NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORDS>> 22

Tama harus melihat perkembangan pembangunan tempat usaha baru yang akan dijadikan model percontohan nantinya, ia membutuhkan satu rekan untuk membantu pekerjaannya. Terkadang saksi untuk bekerja sama di lapangan juga dibutuhkan sebagai alibi seandainya terjadi sesuatu hal, sehingga atasan tidak akan menuntut tenaga lebih.

Kali ini Tama tidak mau mengambil banyak pilihan, ia akhirnya membawa Parman bersamanya, selain karena lebih nyaman bersama sesama pria yang pastinya bisa diandalkan, Tama juga tidak akan segan meminta bantuan dalam setiap pekerjaan, bergantian mengemudi misal salah satunya.

"Pak Tama jadi mau cek ke pembangunan?" pak Putra tiba-tiba muncul.

"Hmmm." sahut Tama sambil mengangguk ragu.

"Bawa Siska biar bisa belajar, sekalian biar dia tahu bagaimana tim perencana memikirkan design percontohan dan gambaran hasilnya." ujar Pak Putra yang tentunya tak begitu menyenangkan bagi Tama.

"Ada yang harus aku lakukan di kantor pajak juga, kupikir akan sangat merepotkan jika membawa orang baru." Tama tak mberikan kesempatan siapapun menyela.

"Loh, justru bawa juga orang baru, biar tahu harus bagaimana mengurus hal-hal seperti itu, jadi jika seandainya pak Tama sedang sibuk, bisa tinggal menyuruh salah satu tim untuk mengurusnya."

"Timku tidak pernah tidak sibuk. Jadi aku lebih suka melakukan sendiri hal-hal yang bisa dikerjakan dalam sekali jalan." Perdebatan kecil dimulai.

"Pak Tama, bukankah pak Tama sudah berjanji akan menerima Siska di tim anda? Kenapa rasanya anda mengucilkannya?"

"Mbak Dewi, sudah membawa Siska tour perusahaan?" Ujar Tama dengan ekspresi kesal.

"Sudah, Pak." jawab Dewi dengan sigap.

"Siska sudah mendapat meja dan pekerjaan? Yang dikerjakan Siska penting atau tidak?" Tama tampak semakin kesal.

"Sudah juga pak, mbak Siska sedang membantu kami memastikan kontrak kerja dan peraturannya tepat sasaran, sekaligus nanti mbak Siska bertanggungjawab memikirkan layoutnya." Dewi menjelaskan sedikit detail pekerjaan Siska hari ini.

Tama mengangkat kedua alisnya memandang ke arah Putra, lalu mengangkat juga kedua bahunya, dan berlalu begitu saja meninggalkan Putra yang kehabisan kalimat untuk menyanggah Tama.

"Maaf Pak Putra, memang tak mudah mengubah apa yang sudah dipikirkan pak Tama, karena biasanya semua sudah diaturnya dengan caranya yang unik. Pak Tama juga bukan ketua tim yang suka dengan seenaknya memerintah rekan kerjanya." ucap Dewi mengendalikan situasi.

"Itulah sebabnya kami selalu segan dan tahu diri bagaimana kami harus menempatkan posisi dan pekerjaan masing-masing." sahut Sisil.

"Benar, solid dan kekompakan tim juga bergantung bagaimana ketua tim memperlakukan rekannya sebagai manusia." Dion ikut membela atasannya.

Putra semakin tak memiliki jalan untuk mencari kelemahan Tama. Ia menghela nafas dalam setelah mendengar kalimat-kalimat tulus yang disampaikan rekan-rekan Tama. Dengan senyuman puas dan diikuti dua jempol terjulur, Putra memberikan apresiasi untuk tim itu.

"Terimakasih, kalian memang luar biasa. Aku jadi semakin mengerti bagaimana cara pandang ketua kalian dalam berpikir sistematis. Oke, alasan hari ini semua masuk akal dan bisa diterima dengan sangat baik. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." Ujar Pak Putra.

.

.

.

Sementara di tempat lain, Tyas begitu sibuk dan serius, masih di ruang fotokopi, yang sesak penuh tumpuk-tumpulan kertas, kertas baru dan kertas bekas yang menunggu dihancurkan.

"Tolong bantu aku menjilid ini, aku mau buat kopi sebentar ya," ujar seorang staf sambil menyerahkan berkas pada Tyas.

"Aku juga, tolong jilid, aku mau ke toilet." sahut yang lain tampak buru-buru.

Tyas hanya mengangguk dan melakukan pekerjaan yang memang menjadi tugasnya. Ia menghela nafas dalam, melamun beberapa detik sambil menatap orang-orang yang sibuk bekerja dengan di depan layar komputer masing-masing.

"Sabar, Tyas,,,, nanti juga bakal naik perlahan-lahan." gumam ya sendiri dalam ruangan yang dipercayakan padanya setiap hari.

"Tyas, belum siap-siap makan siang? Sudah hampir waktunya ini." Arwan muncul dari balik pintu.

"Oh, mau selesaikan jilid dua ini dulu, Pak."

"Hmm, boleh saya bantu?"

"Ah, tidak perlu pak, saya sudah terbiasa melakukannya sendiri." sahut Tyas sopan sambil tetap bekerja dengan cepat.

"Kamu benar-benar terampil ya?" puji Arwan terpukau melihat ketangkasan Tyas.

"Ah, pak Arwan jangan terlalu memuji, nanti saya terbang, nggk bisa balik lagi." kelakar Tyas spontan.

"Hahahahaha.... Kamu lucu juga ternyata." ucap Arwan tak melepaskan pandangan dari Tyas.

"Nah, sudah selesai kan,,," Tyas tampak puas dengan hasil pekerjaannya.

"Wah, kalau saja di tempat Tama ada lowongan, kamu pasti langsung diterima, Tama sangat menyukai orang yang cekatan dan rapih seperti kamu." Arwan tak henti memuji Tyas.

"Oh, si manusia batu ya?" Ups!! Tyas keceplosan di depan Arwan.

"Wkwkwkwk,,,,, julukan itu memang tepat sih sebenarnya." reaksi tak terduga dari Arwan.

"Maaf sudah mengatai sahabat Pak Arwan." kelakar Tyas.

"Tidak apa-apa, jujur memang sebutan itu sangat pada untuknya." Arwan masih terkekeh.

"Saya mau makan siang Pak, mau sekalian?"

Hal tak terduga selanjutnya, Arwan mendekati Tyas dengan sengaja untuk mengajaknya makan siang bersama, namun malah keduluan Tyas yang menawarkan ajakan.

"Kok bengong Pak? Mau makan bareng nggak?" ujar Tyas sambil mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Arwan yang terpukau menatap ke arahnya.

"Hah? Oh iya." sahut Arwan gelagapan. "Mau makan apa?"

"Aku lagi pengen gado-gado, Pak." sahut Tyas sambil membayangkan kenikmatan makanan campur minim Karbo namun cukup mengenyangkan."

"Oke, setuju, tapi dimana yang jualan itu siang-siang begini?"

"Aku tahu tempat yang enak, tapi jalan kaki agak jauh dikit."

"Oke, tak masalah."

Siang yang tak begitu terik, karena awan mendung sedikit menghiasi langit, disertai angin Sepoi membuat cuaca siang itu sangat sejuk. Tyas dan Arwan menyusuri trotoar menuju ke kedai yang menyediakan gado-gado untuk santapan siang.

"Pak Arwan kalau makan siang biasanya dimana?" basa-basi Tyas setelah memesan makanan..

"Nggak pasti sih, pindah-pindah."

" Oh, sama berarti."

"Loh! Eh, Tama!" ujar Arwan melihat Tama juga memesan makanan disana.

"Eh, makan disini juga?" sahut Tama.

"Iya, kepincut selera makan Tyas."

"Oh, Hai Tyas."

"Wah, kemajuan, tak biasanya kamu mau menyapa orang." reaksi terkejut Arwan sama persis dengan raut wajah Parman.

"Apa sih, kalau nggk kenal ya mas mau nyapa. Kayak orang gila." jawab Tama lalu duduk disebelah Tyas karena kursi disebelah Arwan sudah ditempati Parman.

Tyas hanya mengangguk, begitu juga dengan Parman mengangguk sambil menatap Arwan dan Tyas, sebagai ungkapan permisi ikut bergabung.

"Kamu rekan kerjanya Tama ya? Kenalkan aku tetangganya, aku Arwan." Arwan menyapa Parman dengan ramah.

"Oh, aku Parman, bekerja di tim yang dipimpin pak Tama." kelakar Parman memperkenalkan diri.

"CK!" sahut Tama tak begitu suka disebut-sebut sebagai atasan saat diluar kantor.

"Oh, iya maaf lupa Pak." Parman menyeringai.

"Loh, kenapa minta maaf, kan yang kamu bilang nggk ada yang salah dong." protes Arwan lalu terbahak.

"Udah, jangan berisik, tuh makanan datang." Kalimat kaku dari Tama kembali terproduksi.

"Aduh!! " seru Tyas saat mendapati dirinya tersiram jus karena gelasnya tak sengaja tersenggol tangannya sendiri saat ia hendak mengambil sendok makan.

...****************...

To be continue....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
akhirnya manusia batu berubah jadi manusia romantis 💃💃
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶: 😏🤭🤭😊tamat juga akhirnya😁
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
akhirnya mereka bertemu kembali 💞😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
untunglah Tama selamat 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Begitu rupanya tapi ga usah terlalu mengekang lah
HARTINMARLIN
udah tamat ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh jangan" dikasih obat perangsang😣
HARTINMARLIN
apa yang akan di lakukan kakek Tama
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh kakeknya Tama dateng nih,tambah kacau 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh Tama,,,
kasihan Tyas 🥺
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
kasian sendiri
mau ak temenin haha
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
feedback ya kak, thank you..
mampir jg ya guys di The golden umbrella dan follow thx
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Serem juga tuh kakeknya Tama 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
lengan Arwan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata kakeknya Tama yang ingin memisahkan mereka 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa Tyas mengenal Hana🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😍😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dih Tyas jadi tahu kejelekanmu 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
tepukan kecil adalah obat yg luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!