Turun Ranjang
Fawwas, seorang dokter ahli bedah tidak menyangka harus mengalami kejadian yang menyenangkan sekaligus memilukan dalam waktu yang bersamaan. Saat putrinya dilahirkan, sang istri meninggal karena pendarahan hebat.
Ketika rasa kehilangan masih melekat, Fawwas diminta untuk menikahi sang adik ipar. Dia adalah Aara, yang juga merupakan seorang dokter kandungan. Jelas Fawwas menolak keras, belum 40 hari istrinya tiada dia harus menikah lagi. Fawwas yang sangat mencintai istrinya itu bahkan berjanji untuk tidak akan menikah lagi.
Tapi desakan dari keluarga dan mertua yang tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang lain membuat Fawwas terpaksa menerima pernikahan tersebut. Terlebih, itu juga merupakan wasiat terakhir dari sang istri meskipun hanya tersirat.
Bagaimana Fawwas menjalani pernikahan nya?
Apakah dia bisa menerima adik iparnya menjadi istri dan ibu untuk putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IB 21: Keirian
Kata-kata dari Erka terus membayangi Fawwas. Bahkan saat ia sedang menghadiri rapat internal departemen bedah di rumah sakit pun Fawwas sedikit melamun dan tidak fokus. Nisya yang duduk di sebelah Fawwas sampai harus berkali-kali menepuk bahu rekannya karena terlihat sekali tatapan mata kosong dari pria itu.
" Sebenarnya kamu ini kenapa sih Fa, apakah sedang banyak yang dipikirkan? Apa yang masuk ke pikiranmu sehingga bisa membuatmu seperti ini. Setelah ku ingat-ingat, baru kali ini lho kamu tidak fokus dalam pekerjaan," tanya Nisya panjang lebar. Nisya sangat heran, memang selama kali bekerja bersama, baru kali ini Fawwas terlihat sedemikian.
" Tck ... tck ... tck, kita lihat ini. Seorang Fawwas Nakula Dewandaru, sedari dari tadi hanya melamun saja tidak jelas. Pasti dia tidak tahu apa yang dibicarakan di dalam tadi, tapi tentu tidak masalah. Dia kan keluarga pemilik rumah sakit, jadi tentulah mau dia memperhatikan atau tidak bukan menjadi masalah besar."
Seorang pria dengan jas dokter menatap sinis ke arah Fawwas, akan tetapi Fawwas acuh. Dia bahkan langsung melengos pergi tanpa melihat ke arah pria tersebut.
" Arsyad, aku peringatkan, jangan mencari masalah dengannya saat ini. Suasana hatinya sedang tidak bagus, jika kau nekat melakukannya maka kau pasti akan menyesal," ucap Nisya memperingatkan. Ya, orang yang tadi menyindir dan mencibir Fawwas adalah Arsyad Daffar Sanusi. Pria itu selalu tidak puas jika tidak mengganggu Fawwas. Akan tetapi,dia selalu kalah telak dengan pria itu. Banyak kekurangan yang dia miliki jika dibanding dengan Fawwas.
Arsyad terlihat sangat geram saat Fawwas tidak mempedulikan dirinya tadi, bahkan Fawwas seperti tidak menganggap keberadaanya ada di sana. Ditambah lagi peringatan dari Nisya membuat pria itu semakin kesal.
" Lihat saja, aku yakin kamu tidak sesempurna kelihatannya. Aku yakin kamu memiliki sisi buruk, dan aku akan mengungkapkan itu Tuan Sok Sempurna."
Arsyad berjalan cepat menuju ke sebuah ruangan. Tertulis di sana adalah ruang wakil ketua departemen bedah. Arsyad membuka pintu ruangan tersebut dengan sedikit lebih keras sehingga orang yang berada di dalam terkejut.
" Arsyad, apa-apaan kamu ini. Jangan bersikap tidak sopan begitu. Meskipun aku adalah ayahmu tapi di rumah sakit ini aku adalah atasanmu!" teriak keras seorang pria paruh baya yang saat ini sedang duduk di kursinya. Ia terlihat tengah sibuk memeriksa rekam medis pasien miliknya.
" Pah, papa ini papa aku bukan sih. Mengapa papa tidak pernah sekalipun membelaku. Papa malah selalu menyalahkan aku," decak Arsyad. Dia sungguh kesal sekarang. Rasa kesalnya malah bertambah saat menemui sang ayah. Ya, Dr. Sanusi adalah ayah kandung dari Arsyad ya g menjabat sebagai wakil direktur departemen bedah. Jabatan Dr. Sanusi berada tepat dibawah Dr. Radika Tara Dwilaga yang merupakan salah satu dari pemilik Rumah Sakit Mitra Harapan sekaligus sepupu dari Fawwas.
( Meskipun Fawwas dan Dika sepupuan, tapi usia mereka jauh ya guys. Soalnya Dika sama Bisma hanya terpaut usia 8 tahun)
" Jika yang kamu lakukan benar, maka Papa akan membelamu. Tapi, jika yang kamu lakukan salah, maka Papa juga akan meluruskan kesalahan tersebut. Orang tua menyayangi anaknya bukan dengan cara membenarkan semua perbuatan yang dilakukan sang anak, akan tetapi mengatakan benar jika itu memang benar, dan mengatakan salah jika memang itu salah."
Bukannya mengerti tapi Arsyad malah semakin kesal. Ia langsung saja keluar dari ruangan Dr. Sanusi dan menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat keras. Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Dr. Sanusi. Ia sungguh tidak mengerti mengapa putra nya bisa menjadi seperti itu.
" Apa yang salah dengan pendidikan yang aku berikan, mengapa Arsyad tumbuh menjadi orang yang egois begitu," keluh Dr. Sanusi. Dia tidak habis pikir dengan sikap sang putra.
Sedangkan Arsyad, dia yang merasa bahwa Fawwas tidak sebaik yang terlihat di luaran, mulai membuat sebuah gerakan. Arsyad memutuskan untuk mengintai Fawwas. Ia bahkan membayar orang untuk terus mengawasi gerak-gerik Fawwas. Arsyad bahkan berani bertaruh bahwa Fawwas bukanlah pria sempurna seperti kelihatannya. " Lihat saja, aku pasti akan menemukan sisi buruk mu."
Arsyad benar-benar tipe orang yang tidak akan menyerah sebelum keinginannya tercapai. Dan keinginannya kali ini adalah menghancurkan Fawwas. Dia selalu tidak suka dengan pencapaian Fawwas yang melebihi dirinya. Arsyad selalu menganggap bahwa apa yang di dapatkan oleh Fawwas merupakan campur tangan keluarga yang notabene nya pemiliki rumah sakit ini.
Pria itu juga tidak hanya sekali meminta kepada sang ayah untuk menaikkan jabatannya, akan tetapi hal tersebut jelas ditolak mentah-mentah oleh Dr. Sanusi. Dr. Sanusi adalah dokter yang sangat kompeten di bidangnya. Dia juga bukanlah tipe-tipe orang yang suka dengan nepotisme. Dr. Sanusi bahkan sama sekali tidak membantu Arsyad untuk masuk ke dalam RSMH. Dia meminta sang putra menggunakan jalur umur seperti pencari kerja lainnya.
" Papa ku itu memang bodoh, dia sungguh tidak bisa diajak kerja sama dan kerja cerdas. Semua harus lurus-lurus saja. Jika begini terus, kapan aku menempati posisi yang lebih baik. Untuk jadi dokter senior saja aku tidak bisa, semua itu gara-gara Fawwas. Aku sungguh tidak menyukai orang itu. Huh!"
TBC
kita pasti bisa...
memang betul trauma seseirqng akan susah untuk di lupakan...memakan waktu...
itu juga ku alami sendiri,sampai skrng masih harus pergi kaunseling..untuk menyembuhkan rasa trauma yg sdh 2 thn lbh...hhuuuffzz.../Sweat/
skrng tugasmu untuk memulihkan keadaan...