NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Pacar baru?

"Luna?" gumam Jaden pelan, seolah tidak percaya pada penglihatannya. Di tengah keramaian rumah sakit, ia tak menyangka akan bertemu seseorang yang dikenalnya di tempat seperti ini.

Gadis yang sedang sibuk dengan ponselnya itu mendongak ketika mendengar namanya disebut. Senyum ramah muncul di wajahnya begitu ia melihat Jaden berdiri di sana. "Oh, Radit! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada ringan dan akrab.

Sebelum Jaden sempat membuka mulut, ibunya yang berada di sampingnya sudah lebih dulu menjawab dengan suara lembut, "Radit baru saja selesai pemeriksaan." Nada bicaranya tenang, memberikan penjelasan tanpa terburu-buru. Jaden hanya bisa tersenyum canggung, merasa sedikit kikuk karena ibunya mendahului dirinya.

Luna, yang awalnya terfokus pada Jaden, kemudian mengalihkan pandangannya kepada wanita paruh baya di sampingnya. Sebuah senyum geli muncul di wajahnya, dan ia berusaha menahan tawa yang tiba-tiba muncul.

"Maaf, Tante," katanya cepat sambil mengangkat tangannya sedikit, seolah meminta maaf. "Saya Luna, temannya Radit. Kami baru dekat akhir-akhir ini." Di akhir kalimatnya, Luna menoleh sekilas ke arah Jaden dengan senyum tipis yang sedikit menggoda, seolah sengaja membiarkan hubungan mereka terbuka untuk disalahpahami, menciptakan kesan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan.

'Wanita licik ini,' geram Jaden dalam hati.

Ibu Radit tersenyum ramah, "senang bertemu denganmu, Luna," katanya lembut. Setelah itu, ia berpaling kepada Jaden. "Radit, ibu duluan ya. Kalau sudah selesai, langsung saja menyusul ke parkiran."

Jaden mengangguk, tampak lega karena ibunya tidak memperpanjang percakapan. "Ya, Bu. Nanti aku menyusul."

Luna menatap Jaden dengan tatapan iseng, matanya sedikit menyipit. "Jadi, kamu masih ditemani ibumu di umurmu sekarang?" tanyanya dengan nada yang lembut namun penuh ejekan. Sambil menyenggol lengan Jaden dengan santai, dia menunggu reaksinya dengan senyum kecil di bibirnya.

Jaden memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan rona merah yang tiba-tiba muncul di pipinya. "Diamlah," gerutunya pelan. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Luna mengangkat bahu, seolah tak ada yang istimewa. "Di tempat seperti ini, kira-kira apa lagi yang bisa kulakukan?"

Jaden menatapnya lebih saksama. "kamu sakit?" dia memperhatikan wajah Luna yang tampak sedikit pucat. Tapi dia tidak ingat sistem pernah menyebutkan bahwa Luna mengidap penyakit serius. Mungkin ini hanya penyakit ringan.

Sayangnya, dia tidak bisa menanyakan langsung soal ini pada sistem. Sistemnya sedang 'pergi' — sibuk menanyakan penyimpangan karakter Luna pada para petinggi atau siapapun itu.

"Bukan urusanmu," jawab Luna cepat, nadanya sedikit defensif.

Jaden hanya mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku pergi. Semoga harimu menyenangkan," ujarnya dengan santai, mulai berjalan melewati Luna.

"Kamu benar-benar, ya..." Luna segera melangkah ke depan, mencegah Jaden pergi. "Aku tidak sakit," katanya sambil memutar matanya. "Dan soal tawaranku kemarin..."

"Aku menolak," potong Jaden tanpa ragu.

"Astaga, hanya pacar pura-pura saja," desak Luna, nadanya setengah kesal.

"Justru karena itu hal yang tidak penting seperti pacar pura-pura, maka aku menolak," jawab Jaden dengan tenang. Ada ketegasan di suaranya yang tak bisa diabaikan.

Luna mendesah, setengah frustrasi. "Kalau begitu pacaran beneran saja."

Jaden menggeleng, tetap pada pendiriannya. "Aku tidak mau."

"Heh, apa sih maumu?" Luna mulai kehilangan kesabarannya, menatap Jaden dengan bingung.

Jaden berhenti sejenak, tatapannya berubah lebih serius. "Apa kamu masih belum mengerti?" tanyanya pelan. "Kamu menginginkan seorang laki-laki yang sedang mengejar perempuan lain."

Luna terdiam, kalimat itu menusuk lebih dalam daripada yang ia duga. Wajahnya menegang sejenak, sebelum senyum tipis muncul di bibirnya. Namun kali ini, senyumnya tidak selebar biasanya, ada sesuatu yang disembunyikan di baliknya. "Kamu benar-benar sulit ditebak, Radit," gumamnya, hampir terdengar seperti bicara pada dirinya sendiri.

Jaden hanya mengangkat bahu lagi, tidak memberikan tanggapan lebih jauh, lalu membiarkan Luna pergi meninggalkannya.

...****************...

Jaden masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk, mencoba mengabaikan percakapan yang baru saja terjadi. Dia menghela napas panjang, matanya tertuju ke luar jendela, tetapi pikirannya berkecamuk.

Ibunya, yang duduk di kursi depan, menoleh ke belakang dengan pandangan tajam. "Radit, kamu sudah putus dengan Reyna?" tanyanya langsung, tanpa ada pembukaan.

Jaden menatap ibunya, keningnya berkerut. "Kenapa tiba-tiba tanya soal itu, Bu?"

"Berhentilah bermain-main dengan wanita," lanjut Sang ibu, nadanya semakin tegas. "Kemarin kamu bilang ke Ibu kalau kamu serius dengan Reyna, tapi sekarang Ibu lihat kamu sudah mendekati perempuan lain. Jangan seperti ayahmu." Ada kilatan kekhawatiran dalam tatapannya, dan meskipun suaranya terdengar tegas, ada sentuhan kepedulian di sana.

Ayah Radit, yang duduk di kursi pengemudi, menghela napas panjang, wajahnya masam. Lagi-lagi, dia yang disinggung. "Ya Ampun, Bu... Itu masa sekolah, sudah lama berlalu."

"Ya, tapi kamu ingat, kan, reputasimu dulu? Playboy nomor satu di sekolah," balas ibunya sambil melirik suaminya. "Aku hanya tidak ingin Radit mengulangi itu."

Ayahnya mendengus. "Aku memang punya banyak teman perempuan dulu, tapi aku tidak pernah selingkuh atau macam-macam, kan?" katanya membela diri.

Jaden, yang merasa terjebak di antara kedua orang tua ini, akhirnya angkat bicara. "Bu, aku tidak pernah main-main. Luna cuma teman. Tidak ada apa-apa di antara kami."

Ibunya mengangguk. "Ibu lihat cara dia bicara sama kamu... Sepertinya dia tertarik padamu. Apa dia yang mendekatimu?"

Jaden menghela napas, bingung harus menjawab apa. "Mungkin... Tapi aku nggak tertarik, Bu."

"Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Reyna sekarang?" tanya ibunya, suaranya lebih lembut, tapi masih sarat kekhawatiran.

"Kami... baik-baik saja," Jaden menjawab ragu-ragu.

Ibunya berbalik, kembali menghadap ke depan, lalu menatap Jaden melalui spion tengah dengan pandangan yang tahu segalanya. "Baik-baik saja, ya? Radit, Ibu tahu kamu lebih dari itu. Kalau kalian sudah putus, lebih baik katakan sejujurnya."

Jaden terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata apa.

'YA, Kami putus! Tapi bukan salahku, sistem pun tidak tau kenapa dia memutuskan anakmu! Atau jangan-Jangan dia takut memiliki mertua sepertimu yang sangat cerewet! Ya Tuhan... aku bisa gila!' Jaden hanya berani menjawabnya dalam hati.

1
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!