Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARAPAN
“Silahkan menunggu di bangku sebelah sana Pak, Buk, dan tunggu panggilan berikutnya, terima kasih.” Ucap ramah yang melayani pendaftaran.
Setelah tadi mereka mengambil nomor antrian untuk dokter umum Nadin di arahkan ke sebuah bangku berjejer yang sangat ramai pengunjung yang juga akan melakukan pemeriksaan. Pada samping kirinya ada sebuah tempat bermain anak-anak, di sana terdapat perosotan sebatas lutut dewasa, bola-bola kecil warna-warni yang di tuang ke sebuah wadah berbentuk bundar seolah-olah seperti kolam bola untuk pemikiran seorang anak-anak.
Ada dua anak laki-laki yang sedang asik bermain, dari apa yang Nadin lihat kedua bocah itu sama sekali tidak saling kenal, terbukti dari sikap cuek keduannya meski sedang berada di tempat yang kecil. Melihat sebuah kegembiraan tersebut tanpa sadar Nadin mengelus perut ratanya, dalam hati ia memanjatkan doa semoga ia lekas mendapat kebahagiaan yang seperti itu.
Lamunan Nadin buyar ketika tangannya di tarik oleh Reno yang mengatakan nomer antriannya sudah terpanggil.
“Ayo” Reno menuntuk pelan-pelan istrinya seolah barang antik yang tidak boleh tersentuh orang lain.
“Mas, aku takut.” Cicit Nadin yang berada di belakang suaminya.
Ini bukan yang pertama Nadin asam lambung dan harus berakhir di puskesmas ataupun rumah sakit, tapi kali ini ia benar-benar tidak nyaman dengan suasana di situ. Entah karena sakitnya atau karena memang ada sesuatu yang tidak menerima dirinya di sana.
“Kenapa takut, kita paling cuma di kasih obat seperti biasanya.” Jawab Reno sebelum mengetuk sebuah pintu yang tertutup rapat.
“Permisi dokter.” Mereka berdua masuk dan di persilahkan duduk untuk di tanyai beberapa yang harus Nadin jawab.
Di situ ada seorang dokter yang sangat fokus sedang memandang layar komputer dengan kertas di tangan kirinya, sesekali ia manggut-manggut seperti mendapat jawaban dari pertanyaannya sendiri.
“Saya alihkan ke ruangan dokter kandungan ya Buk, karena sepertinya dia yang paling paham dengan gejala yang Ibuk rasakan.” Ucap dokter itu tiba-tiba yang semakin membuat was-was perasaan Nadin.
Tidak hanya Nadin, Reno yang berdiri di sisi kanan Nadin juga merasa takut, ia berfikir mungkinkan sakitnya Nadin ini berhubungan dengan kandungannya, bahkan saking jauhnya pikiran Reno ia sampai membatin, apa karena ini, kita susah punya keturunan.
“Apa sakit saya berhubungan dengan kandungan saya Dok?” Tanya Nadin yang mampu mewakilkan isi pikiran dari Reno.
“Saya tidak bisa memberi tahunya karena mungkin saja saya salah, jadi lebih jelasnya silahkan Bapak dan Ibu cek terlebih dahulu.” Jawab dokter itu yang tidak melepas senyumannya.
Mereka berdua ke luar dari ruang pemeriksaan umum dengan raut muka yang hampir menjelaskan isi pikiran mereka yang sejalan. Nadin dan Reno di minta untuk duduk kembali sebelum di panggil.
Tiba giliran nama Nadin yang di panggil setelah seorang ibu-ibu dengan perut besarnya baru saja keluar dari ruangan. “Mas, jangan-jangan aku hamil.” Celetuk Nadin yang berjalan mendahului suaminya.
Tanpa Nadin sadar ucapan asalnya benar-benar membuat Reno yang mendengarnya menjadi terkejut. Kenapa tidak terpikirkan sejak tadi, Reno membatin sendiri dengan sedikit harapan saat mendengar ucapan Nadin. Sesampainya di dalam ruangan, Nadin duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk pasien konsultasi, sedangkan Reno berdiri di samping istrinya senantiasa menemaninya.
“Dengan Ibu Nadin, Benar?” Nadin mengangguk mendengar dokter wanita itu berkata. “Jadi bagaimana keluhannya Bu?” Lanjutnya memandang Nadin dengan senyuman.
“Em.. Itu Dok, saya sejak tadi pagi petang terus muntah-muntah Dok.” Jawab Nadin yang memandang ragu dokter wanita di depannya, pasalnya ia seperti sedang salah masuk ruangan.
“Apa sebelumnya sudah ada gejala mual di pagi hari atau waktu tertentu Buk?” Dokter bername tag Ismi – terus menanyai Nadin yang bingung akan menjawab apa.
Hening untuk beberapa saat, Nadin mengingat kembali hari-hari kemarin, ia memang sudah beberapa hari sering merasa mual tapi tidak sampai memuntahkan isi perutnya, dan ia sangat yakin jika itu di sebabkan karena sakit mag yang kambuh, terbukti saat perutnya ia isi dengan bakso yang super pedas pagi harinya ia langsung muntah-muntah tiada henti.
“Maaf Dok, tapi sepertinya ada kesalah pahamanan, meski saya kemarinnya sedikit merasa mual tapi saya yakin karena mag saya yang kambuh, soalnya saya muntah-muntah hebat setelah makan pedas kemarin malam.” Jelas Nadin.
Tanpa Nadin tahu di belakangnya, Reno justru sedang berdebaran perasaannya, ia harap-harap cemas berharap Nadin benar-benar hamil. Berbeda dengan Nadin yang tidak berpikir sampai sejauh itu, ia justru terus menyangkal jika ia itu sebenarnya sedang sakit asam lambung.
“Apa sudah pernah pakai testpack Buk, dan apa saat ini sedang telah haid.” Dokter itu terus memojokkan Nadin dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia coba sangkal.
Hening kembali, Nadin tengah mengingat kapan terakhir kali ia haid. Nadin baru menyadari jika tanggal perkiraan haidnya sudah terlewat jauh. Dokter yang dapat membaca raut muka Nadin hanya bisa tersenyum, dasar pasutri muda, batin dokter itu.
“Saya kasih vitamin dan obat untuk mengurangi rasa mual ya Buk, untuk lebih jelasnya lagi silahkan cek terlebih dahulu dengan testpack.” Kini dokter tersebut menyodorkan sebuah vitamin dan obat.
“Baik Dokter, terima kasih.” Nadin dan suaminya yang sejak masuk tadi tidak ada suaranya berjalan ke luar untuk pulang.
Di perjalan pulang Reno tak henti-hentinya terus tersenyum sambil sesekali melirik istrinya yang sejak masuk mobil sudah memejamkan mata untuk mengganti jam tidurnya tadi pagi. Reno tidak berani berharap lebih tapi jika memang benar Nadin sedang mengandung anaknya maka akan benar-benar bahagia. Tanpa membangunkan Nadin yang sepertinya tengah pulas di dalam tidurnya, Reno memilih mampir ke salah satu apotik yang ia lewati saat perjalanan pulang, dengan langkah percaya diri dan mengesampingkan rasa malu Reno menanyakan sebuah testpack pada penjaga apotik.
“Silahkan ada yang bisa di bantu Mas?” Sambut penjaga apotik dengan dandanan menornya dan kesan centil saat menanyai Reno.
Reno sama sekali tidak peduli dengan gerak-gerik wanita yang mencoba mencari perhatian itu. “Saya mau nyari testpack Mbak.” Ujar Reno yang seketika merubah raut muka penjaga apotiknya.
“Oh, ada banyak pilihan Mas, mau yang seperti apa?” Tanya mbak-mbak itu yang sudah berganti dengan suara rendah.
Reno menggaruk kepalanya karena ia sendiri sama sekali tidak paham hal beginian, wanita yang melihat kebingungan dari Reno berinisiatif untuk mengambilkan contohnya. Empat jenis testpack kini sudah berada di depan Reno, semuanya memiliki bentuk dan merek yang berbeda-beda.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅