Surga Cinta Impian

Hingga menjelang pagi Tasya belum bisa memejamkan mata karena beribu pikiran tengah berkecamuk di dalam kepalanya. Tentang pernikahannya saat ini, sedikit penyesalan terlalu cepat menerima perjodohan, hingga masa depan yang ia masih bimbang dalam langkahnya.

Terlintas pemikiran bagaimana jika ia mengadu pada ibu dan ayahnya? Namun raut wajah kecewa dari kedua orangtuanya terbayang di benaknya. Betapa besar dosanya pada orangtua jika ia sampai membuat kedua orangtuanya bersedih akan kegagalan rumah tangganya.

Sejak kecil ia selalu dididik dengan sangat baik. Menghormati orangtua adalah poin utama dalam pendidikan dalam keluarga nya. Besarnya limpahan kasih sayang dalam keluarga nya yang begitu harmonis membuat Tasya tidak pernah sekalipun menerima perlakuan kasar dari orang lain.

Namun di saat dalam kondisi seperti sekarang, berat sekali rasanya Tasya jalani. Disakiti secara fisik oleh sang suami membuatnya berpikir lagi dosa apa yang ia lakukan hingga dihukum berat oleh Tuhan.

Pagi pun berlalu, matahari sudah meninggi saat Oliver terbangun di lantai kamar.

"Tasya!!!" Ia ketuk pintu kamar dari dalam dengan keras hingga membuat Tasya yang tertidur di ruang tamu pun terbangun dengan paksa. Terasa pusing kepalanya berputar akibat kurang tidur dan lelah fisik serta mentalnya.

Ia bukakan pintu kamar untuk Oliver keluar. Ternyata ia sudah mandi dan bersih tampil rapi bersiap berangkat ke kantor meskipun sudah terlalu terlambat. Tasya bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Meskipun dengan perasaan kacau, Tasya tetap berusaha melaksanakan tugasnya sebagai istri. Namun ternyata kemarahan Oliver tampaknya belum juga reda.

Tanpa sepatah katapun Oliver berlalu meninggalkan rumah begitu saja. Pupuslsh harapan Tasya yang mengira suaminya akan kembali bersikap manis seperti dulu dan meminta maaf atas segala kesalahannya.

Tasya terduduk di lantai dapur. Membayangkan seakan neraka pernikahan di depan mata saat ini. Bagaimana lagi ia harus bersikap pada suaminya nanti? Hanya satu kesalahpahaman kecil yang tidak termaafkan bagi suaminya kini rasanya masa depan pernikahan nya tak lagi ada.

"Hiks hiks.. Huhuhu... Aku harus gimana lagi?" raung Tasya dalam tangisannya di depan kompor yang menyala. Chicken katsu yang ia goreng hampir gosong di satu sisinya.

Seakan air matanya kemarin dan tadi malam sama sekali tidak berharga bagi Oliver. Mungkin suaminya itu tak peduli meskipun ia menyakiti hati Tasya setelah apa yang terjadi.

Tasya melanjutkan memasak lalu memakannya sendiri. Hari ini pun terlewati dengan kegiatan seperti biasanya ia di rumah. Setelah selesai semuanya, ia mengobati luka-luka di tubuh nya sendiri.

Sebelum kedatangan suaminya, ia berusaha memperbaiki penampilan nya. Menutupi sedikit lebam yang tampak di wajah dengan makeup. Seperti hari-hari sebelumnya, Oliver tiba tepat waktu di jam pulang kantor nya.

Melihat istrinya tampak lebih cantik dengan berdandan tipis, Oliver seketika mendekat.

"Kamu mau ke mana?" Ia merangkul sang istri dari belakang dan meraba-raba tubuh istrinya mencari kenikmatan.

"Gak ke mana-mana. Kan kamu mau pulang, jadi aku dandan dikit." jawab Tasya berusaha bersikap biasa.

Dalam hatinya Tasya bertekad mencoba memperbaiki hubungan pernikahan mereka agar kembali seperti dulu. Dengan perasaan yang tertahan, ia berusaha tetap menjadi istri yang baik melayani keinginan suaminya.

Oliver menciumi pundak Tasya yang sedikit terbuka. Tangannya semakin menjelajah ke mana-mana di tubuh Tasya.

Tidak akan ke mana-mana katanya, tapi akhirnya kenikmatan sentuhan Oliver seakan membawa nya ke surga dunia terindah. Memang kelihaian sang suami memberikan kepuasan tersendiri bagi Tasya.

Sejenak ia melupakan rasa sakit di tubuh dan hatinya. Berganti dengan rasa nyaman dan puas yang begitu dalam. Permainan panas mereka terjadi begitu saja sebagai tanda bahwa kondisi pernikahan mereka tampak membaik.