NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:21.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana

Lahirnya Devan Rahardjo tak hanya  membuat Bu Risma dan Pak Yudi bahagia, namun juga keluarga besar panti Asuhan kasih bunda yang tak kalah bersorak. Setelah mendengar Sabrina melahirkan, Bu Yumna memboyong seluruh anak panti untuk datang ke rumah sakit, berharap itu sedikit membantu Sabrina melupakan masalahnya sejenak, namun sayang mereka tak bisa menjenguk bersamaan melainkan satu persatu.

Kehadiran bayi itu seolah olah adalah gambaran kesabaran dan kekuatan Sabrina, dengan tabahnya wanita itu bisa melewati masa sulitnya, dimana ia harus terjepit diantara masalah yang membelitnya selama hampir satu tahun, dan berjuang untuk bisa bertahan. Kejadian suram yang tak menemukan fakta membuat Sabrina pasrah untuk menghadapinya seorang diri. 

"Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu menjadi seorang Ibu," ucap Bu Yumna memeluk Sabrina dengan erat. 

Entah, Sabrina harus bahagia atau berduka. Itu bukan yang diinginkannya, namun saat menatap wajah bayinya yang begitu teduh,  Sabrina kembali ikhlas untuk menjalaninya. Dan kedepannya berharap akan lebih baik lagi. 

"Setelah ini kamu harus kembali ke panti," mode memaksa. 

Seketika Sabrina menggeleng tanpa suara. 

Tekadnya sudah bulat dan tak ingin menyangkut siapapun dalam hidupnya kemudian. 

"Kenapa?" tanya bu Yumna.

Sabrina menoleh menatap beberapa anak panti yang masih sibuk dengan putranya. 

Sedangkan Bu Risma bermain dengan yang lain. Pak Yudi memilih untuk keluar. 

"Maaf Bu, aku tidak bisa, aku sudah punya kehidupan sendiri, dan aku nggak mau merepotkan Ibu lagi." jawab Sabrina meyakinkan. 

Bu Yumna mendengus kesal, dengan teganya Sabrina menolak permintaannya. 

"Lalu kamu mau tinggal dengan siapa?"  tanya Bu Yumna. 

"Sendiri dengan Devan," jawab Sabrina singkat,  masih mode pelan, tak mau anak anak mendengar pembicaraan yang serius. Pasti mereka patah hati jika sampai tahu Sabrina tak mau tinggal di panti lagi.

Bu Yumna mengambil makanan lalu menyuapi Sabrina dengan pelan. 

"Apa suami kamu juga kesini?"

Sabrina menggeleng, harusnya Bu Yumna tak perlu menanyakan hal itu,  tapi apa daya, ia pun juga ingin kepedulian, bukan sebagai ayah dari bayi Sabrina melainkan seorang suami. 

"Apa kamu tidak ada niat ingin bercerai darinya?"

Sabrina mengunyah makanannya dengan pelan, hatinya bagaikan tertusuk duri saat mendengar kata cerai. 

"Niat sih nggak Bu, karena aku benci dengan cerai, tapi jika memang aku dan mas Mahesa tidak berjodoh, aku siap untuk berpisah darinya," jawab Sabrina malas. 

"Permisi," ucap dokter Agung seraya mengetuk pintu yang sedikit terbuka. 

"Silakan masuk, Dok!" 

Bu Yumna menarik kursi tempat duduknya memberi ruang Dokter Agung yang membawa obat itu untuk bisa lebih leluasa bicara dengan Sabrina.

"Ini ada beberapa obat yang harus kamu minum,  jangan sampai telat, dan jangan sampai terlambat," jelasnya, menunjukkan satu persatu obat yang dibawanya. 

"Aku akan mengurus identitas Devan, sekarang kamu isi formulir ini dengan lengkap!" titah Dokter Agung sembari menyodorkan lampiran kertas di depan Sabrina.

Dokter Agung mengenal Mas Mahesa, dan sepertinya dia belum tahu kalau aku ini istri Mas Mahesa yang di sia siakan, jika aku menulis data itu, pasti semua akan terungkap, bagaimana reaksi dokter Agung nantinya? Pasti mas Mahesa juga marah karena aku sudah membongkar pernikahan kami pada orang lain.  

Sabrina hanya mengetuk ngetukkan pulpen di tangannya, hatinya sangat ragu untuk menulis sesuatu di sana. 

"Tidak perlu, Dok, kata suamiku dia akan mengurus secepatnya, jadi terima kasih atas tawaran dokter."

Sabrina mengembalikan kertasnya ke tangan Dokter Agung. Yang mana pria itu semakin curiga dengan tingkah aneh Sabrina. 

Ada apa sebenarnya? Apa pernikahannya memang tidak baik baik saja, terka Dokter Agung dalam hati. 

Bu Risma yang menangkap semua pembicaraan Sabrina dan Dokter Agung itu segera meraih ponsel miliknya. 

Jika di ruangan Sabrina itu ramai dan penuh dengan kebahagiaan, tidak di rumah Mahesa, ternyata Pak Yudi tak hanya menunggu di luar ruangan Sabrina, melainkan datang ke rumah Mahesa. 

Ditatapnya wajah layu Camelia yang ada di pelukan Mahesa. 

"Camelia sakit apa?" tanya Pak Yudi. Menatap sinis ke arah menantunya yang sangat manja.

"Beberapa hari ini aku mual Pa,  nggak doyan makan, kepalaku pusing, dan setelah diperiksa katanya bawaan bayi, mungkin cucu papa mamang ingin di sayang sama papanya," jelas Camelia seperti apa yang dikatakan dokter Agung. 

Mahesa terus mengelus lengan Camelia yang tampak begitu lemas. 

"Sekarang lebih baik kamu istirahat, papa mau bicara dengan Mahesa sebentar."

Mahesa meninggalkan pak Yudi untuk mengantarkan Camelia ke kamarnya.

Setelah menunggu sejenak, Mahesa sudah kembali menghampiri Pak Yudi. 

"Apa yang mau papa bicarakan?"

Meskipun dalam hati sudah menerka setidaknya Mahesa pura pura tidak tahu. 

"Apa kamu tidak ingin menjenguk anak Sabrina?" ucap Pak Yudi ke arah tujuannya datang. Pria itu sangat berharap kunjungan putranya ke rumah sakit. 

"Aku sudah mau menjadi ayahnya, dan aku rasa itu sudah cukup, papa tidak usah berlebihan menyuruhku melihat anak itu. Dia bukan anak kandungku, jadi nggak akan ada bedanya aku sayang ataupun tidak," jelas Mahesa.

Pak Yudi hanya geleng geleng,  menikahkan Sabrina dengan Mahesa berharap bisa melunakkan putranya, namun nyatanya hati Mahesa tetap sekeras batu. 

"Temuilah dia sekali saja, sebelum dia pergi dari kamu," imbuh pak Yudi.

Deg

Tiba tiba saja jantung Mahesa berdegup dengan kencang, dadanya merasa sesak menyumbat napasnya. 

"Memangnya dia mau kemana?" tanya Mahesa tanpa sadar, bahkan pandangannya tampak kosong.

Pak Yudi menghela napas panjang mengingat apa yang dikatakan Sabrina. 

"Dia akan pergi dan hidup bersama putranya,  dia tidak mau tinggal di rumah papa,  dan kata mama kamu dia juga tidak mau tinggal di panti,  apa kamu tega membiarkan Sabrina hidup di luaran dengan anaknya yang masih bayi?"

Tiba tiba saja lidah Mahesa kelu untuk bicara. Membayangkan kehidupan wanita itu tanpa orang terdekat, namun Mahesa kembali teringat janjinya pada istri keduanya untuk tidak mempedulikan Sabrina lagi. 

"Bukankah selama ini dia juga sendiri, dan aku lihat dia bisa menghidupi dirinya, jadi papa nggak perlu takut," meskipun lidahnya berkilah,  hati Mahesa merasa berat untuk mengucap.

Pak Yudi hanya geleng geleng kepala, tak menyangka jika Mahesa benar benar tak bisa menyelipkan Sabrina di dalam hatinya. 

"Papa nggak tahu harus dengan cara apalagi bicara sama kamu, tapi papa yakin kamu akan menyesal sudah menyia nyiakan Sabrina."

Setelah mengatakan itu, pak Yudi beranjak dari duduknya lalu keluar. Kedatangannya tak membuahkan hasil malah membuatnya sakit hati. 

Setelah tiba di mobil, pak Yudi menghubungi pengacaranya untuk membuat sebuah wasiat.

"Kita ke perusahaan!" ucap pak Yudi saat mobil yang ditumpanginya keluar dari gerbang rumah Mahesa. 

1
Noerlina
Kecewa
Noerlina
Buruk
Gung Ayu
ga sopan bgt.. bukannya terimakasih ke mertuanya yg udh baik... karakternya ga jls/Facepalm//Facepalm/
Gung Ayu
??? /Speechless//Speechless//Speechless/
Ara Dhani
randu jahil banget😂😂
Balqis Callista
mungkin kah ayah biologis yg dkndung ank mahesa? yg memperkosa mahesa tp yg mengaku merenggut kesucian nya si ulet bulu?
Jamaliah
so sweet banget 😂😂😂😂😂👍👍👍👍👍👍👍
Jamaliah
sabar Mahesa semua butuh proses
Enung Nurlaela Noenkandenk
Luar biasa
Jamaliah
😭😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
Camelia egois banget
Jamaliah
tes DNA anaknya Camelia dan anaknya Sabrina supaya lebih jelas yg mana anaknya mahesa
Jamaliah
berarti anak Camelia anaknya andre
Jamaliah
pergi yang jauh Sabrina biar Mahesa tau rasa😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
kasihan Sabrina 😭😭😭😭😭😭
Ayanih
Luar biasa
Nethy Sunny
semoga yg d kandung camelia anak andre
Nethy Sunny
berani beraniny arum bangunin macan yg lg tidur 😆
Nethy Sunny
udahlah sabrina kamu g ada kewajiban berbakti sama suami kaya gitu minim akhlak 😤
Nethy Sunny
c arum sampe ngibrit gitu galak2 gitu juga ganteng 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!