NovelToon NovelToon
Kakak, Boleh Aku Mencintaimu?

Kakak, Boleh Aku Mencintaimu?

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Keluarga / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:380.1k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Zanna Kirania mendapatkan seorang kakak laki-laki setelah ibunya menikah lagi. Dia jauh dari bayangan Zanna tentang seorang kakak. Cuek, dingin, tidak peduli dan kasar.

Semua berubah saat mereka saling mengenal satu sama lain dan akhirnya menjadi seperti sebuah keluarga yang bahagia. Tapi itu tak lama sampai kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Lalu Kiran mendengar kakaknya menyalahkan ibunya karena membuat ayahnya meninggal. Kiran yang marah memutuskan untuk pergi dari rumah untuk tinggal dengan bibinya di kota lain.

Mereka terpaksa bertemu setelah 7 tahun kemudian, karena pekerjaan baru Kiran. Pertemuan itu mengejutkan Kiran, karena yang menunggunya di rumah adalah seorang pria dewasa yang sangat tinggi dan tampan. Benarkah dia kakaknya yang dulu?

Apakah mereka akan menjalin hubungan sebagai keluarga lagi atau malah sebagai sepasang kekasih? Apa boleh Kiran mencintai seseorang yang dulu dibencinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Kiran membalikkan badannya. Lima menit kemudian dia berbalik lagi untuk berbaring ke sebelah kiri. Tidak tahu kenapa, dia tidak bisa tidur seperti yang sudah direncanakannya tadi. Padahal kasur yang ditidurinya sangat nyaman. Kamar yang sedang dipakai olehnya juga amat sangat nyaman. Dia juga sudah men-sugesti pikirannya agar membayangkan kalau dirinya berada di dalam hotel. Tapi tetap saja otaknya tidak mau diam.

"Emang kalo bukan rumah sendiri" katanya lalu bangun dan memilih untuk melihat halaman belakang yang terlihat dari kamarnya.

Rumah ini sungguh lengkap. Kiran menemukan sebuah ruangan penuh dengan alat olahraga di lantai bawah tadi. Kolam renang dengan pancuran pembersih juga ada di halaman belakang. Sungguh mirip dengan rumah orang super kaya yang selalu dilihatnya di tv. Hal itu membuat Kiran bertanya-tanya.

'Seberapa kaya kak Dhika sebenarnya?'

Dua mobil mewah dan rumah besar mentereng. Berada di lokasi yang eksklusif. Sepertinya kak Dhika memang berubah menjadi seseorang yang berbeda di pikiran Kiran. Bukan orang malas dengan janggut dan kumis yang kotor lagi.

Merasa bosan terus berada di dalam kamar, Kiran melangkah keluar. Dia melihat ke kanan dan kiri lalu bertemu dengan salah satu pegawai rumah ini.

"Apa Mbak Zanna butuh sesuatu?" tanya pegawai itu dengan sopan.

"Ehmmm"

"Pak Radhika ada di kamarnya" jawab pegawai itu bahkan sebelum ditanya oleh Kiran. Dengan menunjuk ke sebuah pintu yang berada tepat di depan kamarnya.

"Makasih"

"Iya. Saya pergi dulu"

Kiran membungkuk lalu melihat pegawai rumah itu berjalan turun ke lantai satu. Dia lalu menatap pintu yang ada di hadapannya. Ragu untuk mengetuk.

Sebelum sempat membulatkan tekad untuk mengetuk pintu, tiba-tiba kak Dhika sudah berdiri di depannya.

"Apa kamu butuh sesuatu?"

"Ha? Gak" jawabnya bingung.

"Kamu tidak tidur"

"Gak bisa. Bukan rumah sendiri jadi ... "

"Apa kamu mau makan diluar?" ajak kak Dhika. Kiran menggigit bibir bawahnya, tidak tahu harus menjawab apa. Dia sedang tidak lapar tapi bosan terus berada dalam kamar.

"Ehm, kemana?"

Kak Dhika tersenyum mendengar jawabannya. Senyum yang tidak pernah sekalipun dilihat oleh Kiran selama ini. Ternyata ... kak Dhika punya lesung pipi di sebelah kiri.

"Kamu ganti baju saja dulu. Kakak siapkan mobil"

Kiran mengangguk dan kembali ke dalam kamar. Dia membuka koper dan mulai memilih baju. Ehhh, kenapa dia memilih baju dengan seksama hanya untuk keluar dengan kak Dhika? Kiran akhirnya memilih sebuah terusan sederhana berwarna coklat dengan tas dan sepatu flat putih. Ketika sampai di  lantai bawah, dia terkejut melihat penampilan kak Dhika. Orang itu memakai celana panjang berwarna coklat dengan kaos putih. Kenapa Kiran merasa pakaian mereka hampir sama? Dia menghapus pikiran itu lalu masuk ke dalam mobil yang pintunya dibuka oleh kak Dhika. Mobil yang sama seperti saat mereka ke rumah sakit waktu itu.

"Mau makan dimana?" tanya Kiran lalu memakai sabuk pengaman.

"Ikut saja"

Kiran diam dan menikmati pemandangan yang tersaji di depannya. Baru kali ini dia benar-benar melihat Malang yang ditinggalkannya sepuluh tahun lalu. Ternyata bepergian dengan mobil sekali-kali enak juga, pikirnya lalu tersenyum. Sekitar sepuluh menit berkendara, mobil masuk ke dalam sebuah halaman tempat makan.

CAFE PERTAMA

Itulah nama cafe yang sedang mereka tuju. Kelihatannya cafe mahal, melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman parkirnya.

"Kak Dhika sering kesini?" tanya Kiran yang akhirnya membuka suara.

"Bisa dibilang begitu"

"Ohhh"

"Ayo, keluar"

Kiran keluar dari mobil dan berjalan di sebelah kak Dhika menuju pintu depan cafe. Lalu dia mendapatkan kesan kalau cafe ini bernuansa sama seperti ... rumah kak Dhika. Terlihat dari pintu kayu besar di depan juga bingkai jendelanya.

"Duduklah" kata kak Dhika saat menarik kursi untuknya. Mereka duduk di sebuah tempat yang bisa melihat pemandangan kota Malang. Tak berapa lama muncullah seorang laki-laki dengan senyum merekah berjalan menuju meja mereka. Laki-laki itu tampaknya senang sekali bertemu dengan kak Dhika.

"Aku pikir kamu tidak datang hari ini" kata laki-laki itu lalu melihat ke arah Kiran. Kiran jadi salah tingkah karena wajah laki-laki itu cukup tampan menurutnya. Tinggi juga lagi.

"Ini Zanna. Zanna kenalkan ini temanku Ryan"

Tiba-tiba saja kak Dhika membuka perkenalan dengan laki-laki itu. Membuat Kiran semakin salah tingkah. Tapi laki-laki itu menyambutnya dengan sopan sekali.

"Akhirnya ... aku bisa melihatmu. Kamu cantik sekali"

"Apa?"

Dipuji secara langsung seperti itu tentu saja membuat Kiran tersipu. Dia tidak pernah membayangkan menerima pujian dari laki-laki setampan ini.

"Iya. Dhika tidak pernah bilang kalo adiknya secantik ini"

Tunggu ... adik? Apa laki-laki ini benar-benar teman kak Dhika? Bagaimana bisa laki-laki itu tahu hubungannya dengan kak Dhika? Kiran melihat wajah kakaknya dan orang itu kelihatan tidak nyaman.

"Pergilah sekarang!" kata kak Dhika pada temannya.

"Oh tentu saja. AKu akan menghidangkan makanan untuk kalian"

Ketika laki-laki itu pergi Kiran menatap kesal pada kakaknya.

"Siapa dia?" tanya Kiran segera.

"Dia temanku ... sejak kuliah"

Sejak kuliah? berarti sepuluh tahun lalu sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Apa dia tahu kalo kita ... "

"Dia teman baikku sejak kuliah. Dia tahu semuanya tentang keluarga kita"

"Semuanya?"

Kak Dhika tampak terkejut dengan pertanyaan Kiran.

"Maksudku ... "

Kak Dhika tampak bingung mencari penjelasan. Padahal Kiran tidak akan marah atau apapun karena kakaknya memiliki teman dekat. Hanya saja, dia tidak pernah tahu kehidupan kak Dhika setelah berkuliah di Surabaya.Ternyata kakaknya itu memiliki teman baik yang bertahan sampai sekarang.

"Untung deh"

"Apa?"

"untung deh kalo kak Dhika punya temen selama ini"

"Apa maksudmu?"

"Kiran pikir, kak Dhika gak pernah punya temen dari dulu. Sejak kejadian itu ... kak Dhika kan gak pernah cerita punya temen"

Kak Dhika terdiam, mungkin mengingat cerita di balik bekas luka yang tetap ada di pergelangan tangan kirinya.

"Ryan temanku sejak pertama masuk kuliah. Ryan juga yang membantuku kembali kuliah setelah cuti karena kematian ayah dan ibu"

"Cuti?"

Sebuah cerita yang tidak pernah Kiran tahu lagi. Ternyata kak Dhika sempat cuti kuliah saat itu?

"Iya. Kakak harus mengurus perkebunan ayah saat itu. Jadi kakak terpaksa harus cuti kuliah selama satu semester. Untungnya Ryan membantu mengejar ketinggalan dan kakak bisa lulus disaat yang bersamaan"

Kiran mendengar cerita yang tidak pernah diketahuinya lagi. Kak Dhika mengurus perkebunan ayah Burhan? Ternyata kakak tirinya ini cukup bertanggung jawab, tidak seperti yang selalu dibayangkannya.

"Aku gak pernah tau"

"Kamu pergi dan gak mau nerima telpon kakak sama sekali waktu itu"

"Ya kan ... "

Kiran menahan mulutnya untuk tidak mengatakan masalah yang membuatnya pergi ke Jakarta dan sama sekali tidak ingin mendengar suara kakaknya lagi itu.

Suasana menjadi sedikit tidak menyenangkan sekarang lalu kak Dhika meraih tangan Kiran dengan lembut.

"Makanya, maafkan kakak dan bisa tidak kita jadi seperti dulu lagi mulai sekarang?"

Genggaman kak Dhika hangat sekali. Mungkin karena tangan orang itu besar sekali.

"Aku ... " Kiran belum bisa menjawab permintaan maaf kakaknya itu. Dia masih tidak tahu harus mengatakan apa sekarang.

"Pikirkanlah dulu pelan-pelan"

Kak Dhika tidak melepaskan genggamannya dan menatap Kiran dengan lembut. Sudah lama sekali Kiran tidak merasa hangat seperti ini. Pasti karena dia sebenarnya merindukan saat-saat seperti ini. Saat-saat berdekatan dengan seseorang yang pernah tumbuh bersama dengannya.

1
wiji rahayu
bagus critanya.. selalu suka novel dari kakak author.. trima kasih.. trus berkarya dan tetep semangat kak/Angry/
Nur Lela
❤❤❤
Sania Putri
keren
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
Luar biasa
Nur Hayati
mulai menyimak...
sarinah najwa
hanya berputar putar saja.... toxic
sarinah najwa
hubungan toxic ga jelas banget 😤
yulianti kurnia
kok tdk ada cerita mpx up dong
Puspa Rani
penasaran aku bacanya
kei
kakak ditunggu up nya...😍😍
Miraecle
ceritax sederhana.. tidak berbelit" penulisanx juga rapi.. pokokx KEREN.
Lela
bodoh bgt nih cowok
Khanza Afifa
anjay di suruh pergi
Titin Nur
seru👍👍👍👍
Herawati Savanna
lanjut kak
Nur Yeni
endingnya gimana...? apa masih berlanjut thor..?
Lina ciello
hajarr ae dika kui.. kok enak2 opo2 kon diemm... diemm. gundulmukui 😡
Lina ciello
dasarr wong lanang butaaaa😡
Lina ciello
wong lanang ogeb bgttt... dimanfaatka kok gelemmm 😡
Lina ciello
ppaling desi mantanne dhika. sek. mendua krna gelem dijak ek. sepi2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!