Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Sedan civic berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi jalanan lenggang menuju pinggir kota.

Terlihat Leon berusaha menahan amarah sambil mengemudikan mobil dengan tenang. Dia tak menyangka jika penduduk desa itu tega mempermainkannya.

Leon memutuskan menepikan mobilnya saat pria itu mengingat Ragna yang kini ikut bersamanya. Dia tidak ingin emosi menguasai dirinya dan berakhir dengan kehilangan putri tercintanya.

Memastikan gadis itu tertidur, Leon keluar dari mobil dan memilih duduk di atas kap mobil sembari menyalakan sebatang rokok. Hatinya sangat hancur mengingat bagaimana mereka mempermainkannya.

Leon ingin menenangkan diri sebelum pergi ke pinggir kota untuk memulai kehidupan yang lebih baik.

"Aku lelah berbuat baik..." Lirih Leon putus asa.

Selama ini dia selalu berbuat baik meskipun disakiti, tetapi rasanya percuma. Mereka selalu mempermainkan dan menipunya.

"Sepertinya aku harus bersikap tegas. Percuma menjadi anak baik yang selalu dimanfaatkan. Dunia ini terlampau kejam untuk berbuat baik."

Ragna yang berpura-pura tidur mengintip sang ayah yang kini menenangkan diri dengan sebatang rokok. Tidak masalah mengingat rokok itu bukan berasal dari tembakau maupun obat-obatan terlarang, tetapi gadis itu sendiri yang meraciknya menggunakan obat herbal.

Ragna belum pernah merasakan bagaimana orang-orang tiba-tiba datang dan memaksanya menikah dengan orang tidak dikenal saat berada di tempat asing. Tetapi dia sering merasakan bagaimana menikah dengan orang yang tidak dikenal dari sebuah perjodohan.

Rasanya sakit, apalagi saat mengetahui orang yang berstatus sebagai suami tiba-tiba mengajak perempuan lain pulang ke rumah dan memperkenalkan diri sebagai orang tercinta. Dan Ragna mengalami hal itu berulang kali hingga muak.

Petang mulai datang. Ragna memutuskan pergi dari sana, menghilang dengan kepulan kabut tipis, meninggalkan Leon yang sibuk meratapi nasibnya.

✨

'Wuusshhhh'

"Sraaakkkkk'

Angin bertiup kencang di desa kecil yang terletak di pinggir hutan beriringan dengan sekelompok kupu-kupu merah darah terbang diatas desa itu.

Kupu-kupu itu berkumpul di atas atap sebuah rumah seseorang yang sedang ramai, membentuk sesosok gadis yang menginjak usia remaja awal dengan mata ungu kemerahan yang menyala. Pupil mata uniknya berganti warna menjadi merah darah.

"Aku sudah cukup baik membiarkan kalian bernafas dengan tenang. Bagaimana jika kali ini kalian harus merasakan bibit yang kalian tanam?" Gadis itu yang tak lain, Ragna menyeringai sambil melepaskan beberapa kupu-kupu.

Ragna menghilang dalam kepulan kabut hitam dan tiba di sebuah kamar. Gadis itu menyeringai dan mengambil sejumput rambut yang tertinggal di sisir yang tergeletak di atas meja.

"Kau memeras ayahku seperti sapi perah dan selalu merendahkannya. Mencampuri setiap permasalahan rumah tangga orang dan berniat menjadikan ayahku sebagai tumbal? Ha! Padahal yang menikah itu anak-anakmu."

Ragna menghilang dari sana bertepatan dengan seorang wanita paruh baya memasuki kamar itu.

Ragna muncul di sebuah rumah dan menatap sekeliling. Gadis itu menyeringai saat melihat seorang wanita bertubuh gemuk yang tadi berkomentar sibuk bertengkar dengan menantunya. Wanita yang selalu suka membicarakan orang dan kadang selalu menyindir dirinya dan Leon saat ada kesempatan.

Gadis kecil itu segera mengambil sejumput rambut miliknya dan segera menghilang dari sana.

Ragna tiba di sebuah rumah besar berlantai dua dengan aura negatif pekat terpancar di dalam sana. Gadis itu mengubah dirinya menjadi asap hitam dan memasuki rumah itu, mencari sumber energi negatif yang selama beberapa hari ini mengincar dirinya.

Ragna memasuki sebuah pintu berukiran mewah dan matanya memicing tajam saat melihat seorang pria paruh baya tampak duduk bersila dengan sesajen di depannya.

Ada yang aneh dari sesajen itu. Terdapat gumpalan darah yang merupakan janin yang baru terbentuk serta segenggam tanah kuburan, beberapa tulang-tulang dan minyak wangi dicampur dengan kemenyan yang dibakar.

Ah, Ragna ingat. Dari informasi yang didapatkan dengan menyebarkan kupu-kupu merah darahnya, dia adalah seorang ahli ilmu Hitam terkuat di desa. Terkenal dengan kesaktiannya yang mandraguna serta bayarannya cukup tinggi.

Ki Sardin, yang dikenal sebagai pemuja setan. Mereka percaya dengan menumbalkan seseorang, kekayaan akan dapat diperoleh dengan mudah.

Sangat berbeda dengan bangsa iblis. Mereka yang memuja bangsa iblis harus memberikan apapun yang mereka sukai. Misalnya, iblis kekayaan atau yang dikenal dengan panggilan Melchom. Seseorang harus menyembahkan sekotak cokelat manis.

Ragna mengeluarkan kupu-kupu merah dan membuat mengerubungi Ki Sardin, membuat pria itu kehilangan konsentrasi dan tak sengaja menendang sesajennya hingga tumpak berantakan.

Ragna menyeringai dan segera menghilang dari sana. Malam ini akan menjadi hal menarik yang akan menimpa desa ini.

✨

Sementara di tempat lain, Leon merasa tatapan tajam seorang sedang mengawasinya. Sudah beberapa hari ini pria itu merasakan kejanggalan-kejanggalan setiap malam. Entah tatapan tajam yang seolah sedang mengawasi, suara langkah kaki maupun suara seperti orang-orang yang sedang berlarian diatas plafon rumahnya.

Hawa berat dan dingin tiba-tiba menyapa tengkuknya, membuat pria itu berbalik saat merasa seseorang sedang berdiri di belakangnya. Namun dia tidak melihat siapapun di sana.

Leon menoleh ke depan dan seketika jantungnya merasa copot saat melihat sesosok mengerikan dengan air liur berwarna hijau kehitaman dengan bau busuk tepat berada di depannya.

"Gaaahhhhh!!! Pergi bangsat!!" Leon berteriak dan mengumpati sosok yang tiba-tiba muncul di depannya, tak lupa tangannya yang memegang rokok melayangkan tinju ke arah sosok itu.

Sosok itu terpental dan menabrak sebuah pohon yang berada beberapa meter di depannya, berteriak histeris dengan suara melengking yang bisa menghancurkan telinga. Merasa ada kesempatan, Leon segera berlari menuju mobil.

Leon mencoba membuka pintu mobil, tetapi sayangnya pintu itu terkunci. Seingatnya dia tidak menguncinya saat sedang keluar tadi.

Pria itu tak kehilangan akal. Dia segera berlari menjauh dari sana. Sosok menyeramkan itu segera mengejar Leon sambil berteriak marah.

Leon terpojok saat melihat sebuah jurang menganga yang gelap berada di depannya. Apalagi sesosok menyerupai wanita dengan tubuh berwarna biru dan beberapa kulit mengelupas memperlihatkan daging kemerahan berhiaskan belatung tampak menari-nari manja, diiringi bau busuk yang membuat perut bergejolak menahan mual.

Sosok itu menjulurkan kedua tangannya yang berwarna ungu pucat dan mengelupas, memperlihatkan tulang dan daging yang membusuk serta terlihat belatung yang menggeliat di sana, bahkan beberapa terjatuh ke tanah membuat pria itu meringis geli.

Leon sangat membenci sesuatu yang menggeliat seperti cacing, ulat maupun apapun yang kecil dan lunak!

"Pergi dari hadapanku, setan sialan!" Leon mengumpat sambil berjalan mundur, naas pria itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam jurang.

"Apakah ini akhir hidupku? Ragna, maafkan aku yang belum bisa melihatmu tumbuh dewasa dan mendampingi mu. Aku harap kau selamat dan memulai hidup baru." Batin Leon sambil memejamkan mata.

'Degh'

Leon merasa sesuatu yang besar dan gelap tiba-tiba menjalar dari dalam tubuhnya. Pria itu merasakan panas yang luar biasa.

"Aaakkkhhh!!!"

Aura hitam kemerahan tiba-tiba merembes keluar dari tubuh Leon, membungkus tubuh pria itu seperti kepompong. Ingatan yang seperti bukan miliknya tiba-tiba keluar begitu saja.

'Boomm!'

Tubuh itu terjatuh di dasar jurang, membuat sosok itu menyeringai senang dan meluncur dengan kecepatan tinggi, berniat membunuh Leon malam ini juga.

'Duaarrrr!!!'

Beberapa inchi dari tubuh Leon, sosok itu tiba-tiba terhempas begitu saja akibat sebuah ledakan yang terpancar dari tubuh pria itu. Menabrak pepohonan hingga tumbang dan tubuhnya tertancap di sebuah bebatuan yang ada di sana.

Leon mengepalkan tangannya saat merasakan energi baru di tubuhnya. Pria itu mengepalkan tangan dan tertawa keras. Terlihat matanya berwarna merah dengan pupil runcing berwarna hitam.

"Sudah lama sekali aku tertidur." Leon menyeringai tatkala menatap sosok yang tertancap di bebatuan. Kilasan orang-orang yang ingin mencelakainya terlihat di sana membuat pria itu menggeram kesal.

'Wuuusshhhh!'

Leon mencekik sosok itu dan membantingnya ke tanah.

Sosok itu menjerit keras dengan suara melengking, membuat siapapun menjadi tuli. Leon yang seperti kerasukan menghajar habis sosok itu hingga hancur.

"Saatnya balas dendam, khekhekhe..."

Leon melompat keatas dan mengeluarkan sayap hitam. Pria itu terbang melesat membelah langit yang mulai gelap.