Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Aluna yang terjebak dalam roda waktu. Aluna secara tidak sengaja menemukan sebuah buku kuno di rumah yang baru saja ia tempati. Secara ajaib gadis itu terlempar ke masa lalu di sebuah kerajaan kuno.
Aluna yang bingung dengan keadaan tersebut, tiba-tiba saja di tangkap dan di bawa kehadapan ratu di kerajaan tersebut. Ratu yang mengira ia adalah mata-mata dari musuh memerintahkan untuk mengeksekusi gadis itu.
Akankah Aluna bisa selamat dari hukuman sang Ratu? Atau hidupnya akan berakhir di negeri tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Asrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
"Ibu!!" Berteriak.
Caspian terlonjak, terbangun dengan terengah-engah, memegang dadanya.
Bukan hanya dia, tapi Aluna juga ikut terbangun karena teriakan itu, ia panik
"Ada apa, Pangeran?" Aluna kira ada sesuatu yang berbahaya. Aluna waspada, hutan ini sangat gelap di malam hari. Walau begitu Aluna masih bisa melihat wajah Caspian dengan jelas, mungkin karena matanya yang sudah beradaptasi dengan kegelapan ini.
Aluna duduk lebih dekat, memeriksa, saat ia tahu Caspian bermimpi buruk.
"Kamu mimpi apa?"
Ia menunggu dengan sabar, sampai pria itu mau bercerita.
...
"Aku memimpikan ibuku." Caspian akhirnya mengatakan sesuatu setelah lama Aluna menunggu, mereka duduk berdampingan.
"Pangeran kan baru berpisah dengannya beberapa hari." Aluna mengingat Ratu cantik jelita yang hampir saja menghukumnya itu.
"Dia bukan ibuku." Memungut ranting kering mematahkannya sembarang.
"Oh..." Suara kecil.
"Lalu di mana ibu, Pangeran?" Bertanya ragu-ragu.
" Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Karena posisi Ratu kosong, ayahku akhirnya menikah dengan Mowernna. "
" maaf Pangeran, aku tidak... "
" Tidak apa-apa, aku sudah mengikhlaskan kepergiannya. " Melihat ke atas, namun langit hanya terlihat tipis-tipis karena terhalang oleh dedaunan pohon yang lebat.
"Bagaimana mimpi Pangeran tadi? Kalau aku boleh tahu. "
" Hm... Aku yang masih kecil bermain kejar-kejaran dengan ibuku, kami sangat senang dan menikmati waktu berdua itu, tertawa lebar dan bercanda. Hingga, tiba-tiba wajahnya berubah sedih lali meninggalkanku hilang di balik cahaya. Aku terus menangis berteriak memanggilnya. "
" Apa arti mimpi itu? " Melihat Aluna.
" Mungkin karena Pangeran merindukannya. "
Caspian mengangguk, sejak Aluna memukul tangannya kemarin, ia jadi teringat terus dengan mendiang ibunya.
"Tapi Pangeran beruntung, karena bertemu dengan orang terkasih yang telah tiada walau dalam mimpi." Aluna ikut melihat cahaya bulan.
" Aku juga selalu merindukan mendiang ibuku, tapi sejak kecil setelah kepergiannya, aku belum pernah memimpikannya, ingin sekali bertemu walau sebentar. "
Aluna dan Caspian saling tatap, manik itu tak sengaja saling bertemu, beradu pandang. Senyum kecil terlihat dari keduanya.
...
"Mengapa aku tidak boleh pergi?" Stefan tak terima.
" Aku juga ingin sekali menghabisi semua orang-orang itu." Sambungnya.
" Turuti saja perintahku, Stefan. Mereka semua hanya butiran debu bagiku. Aku ingin bersenang-senang sendiri hari ini." Mowernna telah bersiap untuk pergi ke hutan terlarang. penyihir itu memakai baju dan aksesoris serba hitam. Wajahnya segar dan kekuatannya sangat pulih untuk menghancurkan musuhnya.
"Tapi kak."
"Diam!
Stefan terkejut
"Kau selalu saja membantahku." Marah.
"Kau tetap di sini, jangan sampai membuat orang-orang curiga karena aku tidak berada di istana."
Stefan menarik nafas panjang. Sepertinya keputusan Mowernna sudah tak bisa di ubah lagi. Padahal ia juga ingin bersenang-senang menghancurkan orang-orang yang menjadi musuh mereka.
Mowernna lalu berjalan menuju jendela kaca kastil yang besar, kamarnya itu sangat indah dan mewah, jendelanya pun di ukir dengan lapisan emas. Ia merentangkan tangannya, bibirnya mengucapkan mantra , lalu ia pun berubah menjadi seekor gagak berukuran sedang.
"Kaaaak... Kaaakkk...." Bunyi burung jelmaan itu nyaring.
...
Di hutan, Aluna dan Caspian bangun pagi-pagi sekali, bersiap untuk kembali mencari jalan. Mereka menunggu beberapa saat sampai akhirnya hutan itu sudah mulai terang.
"Kita sudah melewati jalan di sana, di sana, dan di situ." Menunjuk arah timur, barat dan selatan.
"Jadi selanjutnya kita ambil jalur Utara. semoga jalan ini benar." Harap Caspian
Mereka berjalan beriringan. Capaian menggunakan pedangnya, sesekali memiting rumput dan tumbuh-tumbuhan yang menghalangi jalan mereka. setelah berjalan hampir dua jam lamanya...
"Tunggu, Pangeran." Aluna melihat danau yang sama dari kejauhan. Dugaan mereka benar, mereka kembali ke tempat semula.
"Huh." Aluna menghembuskan nafas panjang.
" Kita hanya berputar-putar di tempat yang sama."
Set
Pedang Caspian menancap di batang pohon di sampingnya, pria itu marah.
"Mungkin benar apa yang dikatakan kepala desa Pearl. itu sebabnya orang-orang yang masuk ke hutan ini tak ada yang pernah kembali lagi." Caspian bergumam.
" Karena mereka tak menemukan jalan pulang." Sambung Aluna.
" Lalu apa yang harus kita lakukan, Pangeran?" Lirih Aluna. Ia juga sudah mulai putus asa, apa mereka benar-benar akan berada di hutan ini selamanya? Kakinya kuyuh memikirkan itu ia terduduk, lelah.
Namun, Caspian masih belum patah semangat, ia terus memperhatikan sekitar, menandai jalan yang telah mereka lalui sebelumnya. Ia masih ingin mencoba melalui jalan lain.
"Kita akan mencobanya sekali lagi Aluna." Ucap Capaian setelah lama mengamati sekitar. Ia tidak ingin menyerah, di istana ayahnya sedang menunggunya membawa air keabadian itu.
Aluna berdiri dengan lemas, merenggangkan tubuhnya.
"Baiklah, semangat Aluna." Menyemangati diri sendiri.
" Ayo."
" Pangeran, di sana!" Tunjuk Aluna setengah berteriak.
...***...
Robert mengamati sekitarnya. Dari sana, matahari bisa terlihat dengan jelas. Mungkin tempat itu adalah satu-satunya di mana sinar mentari terang memasuki hutan. Mereka seperti berada di bawah sinar lampu, terang, namun di sekitarnya seperti akan menjelang malam.
"Sebentar lagi tengah hari, namun Pangeran dan Aluna belum juga kembali." Lagi-lagi Robert meluapkan kecemasannya pada Hugo.
Hugo memegang janggutnya yang cukup panjang, melihat ke arah matahari.
"Sebentar lagi, kita tunggu sebentar lagi."
Robert juga menatap ke atas, mereka tinggal menunggu beberapa jam lagi jika memang Caspian dan Aluna belum kembali, mereka akan berpencar untuk mencarinya.
...
"Pangeran, di sana!" Tunjuk Aluna dengan semangat.
Caspian menatap ke arah yang di tunjuk gadis itu, tapi tak melihat apapun.
"Ada apa?"
"Aku melihat peri itu lagi." Yakin Alun maju beberapa langkah, mencari-cari.
Caspian mengikut gadis itu, tapi tak melihat apapun.
"Di mana? aku tidak melihat apapun."
Aluna terus mencari, sampai akhirnya peri itu kembali menampakkan sepatu tubuhnya dari balik pohon besar.
"Itu dia, Pangeran."
Caspian membulatkan matanya, awalnya ia kira Aluna hanya sedang berhalusinasi. Peri? Tidak mungkin ada hal seperti itu di dunia ini, mereka hanyalah makhluk mitos yang di dongengkan para ibu saat akan menidurkan anak-anak mereka.
Aluna tersenyum ke arahnya, ia melambaikan tangan. Peri itu ikut melambai.
"Apa benar itu peri? Atau jangan-jangan dia hanya jelmaan makhluk jahat di hutan ini." Waspada.
" Tidak, Pangeran, aku bisa merasakannya, dia tidak berniat jahat." Aluna meyakinkan.
Mereka terus memperhatikan peri kecil yang sesekali muncul dari balik pohon itu, dan sama seperti sebelumnya, ia kembali memberikan isyarat untuk mengikutinya. Aluna berjalan dua langkah langsung dicegah oleh Caspian.
"Apa yang kamu lakukan Aluna?"
"Dia meminta kita untuk mengikutinya, Pangeran, Ayo." Menarik tangan Caspian.
" Tapi bagaimana kalau itu hanya tipuan, agar kita tersesat lebih dalam di hutan ini?"