Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama belajar
Yura rebahan di atas sofa depan TV mengganti siaran TV itu dengan abstrak, Karena jenuh menunggu kepulangan Aidan. Iya, sejak pulang dari kafe siang tadi Yura sengaja duduk disana untuk menunggu kepulangan Aidan.
Padahal kalau lagi mode normal, Yura tidak akan perduli Aidan akan pulang jam berapa atau bahkan tidak pulang sama sekali. Tapi sayangnya hari ini gadis itu tengah di Landa perasaan... Entah apa namanya ia pun masih tak paham. Hanya saja ia tidak terima melihat Aidan bersama dengan Cicil. Rasanya mulutnya sudah gatal ingin memaki pria itu karena sudah jalan dengan gadis lain selain dirinya.
Sayangnya bahkan setelah ia selesai melaksanakan sholat isya pun tidak ada tanda-tanda kepulangan Aidan. Kemana sih Aidan ini sebenarnya?
Penyakit overthinking yang sering melanda para kaum betina dan sangat, sangat di sukai merekapun kini juga menyerang Yura.
Iya, gadis itu tengah berpikir yang tidak-tidak akan Aidan dan Cicil di luar sana.
Yura sempat memijat pelipisnya sangking gilanya otaknya yang overthinking ini.
Ting!
Suara denting ponsel berbunyi.
Di beritahukan untuk seluruh ibu Bhayangkari, besok pagi kita ada giat rutin yang akan di laksanakan di aula kantor polres dan untuk para Bhayangkari di haruskan untuk hadir.
Pesan grup dari ibu ketua Bhayangkari kantor polres tempat Aidan bekerja.
Ya semenjak menikah dengan Aidan, Yura ikut bergabung di grup WhatsApp para ibu-ibu Bhayangkari.
Bhayangkari polres metro Jakarta pusat.
Seketika grup tersebut langsung di serbu para ibu-ibu Bhayangkari lainnya untuk membalas pesan sang ibu ketua, walaupun hanya dengan kata "siap ibu".
Sementara Yura, hanya sekedar membacanya saja bingung juga mau balas apa. Dan mau tak mau besok ia harus ikut hadir dalam giat rutin itu.
Aidan pernah bilang, kalau acara bersama ibu bhayangkari lainnya harus di lakukan karena mereka ini dari polres anggotanya tidak banyak, hanya sedikit. Jadi mau tak mau seluruh anggota Bhayangkari harus ikut hadir.
Lupakan soal giat Bhayangkari itu sekarang. Karena waktunya juga masih besok, yang masih jadi pikiran ini Aidan beneran gak pulang?
Overthinking itu kembali merayapi isi kepalanya. Lalu ia menggelengkan kepalanya kuat untuk menghalau overthinking dan konco-konconya itu masuk ke dalam kepalanya.
" argh! Lo kenapa sih Yura!" ia mengacak-acak rambutnya frustasi. "Berhenti mikirin si indomilk basi itu, berhenti! Bersikap bodo amat seperti biasa aja Yura! Biarin mau dia ngapain sama si kikil, kikil itu. Biarin! Inget Lo cuma nikah karena terpaksa!" ucapnya menggumam geram akan otak dan hatinya yang saat ini sedang tidak sinkron.
Satu yang Yura sadari kini, ia telah kalah. Tanpa ia sadari benteng yang ia bangun dengan sekuat tenaga selama ini telah luluh lantak akibat hidup seatap yang padahal masih bisa di hitung dengan jari. Perasaan asing yang tak pernah ia rasakan itu kini berhasil masuk dan meracuni hatinya.
Yura menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya. Begitu ia membuka mata ia mendapati Aidan yang membuka pintu depan, ia terlihat baru saja pulang dari... Kantor atau habis kencan dengan si kikil itu. Ingin sekali dia berteriak memberitahukan Aidan kalau ia tidak usah pulang sekalian. Namun sayang di sayang, Semuanya itu harus ia telan bulat bulat. Kini ia malah meneguk salivanya saat melihat wajah Aidan yang datar kayak papan reklame. Padahal tadi sebelum Aidan pulang Yura sudah berpikir akan memaki pria itu begitu sampai rumah. Tapi sayangnya niatnya itu kini harus ia telan bulat-bulat. Yura takut melihat aura mematikan dari Aidan.
Matanya mengikuti langkah Aidan yang meletakkan kantong plastik di atas meja pantry yang sudah di pastikan isinya adalah menu makan malam mereka hari ini, lalu setelah itu Aidan beralih menaiki tangga. Aidan menyadari tatapan Yura yang tertuju padanya. Tapi ia sama sekali tidak menoleh dan lanjut meneruskan langkahnya menuju kamar. Nampaknya Aidan masih dongkol dengan Yura.
Yura teringat kembali akan wajah tawa bahagia Aidan saat bersama Cicil tadi. Sungguh, ia merasakan cemburu yang luar biasa saat itu. Seharusnya hanya dengannya dan karena dengannya lah Aidan tersenyum. Melihat 2 hari ini Aidan yang bersikap dingin untuk pertama kalinya, dengannya. Di tambah lagi kehadiran Cicil yang mungkin akan membuat Aidan balik kanan putar jalan meninggalkannya.
Setelah perasaan ini hadir, Cicil mau mengusik rumah tangga mereka? Tidak, tidak akan. Yura tidak akan membiarkannya terjadi.
Ia berlari kedapur membuka kulkas, mengambil susu favorit Aidan lalu kembali berlari menaiki tangga. Setelah sampai di depan pintu kamar, Berkali-kali ia menyakinkan diri untuk menurunkan egonya demi rumah tangga yang usianya bahkan belum genap sebulan itu.
Jujur saja sebelum menikah pun ia sudah menyukai Aidan yang memang sangat ramah dan humoris, namun itu hanya rasa suka sebatas adik–kakak karena walaupun ia miliki kakak lelaki, tetap saja Wira itu sebelas dua belas seperti sang ayah yang tegas dan tidak bisa di ajak bercanda. Yura tidak pernah menduga kalau rasa suka sebatas adik-kakak itu akan bertranformasi secepat ini hanya karena keduanya menikah dan hidup satu atap.
Benar-benar murahan sekali hatimu Yura.
Membuka pintu dengan perlahan, tatapannya tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar suara gemericik air. Seperti Aidan langsung membersihkan diri begitu masuk kedalam kamar.
Yura memilih duduk di pinggir ranjang, sembari menunggu Aidan suaminya selesai mandi.
Sesekali ia menggerak-gerakkkan jemarinya dengan gerakan absurd di atas kotak susu yang ia pegang pertanda ia sedang gelisah.
10 menit berlalu, suara gemericik air berhenti dan tidak berapa lama Aidan keluar lengkap dengan pakaiannya serta handuk kecil yang ia usap-usapkan di kepala untuk mengeringkan rambut.
Aidan sedikit kaget akan kehadiran Yura disana dan tengah menatapnya sekilas lalu selanjutnya kembali menunduk, namun dengan segera ia menguasai raut wajahnya. Aidan masih enggan berbicara ia memilih melewati gadis itu begitu saja.
Yura malah mendadak gugup, namun ia berdiri memilih mengikuti langkah Aidan yang akan menjemur handuk mandinya di balkon sembari menunduk.
Menyadari Yura mengikutinya, Aidan pun tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Yura langsung menubruk punggung bak gapura kabupeten itu.
Bugh!
"Aduh!" keluh Yura mengelus jidatnya. Sementara Aidan berbalik dan menatap datar Yura.
"Apa?"
Yura menelan salivanya begitu mendengar suara Aidan yang bertanya. Menghentikan aksi elus-elus jidatnya.
"Emm...i-ini" Yura mengulurkan tangannya memberikan sekotak susu coklat itu pada Aidan.
Aidan menatap Yura dan juga kotak susu itu secara bergantian. Tanpa ada jaim-jaimnya ia mengambilnya dan langsung menyedot susu itu sampai tandas.
Selanjutnya Aidan berjalan ke arah meja rias dan kembali di ikuti oleh Yura. Gadis itu nampak mengigit bibirnya gelisah. Sungguh dari pada Aidan melakukan silent treatment seperti ini lebih baik Yura di jahili saja. Yura nggak kuat!
Saat Aidan selesai menyisir rambutnya, Yura menarik ujung kaos yang Aidan kenakan hingga Aidan berbalik menatapnya.
Hening beberapa saat. Yura coba beranikan diri untuk balas menatap mata Aidan.
"Apa?" lagi hanya kata itu yang keluar dari bibir Aidan.
"Maaf..." cicitnya.
"L-l. Eh, Bang Idan jangan marah lagi,"
"Gue tau, gue salah. Gue akan coba menerima pernikahan ini. Gue akan coba bang. Maafin gue..."
"Gue akan coba legowo bang. Tapi Lo jangan diemin gue kayak gini. Gue gak betah sumpah."
Aidan membuang nafas berat. Ia memegang kedua pundak Yura dan menatap gadis itu dalam cukup lama lalu selanjutnya bersuara "Gue maafin. Tapi gue harap ucapan Lo itu bukan hanya ucapan manis di mulut, tapi bener-bener Lo tanamkan dalam hati. Gue tau Lo belum siap, gue juga gitu. Tapi kita sama-sama belajar, gue belajar jadi suami, Lo belajar jadi istri." menatap Yura dari mata ke mata. Berharap ucapanya mampu masuk kedalam relung hati gadis itu.
"Gue tau pernikahan kita ini karena sebuah insiden, karena terpaksa. Tapi gue ingin pernikahan ini berjalan layaknya pasangan pada umumnya. Gue akan coba semampu gue untuk buat Lo bahagia. Karena gue udah janji sama ayah dan juga Allah untuk selalu jaga Lo sebagai istri sah gue."
"Gue harap Lo Bener-bener bisa menerima pernikahan ini. Dan juga mulai detik ini bersikaplah layaknya seorang istri. Dengarkan ucapan gue, tegur gue kalau gue melakukan kesalahan. Ayok kita bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang baik. Lo mau kan?" dua hari mendiamkan Yura membuat segala yang ada di pikirannya selama beberapa hari ini ia muntahkan seluruhnya.
Sementara Yura, ia tertegun menatap penuh kagum akan Aidan, entah apa yang terjadi pada pria itu 2 hari ini. Kalimat panjang yang Aidan lontarkan membuat Yura menemukan sosok baru dalam diri sang suami yang selama ini sangat menyebalkan dimatanya dan kini menjadi pria dewasa yang mencoba menuntunnya.
Yura tersenyum dan mengangguk "Lo harus bimbing gue ya bang."
Aidan balas tersenyum dan juga mengangguk "kayak kata mbak-mbak pom bensin."
Yura mengerutkan keningnya tak mengerti.
Paham akan raut wajah sang istri Aidan pun melanjutkan ucapannya "kita mulai dari nol ya."
Pecah sudah tawa Yura begitu juga Aidan. Padahal mereka lagi serius bisa-bisanya Aidan bercanda. Kemudian pria itu merentangkan kedua tangannya. "Kitakan baikan nih. Mau peluk gue gak?" tawarnya.
Di tawari seperti itu dengan segera Yura menerjang tubuh Aidan. "Baek-baek Lo sama gue mulai sekarang ya cel." bisik Aidan.
Yura terkekeh dalam dekapan Aidan namun tetap mengangguk. "Lo juga bang, jangan selingkuh di luar ya. Apa lagi sama mantan!" seketika Yura langsung membekap mulutnya.
Astaga Yura baru juga mulai udah mau nurunin harga diri. Jangan ngaku duluan Yura, misi Lo kali ini harus buat Aidan jatuh cinta juga sama Lo.
gak kerasaaaaa😛