NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Hidupku Seperti Dongeng

Di tengah lapangan yang terik, Nuha didorong sampai jatuh terjerembab. Dia masih menyembunyikan wajahnya karena takut akan menyakiti hati mereka jika dia memberikan interaksinya.

Lima siswi mengelilinginya, mencerca Nuha habis-habisan tanpa henti, menarik perhatian siswa lain hingga berkumpul. "Hei, ini dia si cewek yang berani merebut Dilan dari kita. Apa sih yang dia punya sampai bisa jadi pacar selamanya?"

"Ooh, adik kelas ya. Masih kecil sudah berani tebar pesona. Mau jadi apa lo?" Salah satu dari mereka menendang kaki Nuha.

"Kalo elo cuma jadi pacar sebulan, kita bisa terima. Tapi karena elo jadi pacar selamanya, siap-siap aja lo bakalan habis sama kita."

"Huuuuu!!!"

"Huuuuu!!"

"Huuuuu!!"

Sorakan semakin menggema, membuat banyak pasang mata tertuju pada mereka. Nuha mulai terbenam di kerumunan siswi yang semakin banyak.

Di ruangan Dilan, Dika melihat pantauan CCTV di laptopnya. "Bos, kayaknya ada keributan di lapangan."

"Emangnya kenapa?" Tanya Dilan.

"Mereka cewek-cewek elo Bos. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi."

"Gunakan drone untuk memantau mereka lebih dekat!" Perintah Dilan.

Dika dan Agung segera menyiapkan drone. Visual mulai muncul di laptop mereka, memperdengarkan suara-suara marah itu.

"Ayo jawab! Jangan diam aja!!" bentak salah satu siswi, jongkok dan menatap Nuha sejajar. Dia terus mendorong pundak kanan Nuha berkali-kali. "Ayo! Ayo!!"

"Mungkin dia nungguin Dilan buat dateng belain dia," cibir yang lain.

Nuha berdiri, tangannya mengepal kuat dengan kepala menunduk. Dengan suara keras dia menjawab, "Aku sudah nggak ada hubungannya sama dia. Dia cuma jadikan aku alat. Jangan lagi sebut Dilan di depanku!!" teriaknya.

Dilan yang mendengar itu langsung merasa emosi. Segera dia keluar ruangannya dan menuju ke tempat tersebut. "Sialan gadis itu. Dia berani juga mengataiku seperti itu."

Siswi-siswi kembali mencerca Nuha. "Berani banget dia ngata-ngatain Dilan. Siapa yang bisa nolong dia? Sahabatnya aja nggak datang."

"Hahaha, mana mungkin dia punya sahabat. Paling juga dibenci mereka."

"Hahaha.. hahaha.. hahaha.."

Sorakan itu berganti tawa ejekan yang menyakitkan. Hati Nuha terasa perih tapi dia masih bisa menahannya.

"Aku gak akan nangis. Aku gak akan nangis." Ucap Nuha di dalam hati. "Aku gak akan nangis kalo kalian menggangguku. Aku hanya tidak ingin menyakiti hati kalian semua." Nuha diam lagi dengan posisinya itu.

"Ayolah.. membosankan sekali gadis ini. Dia jadi diam seperti batu. Kita telah mengutuknya menjadi batu. Kita telah mengutuknya menjadi batu!!"

"Hahaha.."

"Gadis bisu. Membosankan. Murahan sekali dia. Hahaha.. hahaha.."

Naru yang berada di perpustakaan lantai dua mencoba melihat kericuhan tersebut. Dari balik pagar pembatas, dia melihat Nuha dirundung di tengah lapangan yang panas.

"Nuha?" Dia langsung bergegas berlari untuk menyelamatkannya.

Ucapan lain terdengar lagi, "Kalo dia murahan, berarti sahabatnya juga murahan donk. Kasihan banget dia."

"Hahahaha.."

"Kasihan banget. Kasihan banget. Setelah ini, kita ganti dengan mengerjai sahabatnya."

Mendengar sahabatnya disebut, Nuha langsung marah. Dia bangun dan mendorong tubuh siswi yang telah meremehkan sahabatnya. Tangannya mendorong kuat pundak itu hingga terhantuk ke lapangan.

"Aku tidak menangis jika kalian mengangguku." Nuha berganti mendorong siswi yang lain. "Aku tidak takut jika kalian mengangguku." Berganti mendorong siswi yang lain. "Aku juga tidak ingin melawan kalian semua."

Setiap Nuha menyelesaikan kalimatnya, dia berganti mendorong siswi yang lain sampai terjatuh. "Aku bisa menahannya, aku bisa menahannya!!" Sekali lagi, "Tapi, kalo kalian berani meremehkan sahabatku, aku bisa melawan KALIAN SEMUA!!"

Seketika jarum tajam langsung menembus ke hati mereka yang Nuha targetkan. Beberapa siswi lain tercengang dibuatnya.

"Sakit.. hatiku sakit.." keluh mereka. Mereka mulai meringkuk kesakitan.

"AAAAA.." Mereka teriak kesakitan.

"Kenapa? Kalian juga ingin merasakannya?!" Nuha kembali memberinya kepada gadis yang lain. Kesakitan pun dirasakan oleh mereka.

Teriakan dan kesakitan bercampur menjadi satu, membuat suasana menjadi genting.

"Huuuu.."

"Huuuuu.." yang lainnya masih berani mengejek dan menyoraki Nuha.

Dilan datang dengan langkah cepat, tatapan matanya penuh amarah. Di belakangnya, Naru berlari, diikuti ketiga sahabat Nuha, Sifa, Asa, dan Fani. Beberapa guru juga mulai berdatangan, mencoba menghentikan keributan yang semakin memanas.

Dilan menghampiri kerumunan itu, memaksa siswi-siswi untuk mundur. "Apa yang kalian lakukan?!" Suaranya menggema di seluruh lapangan, menghentikan sorakan dan tawa ejekan. "Berani sekali kalian membuat keributan. Siapa yang ngajak kalian ribut?!"

Naru bergegas menghampiri Nuha, merangkulnya dengan penuh kepedulian. "Nuha, kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada cemas.

Nuha hanya mengangguk pelan, air mata mengalir di pipinya. Melihat itu, hati Naru semakin terluka. Sifa, Asa, dan Fani juga berlari mendekat, mencoba menenangkan Nuha dengan memberinya pelukan. "Nuha, kamu gakpapa?" Tanya Sifa. Nuha kembali mengangguk.

Guru-guru mulai mengatur siswi-siswi yang berkumpul dan memerintahkan mereka untuk kembali ke kelas. "Apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian semua membuat keributan?" tanya salah satu guru dengan tegas.

Salah satu siswi mencoba menjelaskan dengan suara gemetar, "Kami hanya bercanda, Bu. Kami tidak bermaksud menyakiti."

Namun, Dilan tidak bisa menerima alasan itu. "Bercanda? Apa kalian pikir menindas orang lain itu candaan?" Suaranya semakin meninggi, menunjukkan ketegasan dan kemarahan yang tak terbendung. "Jika ada yang berani mengganggu Nuha lagi, kalian akan berurusan langsung dengan gue."

Para siswi yang tadi mengganggu Nuha saling berpandangan, takut dan malu. Mereka segera mundur dan berusaha menghilang dari pandangan Dilan.

Sementara itu, salah satu guru menghampiri Dilan dan berkata, "Tenang, Dilan. Kami akan menangani ini dengan serius. Semua yang terlibat akan dipanggil dan diberikan sanksi yang sesuai."

Naru mengelus rambut Nuha dengan lembut, mencoba menenangkannya. "Kita semua di sini untukmu, Nuha. Kamu tidak sendirian."

Dilan melihat Nuha yang terluka dan hatinya terasa hancur, dengan suara yang lebih lembut dia berkata, "Sorry, Nuha. Maafkan aku. Aku seharusnya tidak melakukan itu padamu. Aku janji ini tidak akan terjadi lagi."

Dengan bantuan guru-guru, situasi di lapangan mulai terkendali. Kerumunan siswi kembali ke kelas mereka masing-masing, meninggalkan Nuha bersama teman-temannya dan beberapa guru yang masih berjaga. Guru BK juga hadir di sana, untuk memberikan pengarahan.

"Kamu ini, Dilan," kata guru BK dengan suara tegas namun penuh harap. "Sebagai pusat perhatian para murid, seharusnya kamu bisa menjaga mereka dan memberikan contoh yang baik. Guru jadi menyayangkan kalau kamu, yang memiliki nama besar, tidak bisa menunjukkan sikap yang baik. Guru harap, keributan ini tidak akan terjadi lagi."

Dilan menundukkan kepala, mendengarkan dengan seksama. "Saya mengerti, Bu. Saya minta maaf dan berjanji akan lebih berhati-hati ke depannya," jawabnya dengan nada penyesalan.

Guru berganti bicara kepada Naru, "Kamu juga Naru, kenapa kamu bisa pake seragam sekolah? Bukannya kamu baru saja lulus? Kok balik lagi ke sekolah ini?"

Nuha dan ketiga sahabatnya tercengang dibuatnya. Dilan juga mendengarnya.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!