Pelacur Yang Dirindukan ( Emperor Transmigration )

Paman Patric sudah menyiapkan bekal makanan dan uang untuk dibawa Eleena dan Andrian, bahkan Ace dan Rodrigo sudah siap ikut pergi. Pangeran sudah melepaskan Andrian dari penjara beberapa hari lalu karena Eleena terus memaksa Pangeran.

"Jaga diri kalian, Andrian kamu adalah lelaki dewasa satu - satunya. Lindungi Elè..."

"Paman, aku berjanji."

"Pergilah lewat jalan yang sudah ditandai di dalam denah Istana, penjaga - penjaga hanya sedikit dan saling berbagi tugas. Ini sudah waktunya, pergilah..."

"Paman yakin tidak mau ikut?" tanya Eleena khawatir Paman Patric akan terkena hukuman dari Pangeran jika mengetahui membantunya melarikan diri.

"Paman sudah tua, hanya akan menghambat perjalanan kalian. Pergilah, cepat."

"Kak Axton, kamu tidak ingin ikut kami?" tanya Ace, pemuda paling kecil itu menarik baju Axton.

"Pergilah, aku harus menjaga Paman. Lagipula, aku yakin Pangeran tidak akan menghukumku karena kini tinggal aku satu - satunya ahli yang bisa membuat senjata disini," yakin Axton.

"Ucapan Kak Axton benar, ayo pergi." Andrian menarik tangan Eleena pergi dari sana.

Paman Patric tersenyum, ia ingin Eleena bahagia dengan pilihannya setidaknya ia ingin menebus dosanya pada putrinya yang sudah meninggal melalui Eleena.

Keempat orang itu berlari melewati jalan yang sudah ditandai, saat ada penjaga lewat mereka bersembunyi. Setelah aman mereka melanjutkan kembali perarian mereka dan akhirnya berhasil keluar dari gerbang Istana belakang.

Tak jauh dari sana, ada sebuah kereta kuda menunggu. Eleena dan yang lainnya berlari pelan, Eleena tidak ingin terjadi apa - apa pada kandungannya karena bagaimanapun anak dalam perutnya adalah anaknya.

"Hhhhh... Akhirnya," ujar Eleena lega setelah kereta kuda pergi menjauh.

"Kita akan berpencar, jika terus bersama saat Pangeran sudah mulai mengejar kita semua akan ketahuan. Aku akan pergi bersama Rodrigo dan Ace, kamu tidak apa - apa pergi sendiri?" tanya Andrian pada Eleena.

"Aku bisa, jangan khawatir. Dimana kita akan bertemu lagi?"

"Di penginapan bernama Tenin, kamu bisa?" tanya Andrian cemas.

"Aku bisa, turunkan aku di depan. Aku akan pergi naik kereta kuda lain."

"Eleena, setidaknya saat Pangeran berhasil mengejar kita. Kamu tidak bersama kami dan bisa lolos. Kamu mengerti 'kan kenapa kita harus berpisah dari sini."

"Kak Andrian, aku mengerti. Kamu tau aku bukan wanita lemah, bukan?"

Andrian mengangguk, lalu ia menyuruh kasir menepikan kereta kuda. "Turunlah, itu ada. Kereta kuda di belakang, cepat."

Eleena memeluk Rodrigo, lalu Ace terakhir ia memeluk Andrian. "Jaga diri kalian, aku pergi."

Eleena turun dari kereta kuda lalu menaiki kereta kuda di belakang mereka, akhirnya berpisah dari ketiga teman seperjalanannya.

Di Mansion Lady Dayana, sumpah ikrar sudah selesai diucapkan. Pangeran dan Lady Dayana sudah resmi menjadi suami istri sekarang.

Santos berlari maju mendekati Pangeran dengan wajah cemas, membisikkan sesuatu di telinga Pangeran.

Seketika wajah Pangeran berubah menyeramkan, kedua tangannya mengepal. Tanpa memberi penghormatan pada siapapun, ia berbalik pergi meninggalkan Mansion Lady Dayana.

"Pangeran!" teriak Lady Dayana saat melihat Pangeran menaiki kereta kudanya meninggalkan pernikahan mereka.

Saat sampai di paviliun Eleena, Pangeran menerjang masuk ke dalam bengkel senjata.

"Dimana Eleena?!" Pangeran meraung marah, tangannya mencekik Axton menahan pria berbadan besar itu di dinding.

"Aku ti-dak tau... hhhh..." Axton terengah - engah.

"Aku tanya sekali lagi kemana Eleena pergi?!"

Paman Patric bersujud, "Pangeran ampuni Axton, saya yang bersalah disini. Nyonya Eleena sudah seperti putriku, saya tidak ingin Nyonya disini saat dia hanya menjadi seorang simpanan. Nyonya selalu mengatakan ingin menjadi istri Anda satu - satunya. Saya--"

Bugh!

Pangeran menendang tubuh renta Paman Patric, ia mengeratkan cekikannya di leher Axton lalu menghempaskan tubuh Axton ke tanah.

"Santos, pedangku!"

"Pangeran, bunuh saja saya jangan Axton. Saya mohon..."

Pangeran gelap mata ia tidak ingin mendengar apapun, menyeret pedangnya mendekati Axton.

Jleb!

"Argghtt!"

Pangeran menusuk kaki Axton, menarik pedangnya lalu sekali lagi menusuk sebelah kaki lainnya.

"Argght!" Axton kesakitan, darah menyembur keluar saat kedua kakinya ditusuk pedang.

"Kalau kau tidak mengatakan kemana Eleena pergi, aku akan memotong kepala pria tua itu!" geram Pangeran lalu mulai berjalan menyeret pedang berlumuran darahnya mendekati Paman Patric.

Pangeran menekan pedangnya di leher Paman Patric, seketika tetesan darah mengalir keluar dari leher Paman Patric.

"Jangan! Jangan bunuh Paman! Aku akan mengatakan kemana tujuan Elè!"

"Axton! Jangan katakan! Kita sudah berjanji pada gadis itu!" teriak Paman Patric.

Mata Pangeran semakin memerah, ia mengangkat pedang bersiap menebas kepala Paman Patric.

"Tidak! Elè pergi melewati jalan bagian barat, jika menyusulnya sekarang--"

Pangeran menarik hunusan pedangnya dari leher Paman Patric, berjalan dengan amarahnya membawa pedang berlumuran darah untuk segera menyusul Eleena.