Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Ku percaya, suatu hari nanti
Aku akan merebut hatimu
Walau harus menunggu sampai ku tak mampu
Menunggumu lagi
Serpihan hati ini kupeluk erat
Akan kubawa sampai ku mati
Memendam rasa ini sendirian
Ku tak tahu mengapa aku tak mampu
( Utopia - SERPIHAN HATI )
...****************...
Juminten masih menangis di dalam kamarnya. Menikmati rasa sakit atas nama cinta yang harus berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Mendengar dengan indra pendengar nya sendiri, suaminya lebih mencintai Mala dibandingkan dia sebagai istrinya. Rasa kesetiaan yang selalu di torehkannya untuk Bambang di balas sangat manis.
"Bismillah!" Ucap Juminten sambil. memasukkan baju nya ke dalam ransel sekolahnya.
Sekarang saatnya dia harus meninggalkan rumah ini. Rumah yang di huni setelah mertuanya wafat. Ah, mertua! Juminten menangis kembali. Menepuk dadanya, menguatkan tubuhnya menghadapi nasib rumah tangga nya yang baru 10 hari dia jalani.
Cklek!
Mendengar suara pintu terbuka, Juminten tetap melanjutkan aktivitasnya. Juminten tau, pasti suaminya yang masuk.
Bambang masuk ke dalam kamar, menghampiri Juminten yang sibuk menata bajunya di dalam tas ranselnya. Sayangnya, kehadiran nya kali ini tak di sambut seperti biasanya. Membuat Bambang bingung harus melakukan apa. Bambang pun mendudukkan tubuhnya di samping Juminten, mencoba berbicara dengan sang istri.
"Maafin aku, ya!"
"Maaf, Aku jauh lebih mengenal Mala dulu, sebelum menengenalmu, Mam!"
"Maafkan aku yang belum bisa setia sama kamu! "
"Maafkan aku, yang sudah mengecewakanmu!"
4 Kalimat yang sudah diucapkan berkali-kali oleh Bambang. Dan Juminten hanya menanggapinya dengan senyuman palsunya, berharap senyuman itu mentransfer energi bahagia ke hatinya. Sayangnya, hati yang telah retak tersebut tak semudah itu bisa kembali utuh walau sudah pakai lem G.
Juminten menarik nafas panjangnya, "Makan, yuk! Aku laper!"Juminten berdiri, berjalan menuju pintu.
Bambang masih melongo mendengar ajakan istrinya. Bukannya tadi istrinya berkemas? Bahkan ransel sekolahnya sudah penuh dengan baju nya.
"Loh, kok ngelamun? Ayo makan! Aku laper banget,nih. Yuk!" Juminten pun menarik tangan Bambang untuk keluar kamar.
Bambang pun menganggukkan kepalanya. Mengikuti langkah sang istri ke dapur. Di lihatnya Juminten clingak-clinguk mencari bahan makanan.
"Lagi cari, apa?"
"Mau cari lauk. Tapi, aku males masak. Beli, aja yuk!"
"Mau makan apa?"
"Ke kaepci, yuk! Udah lama aku nggak beli mocca floatnya. Aku ganti baju dulu, ya!"
Bambang pun mengiyakan permintaan sang istri. Hitung-hitung permintaan maafnya.
"Aku mandi dulu ya... Em-mam!"
"Oke, Mas! Aku siapin bajunya, ya!"
Bambang kaget mendengar panggilan Juminten yang berbeda lagi kepadanya. Apakah ini juga salah satu bukti kekecewaan Juminten padanya. Baru kemarin sore, mereka sudah saling setuju dengan panggilan untuk mereka berdua saat berdua.
Bambang tak mau ambil pusing. Melihat Juminten ceria di hadapannya, sudah mewakili menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.
Juminten menyiapkan kaos putih untuk mereka berdua. Juminten memakai kaos oversize dengan baggy pants 3/4 berwarna hitam. Tak lupa kacamata hitam dan tas slempang kecil hitam. Rambutnya yang biasanya di urai, di ikat tinggi-tinggi menampakkan leher jenjangnya.
Melihat suaminya sudah berganti pakaian, Juminten pun menggandenganya. "Yuk, berangkat!"
"Mau ke kaepci gerai yang mana?" tanya Bambang sambil menyetir.
"Yang di Mall Kebun Toge aja. Sekalian, Jumi pengen kencan. Biar pernah tau rasanya bahagia."
Bambang pun mengarahkan motornya ke Mall yang di minta. Turun dari motor, tangan Juminten bergelayut mesra pada Bambang. Orang yang melihat mereka, pasti tak percaya jika mereka sedang ada masalah.
"Keliling dulu yuk, biar nggak bosan!"
Juminten mengajak Bambang membeli beberapa baju mereka yang akan mereka bawa untuk pergi LDKS.
"Butuh chinos lagi nggak?" tanya Juminten sambil memilih kaos.
"Kayaknya nggak deh!"
"Beli aja 1. Jadi, buat gantian ma kerja. Pas ngojek pake celana yang lama aja."
"Ngojek pake training aja. Males yang bahan tebal."
"Kan yang cuci bajunya bagian Jumi. Eh, salah mesin cuci. Jadi, nambah aja ya!"
"Oke, deh. Manut!"
Setelah pembayaran di kasir. Mereka bergandengan kembali, melanjutkan ke time zone. Juminten mengantri mengisi kartu nya. Terlihat Bambang sedang menelpon orang, sepertinya Mala. Terbukti Bambang langsung menjauhi dirinya. Juminten yang melihatnya hanya menarik napas.
Kalau kamu bahagianya dengan dia, bukan dengan aku. Aku rela melepaskanmu!
Sedangkan Bambang sendiri mengangkat telepon dari Mala menjaga jarak jauh dari Juminten untuk menjaga perasaannya. Terdengar suara tangisan dari Mala.
"Halo, Mala!" tidak terdengar sautan jawaban dari Mala.
"Nggak ada apa-apa, Juminten nya ini lagi di time zone sama Abang. Nggak usah nangis, dia aja ceria. Udah ah nangisnya, apa perlu Abang susul kamu kesana?"
"Udah, ya. Abang matiin. Jangan lupa makan!"
Juminten yang sudah selesai mengantri, menepuk bahu Bambang.
"Nggak jadi main ya, Mas. Juminten laper, nih! Langsung ke food court yuk!"
Juminten meninggalkan Bambang di belakangnya. Setelah sampai di gerai yang di cari, Juminten segera memesan makanannya.
"Selamat siang, mau order apa kak?" tanya kasir.
"1 buket ayam, 1 kentang, 1 mocca float, Emm.. Nasi nya 1, spaghetti juga 1."
"Sudah,kak? Saya ulangi yaa. 1 buket ayam, 1 kentang, 1 mocca float, 1 nasi juga 1 spaghetti."
"Oke, sip kak."
"Baik. Total nya 245ribu semua."
Mendengar tagihan istrinya, Bambang pun memberikan uang pada kasirnya.
"Baik, terima kasih,kak."
Mereka pun mengambil tempat duduk di pojokan. Juminten mengeluarkan tripod kecilnya. Diletakkannya hpnya di depannya. Dia asik mencari drama china kesukaannya.
"Beli gini doang, bisa buat uang belanja kamu 3 hari." Bambang sambil menyomot kentang di depannya.
"Orang sakit butuh biaya untuk berobat. Termasuk orang sedang sakit patah hati kayak Jumi, butuh juga biaya untuk bahagia!" jawab Juminten sambil menggigit keras paha ayamnya.
Skakmat!!!
Ucapan Juminten membuat Bambang diam. Bahkan, kentang goreng yang tadinya nampak menggiurkan mulai terasa tawar di lidahnya. Juminten mengacuhkan Bambang, dia sendiri asik dengan dunianya sendiri.
Juminten menghabiskan seluruh makanannya. Bahkan kentang milik Bambang ikut tandas dihabikan juga.
"Alhamdulillah, kenyang juga. Emang mood makan paling enak ya kayak gini." Juminten mengangkat tinggi perutnya karena kekenyangan.
"Gimana nggak kenyang, kamu habisin semuanya. Kentangku aja, kamu makan!"
"Eh, Maaf, Mas!" ucap Juminten dengan mode malu, sambil menyelipkan rambut di belakang telinganya. "Soalnya, biasanya walau ada Mas. Juminten nggak pernah di anggap Mas ada. Hehe.. Jadi kebiasaan semua serba sendiri, deh. "
Lagi-lagi jawaban Juminten membuat Bambang menyesal akan kesalahannya pada istrinya. Bambang bingung bagaimana cara mendapatkan maaf istrinya, karena semua kesalahan ada pada dirinya.
Tangan Bambang mengepal, menahan gejolak emosinya, ternyata menghadapi Juminten yang sedang merajuk lebih berat dari pada Juminten yang mode bar-bar.
"Ikut aku!"
"Kemana?"
"Ke rumah Mala."
"Mau pamer kemesraan kalian? Apa mau pamer kenangan kalian selama bersama? " jawab Juminten dengan santai.
Bambang meremat rambutnya yang tidak gatal. Bukannya, Juminten sendiri tau, Bambang di tolak sahabatnya tersebut.
"Maafin Jumi ya, Mas. harusnya pernyataan Jumi tadi, Jumi berikan kepada suami yang mencintai Jumi. Sedangkan Mas?" Juminten melirik suaminya.
"Kita sama-sama tau, kenapa sampai saat ini kita bisa bersama juga bersatu dalam ikatan pernikahan. Jadi, harusnya Jumi tak sekesal ini sama Mas maupun Mala. Maafin Juminten ya, selalu suka bikin Mas kesal dengan semua sikap Jumi. Juminten juga siap di talak Mas kapanpun. Toh, kita hanya menikah dengan siri! "
Bambang kaget mendengar ucapan Juminten. 'TALAK' ? Mengapa semudah itu Juminten membahas nya. Bambang mulai merasakan gejolak dalam dadanya, ada rasa takut kehilangan istrinya. Bahkan kata 'TALAK' pun tak ada dalam pikiran Bambang.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨