Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
"Lo ngapain si tadi? Kalau tadi mereka gak nerima lo gimana? Bisa gak tenang lo di sekolah ini,"
Pada akhirnya unek-unek yang Zanna pendam dari tadi terucap juga.
Dengan gemas Elenio mengacak rambut Zanna. "Cieee khawatir yaaaaa?" godanya.
Zanna menghempaskan tangan Elenio dengan jengkel. "Gak usah godain gue!"
"Iya Zanna iya, gue tau lo khaw-
"Gue gak khawatir!" sela Zanna cepat
Elenio mengusap dada mencoba sabar. "Tinggal ngaku susah amat," gumamnya, "gini... karena mereka kelihatan berandal, gue tentu harus deketin mereka biar bisa aman di sini. Kalau tadi gue gak sokab, bakal dikira songong entar, bahaya kalau gue ditandai jelek sama mereka," jelas Elenio. Gak 100% bener sih. Biar Zanna gak khawatir aja. Elenio mah mau berurusan sama mereka juga gak masalah. Tapi ada untungnya juga sih temenan sama mereka, lumayan gampang diajak buat seru-seruan.
"Tapi kalau tadi gak diterima gimana?"
"Buktinya diterima, 'kan? Udah ah, santai aja Na, cowo lo ini gak bakal kenapa-kenapa," goda Elenio menaik-turunkan alisnya
Dengan sebal Zanna menginjak kaki Elenio, membuat cowo itu sedikit meringis. "Berani-beraninya lo tadi ngakuin gue jadi cewe lo!" serunya teringat kejadian tadi yang dengan seenak jidat Elenio mengklaimnya sebagai pacar.
"Ya emang lo mau jadi incerannnya senior Dion?" tanya Elenio
Zanna seketika gelagapan." Ya eng-ga gitu juga! Kan bisa cara lain,"
Elenio menaikkan sebelah alisnya. "Cara lain gimana? Lo tadi hampir aja ditandai senior Rival, lo sombong banget tadi. Gue tebak mereka baru kali ini tau lo," balasnya
Zanna tak menjawab. Cewe itu tampak terdiam. Kalau dipikir-pikir Elenio ada benarnya. Harusnya tadi dia beramah tamah.
Ngapain so cuek? Yang ada dia bakal ditandai seperti kata Elenio.
"Udah lah gak usah dipikirin lagi, ke kelas dulu. Entar pas istirahat anterin gue keliling sekolah ya?" ucap Elenio merangkul bahu Zanna tanpa penolakan dari sang empunya.
Zanna mengernyit. "Kenapa harus gue?" tanyanya sedikit tak terima
"Kata Ibu lo," balas Elenio
"Ngomong apaan emang?" Zanna tampak penasaran
"Ya intinya selama di sekolah ini lo harus nemenin gue, bantuin gue," balas Elenio sembari sedikit mendengakan dagu, betapa bossy nya.
"Dih ogah!" tolak Zanna mentah-mentah
"Ya udah gue cepuin aja ke Tante Gia," ancam Elenio
Zanna melirik jengkel. "Ih, kok cepuan?"
Elenio mengedikkan bahu. "Terserah gue dong," balasnya begitu menjengkelkan
Zanna mendengus. "Emang nyebelin ya lo, nyusahin gue aja!" kesalnya
Elenio terkekeh, dan sedikit mengacak rambut Zanna, membuat sang empunya tambah kesal.
"Gapapa kali, Na. Daripada lo diem di kelas terus," ucap Elenio sedikit mengejek
Mata Zanna sempat melebar sekejap. Dia menoleh ke arah Elenio. "So tau lo!"
Elenio mengedikkan bahu. "Udah kelihatan kali," balasnya acuh
Zanna memalingkan wajah. "Ya udah sih, gak ganggu Lo juga!" balasnya ketus
Dengan gemas Elenio mencubit sebelah pipi Zanna. "Lo tuh jadi orang kudu bersosialisasi!" gemasnya
Zanna sedikit meringis sembari mengusap pipinya. Matanya sudah hampir keluar melototi Elenio.
"Gue tonjok pipi lo ya, biar ngerasain sakit juga!"
Elenio seketika menoleh terkejut. "Busettt dah, ngeri bener lo!"
Zanna mendengus. "Makanya jangan bikin gara-gara sama gue!"
"Cubit pipi doang padahal elah, bukan ginjal!"
"Dasar freak! Ya kali cubit ginjal, kaya bisa aja!"