Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ayunan
Hangga masuk ke dalam villanya, mengganti baju, lalu segera ke dalam gudang, mengambil beberapa kayu yang sudah terpotong rapi.
itu adalah kayu bekas Hangga membuat Rak rak buku untuk perpustakaan.
Sunar dan pak Woyo melihat majikannya yang baru saja pulang tiba tiba keluar ke kebun membawa beberapa kayu tentu saja berjalan mendekat.
" Baru datang mau ngapain tho mas?" tanya Sunar,
" Mau bikin ayunan, ayo bantu..!" jawab Hangga serius.
" Ayunan?" tanya pak Woyo,
" dalem sinten mas? ( buat siapa mas?)" tanya pak Woyo lagi.
" sudah.. bantu saja, besok juga tau sendiri.."
" kenapa tidak pesan saja mas?"
" mendesak, waktunya tidak cukup," jawab Hangga, karena memang dirasa waktunya tidak cukup untuk memesan ayunan, sementara Tiara besok sudah berkunjung.
Diam diam Hangga tersenyum, sesungguhnya memang tidak pernah ada ayunan, tapi demi menarik perhatian Tiara, ia terpaksa berbohong.
" Sunar, coba panggil yang lainnya, gali tanah disini.. Untuk tiang," ujar Hangga.
" Pak..woyo, tolong ambilkan tambang yang baru di gudang,"
Woyo dan Sunar saling menatap heran, sesungguhnya untuk apa ayunan, tapi mereka takut bertanya lebih detail.
Akhirnya ayunan itu selesai dengan bantuan tiga orang, ayunan dari kayu dan tali tambang sederhana namun di cat dengan cantik, letaknya disamping villa persis tak jauh dari kursi kayu panjang di bawah pohon durian.
Sementara kolam ikan sore itu juga di kuras sehingga airnya tampak jernih dan ikan ikan bisa terlihat lebih jelas berenang kesana kemari.
Setelah ayunan selesai di buat, malam itu sunar di panggil lagi.
" Nar.. Besok pagi ke kota, cari tenda," perintah Hangga,
" Tenda?" tanya Sunar,
" Iya tenda.. Yang sedang saja, untuk anak anak bermain.."
mendengar itu Sunar semakin heran,
" mas mau bikin taman bermain ya?" tanya sunar asal,
" Mungkin.. Asal dia betah disini.." hangga tersenyum sembari membakar rokoknya.
" siapa tho mas?" sunar makin penasaran,
" Kau tau bu guru Rani Nar,"
" bu guru Rani?"
" yang rumahnya dekat mak Dar, mak dar yang kapan hari kesini.."
" oh, mak Dar kampung kulon mas, inggih inggih.. Bu guru yang janda itu?"
Hangga mengangguk,
" Dia jandaku Nar.. Mantan istriku.."
suara Hangga terdengar serius, membuat sunar tak bisa berkata kata.
" Aku sudah lama tidak bertemu dengannya, dan aku juga baru tau kalau dia satu kampung denganku.."
Sunar masih belum bisa lepas dari kekagetannya, ia masih diam.
" Aku ingin mengambil hatinya kembali Nar.. besok aku akan mengajak anak asuhnya kesini..
jadi tolong, sampaikan pada para pekerja lain, perlakukan tamuku dengan baik, dan kalau sewaktu waktu mak dar, kesini lagi, segera panggil aku, kalau ku sedang di surabaya langsung telfon aku yo Nar?"
Sunar hanya mengangguk angguk, masih tak percaya.
" piye nar, cantik ora mantan istriku?"
" Yo cantik, banyak yang suka.." jawab Sunar Akhirnya.
Hangga tersenyum,
" Ya wes, sekarang tidur, besok pagi kesini ambil uang terus berangkat ke kota.."
" nggih mas, kalau begitu saya mohon diri dulu.." Sunar akhirnya pergi,
ia berjalan ke arah kebun, menuju tempat tinggalnya yang berada di ujung kebun.
Dan pagi tiba, Tiara sudah rapi karena akan mengikuti bundanya hari ini ke sekolah.
Sesungguhnya Tiara tidak perlu ikut, tapi karena ia tidak ingin tiara di bawa Hangga, ia membuat alasan,
tapi rupanya alasan itu percuma, nanti siang Tiara akan tetap di jemput, tentunya dengan kemauan tiara.
Sejak pagi Tiara sudah rame, ia bercerita pada mak Dar kalau dia akan berkunjung ke villa di bawah bukit.
Mak Dar tentu saja senang mendengarnya, ia bahkan dengan senang hati akan mengikuti Tiara jika di ijinkan.
" Alhamdulillah.. Dekat dengan ayah kandungnya.." ujar Mak Dar.
" Jangan macam macam mak, mak sudah janji akan menjaga rahasia itu?!" peringat Rani.
" Ah mbak Rani.. Janji janji terus yang di bahas,"
" lha iya, sampean wes janji sama saya mak??"
" Iya mak sudah janji, wes.. Ndak usah di bahas janjinya.. Yang penting Tiara seneng.." ujar mak Dar,
mendengar itu Rani akhirnya diam.
Sesampainya di sekolah semua guru sibuk berbincang karena sudah lumayan lama liburan.
" Lhoo.. Cah ayu.." sapa Ruri pada Tiara,
" Pak Ruri.." Tiara mencium tangan ruri,
" yang habis liburan ke Surabaya ini.. Gimana? Seneng?" tanya Ruri,
" ya senang.." jawab Tiara malu malu.
Saat semua guru sedang berbincang, pak Suroto si kepala sekolah datang.
Setelah berbincang sebentar, pak suroto memberitahukan pengumuman,
" Villa milik pak putra di buka untuk para murid,
perkebunan itu boleh di gunakan untuk proses belajar, jadi untuk bapak ibu guru silahkan menyusun jadwal..
bergantian saja..
dengan catatan anak anak di jaga dengan baik, tidak merusak tanaman.." ujar pak kepala sekolah.
" Wah.. Kok tiba tiba di buka pak, padahal itu tempat yang selalu tertutup?" tanya Beberapa guru,
mendengar itu Ruri melirik Rani, sementara Rani hanya diam dan bersikap seperti tidak mengerti apapun.
" Yah.. Mungkin beliau ingin membantu proses belajar anak anak..
Karena proses bertani pak putra termasuk modern,
anak anak, bahkan kita bisa melihat bagaimana durian durian besar itu di bibit dan di pupuk dengan baik, begitu juga dengan jeruk salak dan lainnya, dengar dengar juga ada pembuatan teh rosela disana.."
" Wah.. Anak anak pasti senang pak.." ujar Ruri,
" jangankan anak anak, guru guru pasti senang, apalagi kalau di beri buah gratis.." pak suroto tertawa, di susul dengan guru yang lainnya.
Dan yang tidak tertawa disana hanyalah satu guru, yaitu Kirani.
" Wajahmu.." senggol Bu diah yang ada disamping Rani.
" tersenyumlah meski sedikit.." imbuh diah, dan akhirnya rani ikut tersenyum.
.....