NovelToon NovelToon
Cahaya Ditengah Hujan

Cahaya Ditengah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: 1337Creation's

"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.

Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?

Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka yang selalu ada

Bab 23: Luka yang Selalu Ada

Pagi itu, Aditya bangun lebih awal dari biasanya. Udara segar masuk melalui jendela kamar tempat ia tidur, dan cahaya matahari pagi menerangi sudut ruangan. Tempat tidurnya bersih dan nyaman, jauh berbeda dari kasur tipis di rumahnya dulu. Ia masih merasa canggung tinggal di rumah Bu Lastri, tetapi perlahan ia mulai terbiasa.

Dari luar kamar, terdengar suara ketukan lembut di pintu.

"Aditya, sudah bangun? Sarapan sudah siap."

Itu suara Tante Lita. Aditya segera bangkit, merapikan selimut, lalu membuka pintu.

Di meja makan, sudah tersaji sarapan lengkap—nasi goreng, telur dadar, dan segelas susu hangat. Rian dan Aldi sudah duduk di sana, tampak asyik mengobrol.

"Ayo, makan dulu sebelum ke sekolah," kata Tante Lita dengan senyum hangat.

Aditya duduk dan mulai makan dengan tenang. Tidak ada suara bising seperti di rumahnya dulu, tidak ada tangisan adiknya yang kelaparan, tidak ada suara makian tetangga. Semuanya terasa damai.

Setelah sarapan, ia bersiap-siap pergi ke sekolah. Saat ia hendak mengenakan sepatunya di dekat pintu, Tante Lita datang dan menyerahkan selembar uang kepadanya.

"Ini uang jajannya, Aditya."

Aditya menerima uang itu dan langsung terkejut. Sepuluh ribu rupiah.

Tangannya gemetar memegang uang itu. Sepuluh ribu…?

Di rumah, ibunya biasanya hanya memberinya seribu atau dua ribu rupiah, bahkan sering kali ia berangkat sekolah tanpa uang sama sekali. Ia hanya bisa melihat teman-temannya membeli jajanan, sementara ia duduk di sudut kelas menahan lapar.

Ia menatap Tante Lita dengan ragu. "Tante, ini… terlalu banyak."

Tante Lita tersenyum. "Tidak, ini wajar. Semua anak di sini mendapat uang jajan segitu. Kalau kamu butuh lebih, jangan sungkan bilang ke Tante, ya?"

Aditya mengangguk, masih merasa tidak percaya. Bagaimana rasanya membeli jajanan tanpa harus menghitung sisa uangnya berkali-kali?

Setelah berpamitan, ia berjalan ke sekolah dengan hati yang sedikit lebih ringan.

Ejekan yang Selalu Menghantui

Begitu sampai di sekolah, suasana kelas sudah ramai seperti biasa. Anak-anak berlarian, bercanda, dan ada beberapa yang sudah mulai makan jajanan mereka.

Aditya berjalan ke bangkunya, tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat sesuatu di papan tulis belakang kelas.

Tulisan besar yang ditulis dengan kapur putih:

"Bayu Prasetyo ❤️ Rini

Tapi cintanya dikhianati"

Aditya merasa dadanya mencelos. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras.

Ia tahu siapa yang menulis itu.

Aris berdiri di dekat papan, tertawa puas bersama gengnya. Ia menoleh ke arah Aditya dan berkata keras-keras, "Hei, Aditya! Lihat, nih! Ini kisah cinta orang tuamu! Hahaha!"

Teman-teman sekelas yang lain ikut tertawa, beberapa berbisik-bisik sambil menatap Aditya dengan ekspresi mengejek.

Aditya merasakan darahnya mendidih. Kenapa mereka selalu mengejek ibunya? Kenapa mereka terus membahas ayahnya yang sudah pergi?

"Hapus tulisan itu," kata Aditya, suaranya bergetar menahan marah.

Aris tertawa lebih keras. "Kenapa? Malu, ya? Kasihan banget bapakmu ninggalin ibumu!"

Teman-teman Aris ikut bersorak. "Wah, pantas aja miskin! Ditolak sama bapaknya sendiri! Hahaha!"

Aditya tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia berjalan cepat ke arah Aris dan berusaha merebut kapur dari tangannya.

Aris dengan sengaja menghindar dan malah menekan kapur itu lebih keras ke papan, membuat tulisan semakin jelas.

"Lihat! Sekarang makin besar tulisannya! Hahaha!"

Aditya menahan napas, matanya mulai panas. Ia tahu, jika ia melawan, Aris bisa saja menghajarnya lagi seperti sebelumnya.

Tapi kali ini, ia tidak bisa diam saja.

Dengan cepat, ia merebut penghapus di meja guru dan menghapus tulisan di papan tulis itu. Tangannya bergerak cepat, menghapus setiap huruf yang menghina ibunya.

Tapi sebelum ia sempat menyelesaikan semuanya, Aris menendangnya dari belakang.

BRUKK!

Aditya jatuh ke lantai, kapur dan penghapus terlempar dari tangannya. Anak-anak lain bersorak, tertawa, sementara Aris berdiri di atasnya dengan angkuh.

"Dasar anak miskin! Cuma bisa ngemis dan menghapus kenyataan!"

Aditya bangkit perlahan, menahan rasa sakit di lututnya. Ia menatap Aris dengan tajam.

"Aku nggak peduli kalau ayahku pergi. Aku nggak butuh dia. Dan aku nggak akan membiarkan orang sepertimu menghina ibuku."

Aris terdiam sejenak, lalu tertawa sinis. "Sok kuat! Tapi tetap aja kalian miskin, kan? Hahaha!"

Guru tiba-tiba masuk ke kelas, dan semua anak buru-buru kembali ke tempat duduk masing-masing. Aris mundur, pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Aditya berdiri di sana, menggenggam penghapus yang masih ada di tangannya.

Ia menghela napas panjang. Ia harus menjadi lebih kuat.

Untuk dirinya sendiri. Untuk ibunya. Untuk Nayla.

1
Nurrosi Qolby
ini kenapa sedih dan sial terus menerus ya
Ana Akhwat
Terlalu banyak dramanya Thor akhirnya pembacanya banyak yang eneg/Pray//Pray//Pray/
♪Ace kei jett♪: Halo para pembaca setia,

Terima kasih banyak sudah mengikuti cerita ini hingga sejauh ini. Aku sangat menghargai setiap masukan dan komentar kalian, termasuk kritik yang membangun. Aku sadar bahwa beberapa dari kalian merasa bahwa dramanya terlalu banyak sehingga agak melelahkan untuk dibaca.

Aku ingin meminta maaf jika bagian itu membuat pengalaman membaca kalian kurang nyaman. Di bab-bab selanjutnya, aku akan berusaha mengurangi unsur drama yang berlebihan dan lebih fokus pada inti cerita utama agar alurnya lebih mengalir dan tetap menarik untuk dinikmati.

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan dan kesabaran kalian. Kritik dan saran kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Semoga kalian tetap menikmati kelanjutannya!

Salam,
[Penulis]
total 1 replies
Hennyda Wati Gmanik
Biasa
Hennyda Wati Gmanik
Buruk
Yati Syahira
cape bacanya
♪Ace kei jett♪: "Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar! Maaf kalau bab ini terasa panjang dan bikin capek bacanya. Aku bakal jadikan ini sebagai masukan supaya ceritanya tetap enak diikuti tanpa kehilangan esensinya. Tapi aku tetap apresiasi banget kamu sudah sampai di sini. Semoga bab-bab selanjutnya lebih nyaman dibaca. Makasih lagi!"
total 1 replies
Yati Syahira
aduuh masa bodoh diem saja di injak injak begitu bisa panggil bosya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!