka berpikir kamu tidak akan kembali padaku.” urai Kagendra.
“Sekarang aku sudah ada di sini. Di samping kamu, siap untuk mendampingi kamu seumur hidupku.” ujar Natasha sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Kagendra.
“Aku janji, aku akan segera menceraikan perempuan itu setelah dia hamil dan memberikan cicit untuk kakekku.” Janji Kagendra pada Natasha terucap dengan mudah seakan ia telah melupakan janjinya sendiri di hadapan Aki dan orangtuanya untuk senantiasa menjaga dan membahagiakan istrinya, Sadiyah.
“Aku tidak rela kamu memiliki anak dari dia.” Natasha merasa cemburu mendengar rencana Kagendra untuk memiliki anak dari istri sahnya.
“Aku mohon pengertian kamu, sayang. Aku janji, hanya kamu yang ada di hatiku.” bujuk Kagendra.
“Tapi aku tidak bisa membayangkan kalian bercintaa.” rajuk Natasha.
“Itu bukan bercintaa, sayang. Karena aku tidak mencintai dia. Aku hanya menunaikan kewajiban aku untuk memberikan cicit untuk kakekku dan cucu untuk orangtuaku.” bujuk Kagendra.
“Tapi kan…..” Natasha mencoba memprotes sebelum akhirnya Kagendra kembali mencium bibir Natasha. Ia merasa selalu haus akan rasa dari bibir Natasha. Kerinduannya selama lebih dari empat tahun ingin ia curahkan saat ini juga.
“Kamu tahu sayang, setelah aku menikah selama hampir dua bulan. Aku tidak pernah sekalipun menyentuh istriku itu.” jujur Kagendra.
“Tapi akhirnya kamu akan menyentuh dia juga.” sesal Natasha.
“Aku terpaksa, sayang.” bujuk Kagendra.
“Pokoknya aku minta kompensasinya.” rajuk Natasha.
Kagendra mengecup bibir Natasha. “Ini DP nya dulu.” kekeh Kagendra.
“Aku lapar sayang.” ujar Natasha dengan suara manjanya.
“Kita makan di restoran favorit kita.” ajak Kagendra. Ia melupakan kebiasaan yang sudah ia lakoni selama sebulan ini. Makan siang dengan masakan yang dibuatkan istrinya sendiri. Seakan rantang makanan yang hadir dengan cantik di atas meja dekat sofa itu tidak terlihat oleh matanya.
Natasha mencium pipi Kagendra. “I love you, babe.”
Kagendra menatap wajah cantik Natasha dan tersenyum. Hatinya terasa sangat bahagia bertemu kembali dengan kekasih hatinya.
Sudut mata Kagendra melihat rantang makanan yang sebulan ini setia menemani makan siangnya. Ia teringat dengan Sadiyah, yang sudah menjadi istrinya sejak dua bulan yang lalu. Istrinya yang selama satu bulan ini, setiap harinya mengantarkan makan siang untuknya.
Kagendra menatap wajah cantik Natasha. Hatinya kembali goyah. Ia masih sangat meyakini jika cintanya itu milik Natasha. Ia ambil rantang itu dan menyerahkannya pada Rudi, sekertarisnya.
“Rud, nih makan siang buat kamu.” tawar Kagendra.
“Terima kasih, Pak.” Rudi menerima rantang yang diberikan Kagendra. Ia merasa heran kenapa bosnya itu memberikan rantang berisi masakan buatan Sadiyah, istri bosnya itu pada dirinya. Kemudian Rudi melihat Kagendra bersama tamunya yang cantik itu berjalan sambil berpelukan dengan mesra.
“Astaghfirulloh, itu si Bos malah peluk-pelukan sama perempuan yang bukan istrinya. Sudah punya istri yang cantik dan sholehah tapi masih tergoda oleh wanita jadi-jadian seperti itu yang memakai pakaian dengan bahan yang kekurangan. Dasar si Bos tidak tahu bersyukur.” gumam Rudi, sekertaris yang sudah menemani selama empat tahun itu.
Rudi bekerja pada Kagendra ketika Kagendra mulai bangkit dari keterpurukannya karena ditinggal pergi oleh Natasha. Jadi Rudi tidak pernah mengenal siapa itu Natasha.
********************
Sepanjang siang itu, Sadiyah meluapkan emosinya dengan membersihkan semua sudut unit apartemen hingga mengkilap. Setelah selesai bersih-bersih, Sadiyah beranjak ke dapur untuk membuat makan malam. Ia memasak beberapa macam masakan. Ia meluapkan emosinya sekarang pada masakannya.
Setelah selesai masak, Sadiyah menatap hasil masakannya. Ada sayur sop ayam, ayam teriyaki, capcay, goreng udang tepung, dan oseng tauge.
“Astaghfirulloh. Aku masak banyak banget. Ini siapa yang akan makan. Biasanya kalau makan malam, Aa cuman makan sedikit.” ringis Sadiyah.
Kemudian Sadiyah teringat dengan tetangganya yang ia kenal dari pertemuan bulanan para penghuni gedung apartemennya. Walaupun biasanya para penghuni gedung apartemen itu kurang bersosialisasi, berbeda dengan para penghuni di gedung apartemennya yang rutin mengadakan pertemuan selama satu bulan sekali untuk saling mengenal. Walaupun tidak sedikit juga yang tidak menghadiri pertemuan.
Sadiyah berkenalan dengan Rika, seorang ibu muda yang tingal satu lantai dengannya. Rika tinggal bersama dengan suami dan anak perempuannya yang baru berumur dua tahun.
Sadiyah berpikir mungkin Rika belum sempat masak karena sibuk mengurus anak batitanya. Ia memasukan sayur sop, capcay, oseng tauge dan goreng udang ke dalam rantang. Ia hanya menyisakan ayam teriyaki untuk Kagendra. Ia teringat kalau Kagendra suka masakan yang masih hangat dan fresh. Biarlah ia nanti akan membuat lagi oseng-oseng sayur untuk Kagendra.
Ting tong….
Sadiyah memijit bel di depan pintu unit tempat tinggal Rika.
Rika membuka pintu unitnya dan melihat Sadiyah yang menenteng dua bungkusan besar.
“Ada apa Teh, sore sore begini berkunjung?” tanya Rika heran. Rika memanggil sadiyah teteh karena Rika lebih muda dari Sadiyah dan Sadiyah yang meminta Rika untuk memanggilnya teteh agar lebih akrab.
“Teteh masak kebanyakan. Terus Teteh pikir kalau Rika gak sempat masak. Ya sudah Teteh bagi masakan Teteh buat Rika. Semoga suka.” Sadiyah membuka satu rantang besar berisi sayur sop, kemudian membuka rantang tiga susun yang berisi capcay, goreng udang, dan oseng tauge.
Mata Rika terbelalak melihat banyaknya makanan yang dibawakan oleh Sadiyah.
“Ini Teteh masak buat sendiri atau buat pesta?” tanya Rika bercanda.
“Teteh tadi kesurupan jin lapar, jadi masaknya begini ini.” jawab Sadiyah asal.
“Makasih banget, Teh. Kebetulan memang Rika belum masak. Ada Abangnya Rika juga yang berkunjung kesini. Tadinya mau pesan makanan saja. Alhamdulillah sepertinya takdir kalau Teteh masak banyak dan membaginya buat Rika.”
“Alhamdulillah, jadinya kan gak mubazir.” ujar Sadiyah.
“Sini Teh, Rika kenalin sama Abangnya Rika.” Rika menggandeng Sadiyah menuju ruang tengah.
Tampak seorang ayah muda yang sedang bercengkrama dengan anak perempuannya. Tegar nama ayah muda itu adalah suami dari Rika. Di sampingnya duduk seorang laki-laki berusia awal 30 tahun an.
“Eh, ada teh Iyah.” sapa Tegar. “Apa kabarnya, Teh?”
“Alhamdulillah, baik.” jawab Sadiyah.
Walaupun usia Tegar lebih tua dua tahun dari Sadiyah, tapi tegar memanggil Sadiyah dengan sebutan teteh mengikuti sebutan yang digunakan oleh Rika, istrinya.
“Teh Iyah ngirim banyak makanan, Kak. Jadi kita tidak usah order makanan buat makan malam.” Rika memberitahu suaminya ihwal Sadiyah yang mengirim makanan.
“Abang, sini.” Rika memanggil abangnya agar mendekat.
“Teh, kenalkan ini abangnya Rika. Namanya Guntur.” Rika memperkenalkan abangnya pada Sadiyah.
“Halo Bang. Kenalkan saya Sadiyah, tetangganya Rika.” ucap Sadiyah memperkenalkan dirinya pada Guntur sambil menempelkan kedua tangannya di depan dadanya.
Guntur yang hendak menyalami Sadiyah menarik kembali tangannya yang sudah terulur karena melihat Sadiyah yang menangkupkan kedua tangganya di depan dadaa.
“Saya Guntur. Saya abangnya Rika yang ceriwis ini. Nice to meet you” Guntur tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.
“Nice to meet you, too.” balas Sadiyah.
“Ka, Teteh pulang dulu ya. Takutnya suami Teteh keburu pulang.” pamit Sadiyah.
“Iya, Teh. Makasih banyak ya Teh atas kirimannya. Teteh memang dewi penolong banget.” ujar Rika.
“Semoga kalian suka dan cocok dengan masakannya Teteh.” harap Sadiyah sambil tersenyum.
**************
semangat