Kaisar merasa dirinya punya kelainan karena menyukai calon adik ipar lelakinya, Airlangga. Dia menepis rasa itu, tapi tetap tidak bisa hilang.
Di sisi lain, Airlangga kebingungan karena dirinya dinyatakan hamil oleh dokter. Sedangkan pria yang menghamili nya adalah kakak iparnya sendiri. Dia tidak mungkin membuka jati dirinya jika sejatinya dia adalah seorang anak perempuan bukan lelaki seperti yang keluarganya ketahui. Jika sampai itu terjadi maka keluarga ayahnya akan menghentikan pengobatan ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22 Hal Gila yang Kau Lakukan
Emilio mendorong keras tubuh Rose ke tempat tidur.
"Aww, kau tidak sabaran sekali."
"Hentikan hal gila ini!" bentak Emilio. "Aku bukan pria murahan yang mau di sentuh oleh sembarang wanita. Walau kau itu atasanku!"
Wajah Emilio nampak tegang marah. Dia mengusap bibirnya bekas ciuman Rose.
Rose tertawa jahat. Membuat Emilio heran. Setelah itu, dia terisak.
"Huh, bahkan seorang pelayan rumahku pun tidak tertarik padaku!" ucapnya dengan hati yang patah bukan karena cinta dengan pria itu. Hanya saja rasa kepercayaan dirinya kini sudah menghilang . "Pergilah kau, bilang pada orang tuaku kalau aku sudah pulang dan baik-baik saja."
Emilio masih bergeming di tempatnya. Hal itu membuat Rose tambah murka. Dia melemparkan bantal-bantal ke arah pria itu.
"Pergi! Sebelum aku membunuhmu!" bentak wanita itu. Tatapannya terlihat nanar dan putus asa.
Emilio akhirnya pergi meninggalkan Rose sendirian. Dia pergi keluar dari rumah itu dengan perasaan tidak menentu. Sebelum masuk ke dalam mobil sebuah panggilan masuk ke dalam handphone miliknya.
"Hallo, Nyonya," jawab Emilio. Dia lantas mendengar ucapan ibu dari Rose dari balik handphonenya.
"Bagaimana? Apakah kau sudah menemukan anak itu?" Terdengar suara dengan nada cemas dari atasannya itu.
"Nona sudah ada di rumahnya dalam keadaan aman. Anda jangan khawatir."
"Baguslah kalau begitu. Aku memang selalu bisa mengandalkan mu untuk mengatasinya."
"Nyonya, maaf bila aku bersikap kurang sopan, tapi aku ingin mengatakan ini sudah lama."
"Apa itu, Emilio? Katakan saja."
"Nona sudah dewasa. Dia tentu tahu mana yang baik dan tidak untuknya. Jika Anda selalu mengontrol kehidupan pribadinya, itu tidak akan baik."
Terdengar suara nafas di tarik dari balik telepon itu.
"Kau benar, tapi Rose berbeda dengan Jasmine, dia terlalu liar. Aku tidak ingin dia melakukan kesalahan."
"Ya sudah, kalau dia ada di rumahnya aku bisa tenang. Aku matikan panggilan teleponnya."
"Baik Nyonya, selamat malam."
Emilio menutup panggilan telepon itu dan pergi meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan kembali ke rumah Kaisar, perasaan Emilio tidak tenang teringat akan wajah depresi Rose tadi. Entah mengapa dia teringat akan adiknya saat ditinggal pergi oleh suaminya dan tahu anaknya meninggal. (Baca Takdir Cinta Ibu Pengganti). Adiknya hendak bunuh diri karena kejadian itu.
Emilio langsung memutar balik mobilnya. Dia menjalankan cepat menuju ke arah rumah Rose. Sesampainya di sana, dia langsung berlari masuk ke dalam rumah menuju kamar wanita itu.
Brak! Pintu kamar di buka dengan keras.
Mata Emilio membesar, nafasnya terhenti seketika. Dia langsung berlari ke arah sosok wanita yang tergeletak lemah di tempat tidur, dengan posisi membelakanginya. Di bawah tempat tidurnya terdapat sebotol obat yang terbuka.
Emilio meraih tubuh itu dan membalikkan tubuh Rose. Dari mulutnya keluar busa berwarna putih. Tangannya dengan gemetar memeriksa denyut nadi. Masih ada denyut yang terasa. Dia merasa sedikit lega. Dengan cepat dia menghubungi rumah sakit terdekat untuk menjemput mereka.
Pertolongan pertama yang Emilio lakukan adalah mengangkat tubuh Rose sehingga di berdiri di tubuhnya. Lalu kedua tangannya di kaitkan di perut wanita itu, mencoba mengeluarkan obat yang wanita itu konsumsi.
Tubuh Rose terkulai di tangannya. Satu hentakan membuat di mual, hentakan ke tiga membuat wanita itu terbatuk dan memuntahkan obat-obatan dari dalam mulutnya. Dua kali lagi Emilio mencoba menguarkan obat yang masih ada di lambungnya.
"Kau selalu saja mengawasiku. Mengapa tidak membiarkan aku mati saja?" tangis isak Rose yang sudah mulai sadar.
"Tidak akan ku biar jika kematianmu membawa masalah untukku," ejek Emilio kesal.
"Kau!" ucap Rose lemah sebelum pingsan kembali. Di saat itu terdengar bunyi suara langkah kaki orang
Dua jam kemudian,
Dara dengan didampingi oleh Alehandro berdiri di depan pintu ruang UGD. Emilio sendiri terlihat santai duduk di ruang tunggu.
Seorang Dokter keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan putri kami Dokter," tanya Alehandro. Hal itu membuat Dara tersentuh. Walau Alehandro adalah ayah tiri Rose tapi dia selalu bisa diandalkan untuk semua hal.
"Keadaannya baik-baik saja. Untung saja, obat di perutnya langsung dikeluarkan sehingga tidak berakibat parah."
Alehandro dan Dara bisa bernafas dengan lega.
"Sekarang dia akan dipindahkan ke ruang perawatan."
"Terimakasih banyak, Dokter."
"Berterima kasihlah pada pria yang telah menolongnya."
Dara lantas menatap ke arah Emilio. Tersenyum dan menganggukkan kepala.
Setelah Rose dipindahkan ke ruang perawatan, Kaisar yang mendapatkan berita ini langsung mendatanginya. Dia masuk ke dalam ruangan itu dengan wajah khawatir dan pucat pasi.
Semua menoleh ke arahnya.
Dara yang sedang menyuapi Rose berhenti dan menyapa anak sambungnya.
"Ini baru jam tujuh pagi dan kau sudah datang," katanya.
Kaisar mendekati Rose dari sisi yang berbeda dengan Dara. Memeriksanya dengan seksama.
"Kenapa kau lakukan ini?" tanyanya tegas. Rose memalingkan wajah ke samping.
"Bodoh bodoh, tapi jangan berbuat gila yang bisa mencelakai diri sendiri."
Rose menyingkirkan tangan Kaisar dengan sengit. "Mom, tinggalkan aku sendiri," katanya menahan sesak. Masih enggan untuk melihat Kaisar.
Semua menatap ke arah Kaisar. Mereka tahu dengan semua yang telah terjadi.Rose masih patah hati dengan Kaisar dan dia belum bisa move on.
Kaisar memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Tersenyum kaku ke arah Rose.
"Sudah enam tahun berlalu dan kau masih marah padaku," katanya. "Apakah ini juga yang membuatmu depresi dan ingin mengakhiri hidup?"
Dara melangkah mendekat ke arah Alehandro, sepasang suami istri itu pergi meninggalkan ruangan. Emilio mengekor di belakang mereka. Membiarkan kedua orang itu menyelesaikan masalah mereka.
Rose berbaring memunggungi Kaisar. Kedua bibirnya tertutup rapat. Dia menatap nanar ke depan.
"Jika kau masih saja terperangkap dari cinta semu itu sebaik kau dengar ini."
"Aku menikah bukan karena ingin menghindarimu, tapi aku menikah karena Cantika sedang hamil anakku. Kau tahu kan artinya, jika sebelum menikah hubungan kami sudah begitu dalam."
Rose memejamkan mata dengan erat, lalu membuka mata dan meraih sebotol minuman yang bisa dia raih diatas nakas. Di lemparkan benda itu ke arah Kaisar.
Untung saja Kaisar bisa menghindar sehingga botol air mineral itu pecah mengenai lantai dan semua isi di dalamnya tumpah.
"Jika kau datang untuk menghinaku, pergilah. Aku tidak butuh makianmu!" ungkap Rose geram. Dia memang masih mencintai Kaisar hingga saat ini. "Jika semudah itu melupakan cinta diantara kita, sudah kulakukan dari dulu. Kau tidak tahu apa yang sudah kualami ketika berusaha melupakanmu. Nyatanya tidak bisa di saat aku tahu, jika hidupmu pun sama menderitanya seperti aku."
Mata Kaisar membesar.
"Kau bisa membohongi Dad dan Mom, tapi bukan aku, Kaisar. Hidupmu tidak pernah bahagia bersama dengan wanita itu. Aku tahu jika kau hanya bisa bahagia bersamaku kenapa kau tidak faham itu. Kenapa kau menghindar dari kenyataan ini. Hanya aku yang kau butuhkan!" serunya marah.
"Masa bodoh dengan hubungan kita, nyatanya kita tidak ada hubungan darah dan bisa menikah, lalu dimana salahnya jika hubungan ini kita lanjutkan. Aku... aku... akan melupakan yang telah lalu asal kau kembali bersamaku. Kita katakan pada Mom dan Dad jika kita saling mencintai," ungkap Rose meluapkan isi hatinya yang sudah dia pendam selama beberapa tahun ini.
dan aku bahagia, Farida dan Kaisar hidup bahagia 🥰🥰🥰