Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NADIN SAKIT
Reno datang dengan cangkir teh yang masih sedikit mengepulkan asap, ia membantu Nadin untuk meminumnya berharap bisa meredakan mual. Dalam sekali minum Nadin menghabiskan secangkir teh hangat buatan suaminya, mualnya sedikit mereda saat rasa manis melewati lidahnya.
“Nanti engga usah ke toko, biar aku antar dulu ke dokter supaya dapat obat.” Ucap Reno yang hanya di angguki oleh Nadin.
Mereka berdua kembali tidur lagi karena jam masih menunjukkan pukul 4 pagi dan masih terlalu pagi untuk bangun. Nadin juga sudah bisa memejamkan mata kembali setelah meminum teh hangat tadi.
Pagi harinya, Irma sudah siap-siap berangkat bekerja ke rumah Nadin. Jam sudah menunjukkan pukul 6, ia berjalan menyusuri jalan komplek yang sudah banyak orang mulai beraktifitas. Saat melewati depan rumah Pak Naryo, Irma bisa melihat Pak Naryo sedang memberi makan burung di depan teras rumah. Irma mengangguk tersenyum saat pandangan Pak Naryo mengkap dirinya yang tengah berjalan di depan rumahnya. Sejak ia berani melakukan perjanjian ilmu hitam, Irma selalu mencoba menghindari tetangga yang rumornya bisa melihat hal seperti itu. Yang di takutkan Irma jika Pak Naryo tahu apa yang tengah ia lakukan apalagi Pak Naryo juga sudah pernah bertemu dengan Reno yang pada waktu itu sedang di rumah sakit.
Tubuh Irma sudah menghilang dari depan rumah Pak Naryo, tapi pandangan Pak Naryo terus mengarah ke jalan kosong tempat Irma tadi melewatinya. Kali ini ia tidak lagi melihat sosok yang sebelumnya mengikuti Irma, mungkin Irma sudah bertobat, pikit Pak Naryo. Belum lama ini juga ia mengabarkan tentang keadaan tetangga barunya itu yang dari ia tahu namanya adalah Reno, orang yang sama di ikutinya sosok seperti yang mengikuti Irma, kabarnya tetangga barunya itu sudah sembuh dari sakitnya yang waktu itu.
Pak Naryo memilih tidak ikut campur masalah mereka, karena berurusan dengan ilmu hitam bukanlah suatu hal yang sepele. Meski begitu jika tebakannya benar, ia hanya menyayangkan nasip istri dari Reno yang harus merasakan akibatnya.
Sesampainya di depan rumah yang masih terkunci rapat, Irma mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya. Sekarang ia sudah mendapat kepercayaan untuk memegang sendiri kunci cadangan rumah Nadin, sehingga saat sampai di sini ia sudah langsung bisa masuk meskipun sang pemilik rumah masih tertidur semua. Setelah pintu terbuka ruangan yang pertama kali ia tuju adalah kamar di dekat dapur, di mana itu adalah tempat untuknya menaruh barang-barang pribadinya.
Sebuah kamar yang di isi dengan ranjang berukuran untuk satu orang dan juga lemari kayu setinggi pinggang orang dewasa. Irma sangat berhati-hati dengan ruangan itu, karena di ruangan itu ia menyimpan sebuah ubo rampe untuk apa yang sedang ia rencanakan. Tangannya merogoh ke dalam bawah tempat tidur untuk mengambil sesuatu, sebuah kotak dari anyaman bambu berisikan bunga-bunga kering adalah salah satu sisa ubo rampe yang belum sempat ia buang. Karena peletnya sedang di tarik jadi barang-barang seperti ini ia harus membuangnya dulu untuk sementara waktu.
Wadah dari anyaman bambu itu ia masukkan beserta semua ada di dalamnya ke dalam sebuah plastik hitam dan ia simpan di dalam tas coklatnya. Tidak mau berlama-lama Irma keluar untuk melakukan pekerjaannya. Di tengah kegiatannya, Irma di kagetkan dengan suara dari Nadin yang berlari menuju ke dalam kamar mandi, terdengar dari suaranya ia sedang muntah di kloset kamar mandi. Irma mematikan kompor yang akan ia gunakan untuk menghangatkan lauk tadi malam, ia buru-buru menghampiri Nadin.
“Astaga, Mbak Nadin sakit?” Irma mengurut tengkuk belakang Nadin.
Tidak ada jawaban dari Nadin karena mualnya yang terus datang tanpa mau berhenti, yang keluar hanya sebuah cairan saja karena sejak tadi pagi buta ia terus muntah. Dengan lemas Nadin terduduk di bawah lantai yang dingin, tubuhnya bahkan sampai tidak kuat untuk berdiri.
“Ayo Mbak, biar saya bantu jalan keluar.”
Nadin hanya pasrah saja saat tubuhnya di papah menuju ke meja makan, ia duduk di bangku dan Irma membuatkan teh hangat untuk majikannya itu. Di saat ia meracik teh pikirannya was-was takut apa yang ia bayangkan benar-benar terjadi, dengan muka datarnya Irma menuang air panas pada cangkir yang sudah berisi teh dan gula.
“Kayaknya asam lambungku naik deh Irma, pagi ini aku mau ke dokter sama Mas Reno.”
“Sejak kapan Mbak?” Irma datang dengan secangkir teh yang selesai ia buat.
“Baru tadi pagi,”
“Mau saya siapkan sarapan dulu Mbak?" Tawar Irma yang sebenarnya tengah mengamini jika memang tebakan Nadin benar.
“Engga usah, aku mau sarapan roti pakai selai kacang aja.” Pinta Nadin yang ingin makanan manis untuk mengurangi rasa pait dari mulitnya. “Mas Roni juga Irma, biar sarapan roti dulu dia.” Lanjutnya.
“Baik Mbak.”
Di saat Irma tengah memanggang roti dan juga melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, Nadin justru sibuk memperhatikan dapurnya yang sudah sangat lama tidak lagi ia buat memasak.
“Kamu ganti obat pel ya Irma?”
“Engga Mbak, apa bau, nanti biar bisa saya cari obat pel yang lebih wangi.” Tanya Irma berbalik melihat ke arah Nadin.
“Eh Engga kok, udah yang kaya biasanya aja, kamu tambahin aja dari ukuran yang biasa kamu gunakan.”
Sebenarnya tujuan Nadin bertanya hal tersebut karena akhir-akhir ini ia sudah tidak lagi mencium bau anyir yang sering ia cium, tapi jika ia mengatakannya langsung pada Irma takutnya ia tersinggung karena bagaimana pun Nadin sudah menganggap Irma sebagai bagian dari rumahnya. Nadin hanya menebak mungkin bau amis yang kerap ia cium berasal dari lantai yang mungkin kurang pewangi lantainya.
...****************...
“Mas, ayo beli obat di apotik aja, aku engga mau kalo harus periksa ke dokter.”
Mobil Reno sudah memasuki halaman sebuah puskesmas yang letaknya tidak jauh dari rumah. Akan tetapi Nadin yang belum juga ke luar dari mobil sudah merasakan perasaan yang tidak nyaman, bukan karena ia takut saat cek penyakitnya tapi ia merasa tidak tenang tanpa alasan. Matanya awas melihat sekitar puskesmas yang di bagian depannya selalu saja ada orang yang bergantian keluar masuk dari pintu kaca.
“Udah terlanjur di sini juga sayang, lagian kalo di apotik kan cuma dapat obat saja, kalo di sini kamu bisa cek sedang sakit apa.” Ujar Reno melihat ke arah Nadin yang masih belum bergeming dari posisi duduknya.
Reno memilih ke luar dari mobil dan berjalan menuju pintu samping Nadin, di bukanya pintu mobil untuk membantu Nadin yang sepertinya masih lemas. Mendengar ucapan dari Reno, Nadin tidak bisa membantah apa lagi dengan alasan yang tidak masuk akan, sehingga ia memilih menurut saja, toh, ada suaminya yang akan menemaninya jadi apa lagi yang ia sedang takutkan.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅