kesabaran yang di lakukan seorang istri untuk suaminya, yang gemar bermain wanita, bahkan di saat dirinya baru melahirkan!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intan Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"KUNJUNGAN MERTUA"
"Assalamualaikum" ucap dari luar.
"Waalaikumusallam" jawab ku.
"Pak Bu. ayo masuk"
"Iya Tar"
kedua mertuaku nampak bingung. pasalnya di ruang tengah ini
banyak sekali baju yang bercecer.
ini semua barang yang ku jual.
"Ini apa? Kok banyak baju baru" tanya ibu mertua.
"Ini bu. Tari sekarang jualan pakaian"
"Oh Tari jualan. hebat ya kamu nak. semoga laris manis ya " ucap bapak mertua.
hal sebaliknya. ibu mertua nampak menunjukan wajah kurang suka.
"Harusnya kalau jualan. baju nya jangan di tumpuk gini. jadi berantakan" ucap ibu mertua
tentunya sudah ku duga. ucapan nya akan sedikit menusuk.
"Iya Bu. nanti Tari beli rak agar rapih"
"Hem. bagus si kamu jualan. jadi tidak terlalu mengandalkan suami"
tidak tahu saja dia bahwa anak nya jarang sekali memberi ku uang.
tapi untung nya bapak mertua teramat baik. kadang dia mengantarkan beras ikan dan uang padaku.
kata ayah mertua Adit memang masih belia takut nya dia tidak tahu kewajiban tentang nafkah.
yaa. jika Adit belia maka aku masih bayi.
pasalnya usia kami saja terpaut 5 tahun.
aku pun menghidangkan air dan beberapa cemilan tentunya setelah ku bereskan semua jualan ku itu.
"Kamu belum hamil Tar?" pertanyaan yang seketika membuat ku kaget bukan main.
"Belum Bu. mungkin Allah belum memberikan kesempatan itu"
"Kamu yang benar dong. jangan terlalu sibuk dengan usaha kamu. lagian kan usaha gini paling berapa sih untung nya."
"Iya Bu"
"Kami tuh udah pingin Timang cucu dari Adit. Umaya saja yang nikah belakangan udah mau lahiran. lah kamu masih belum hamil juga"
"Udah lah Bu. namanya juga belum di kasih sama Allah" ucap bapak yang membelaku.
aku hanya diam mendengar ucapan ibu mertuaku itu.
sudah jelas umaya akan melahirkan orang pas nikah saja udah isi
aku berusaha menyuguhkan yang terbaik.
agar tidak jadi bahan omongan nanti.
pasalnya aku tahu. sikap orang orang seperti ibu mertuaku ini pasti suka menjelekan orang lain.
sekitar 2 jam kunjungan ayah dan ibu mertua.
akhirnya mereka pulang juga.
panas juga rasanya mendengar celotehan nya. lagi lagi tentang kehamilan.
mana aku tahu coba. orang Allah belum memberikan kepercayaan padaku. mau gimana lagi
saat aku kembali memilih pakaian yang sudah di pesan.
Desi dan dua orang teman nya datang.
"Ngelamun terus. sampai kita datang aja gak tahu" protesnya.
"Ihh siapa yang melamun. nggak kok. aku cuma lagi lelah saja"
"Udah lah jangan terlalu sibuk"
"Iya"
"Sini biar aku ambil dan pilih sendiri pesanan ku"
Desi pun menggantikan posisiku kali ini.
dia memilih dan memasukan pakaian yang ia pesan ke dalam plastik besar.
sekitar 30 menit. Desi pun pulang membawa apa yang dia pesan sebelumnya.
tentunya dia yang memiliki segudang kepo itu.tidak akan puas sebelum mengintrogasi ku. apalagi aku sempat memasang wajah masam.
dan akhirnya aku pun menceritakan tentang ke inginkan mertua ku untuk memiliki cucu dari putra nya. yang sudah pasti mendapat ribuan ejekan dari Desi.
setelah bergelut dengan usaha ku seharian ini. rasa lelah menyelimuti ragaku.
terlebih ucapan ibu mertua masih saja mengganggu telingaku.
sepertinya dia memang tidak suka padaku. atau memang sikap nya begitu?
dari pada memikirkan apa yang tidak tidak. lebih baik aku mandi dan makan.
setelah menghabiskan 15 menit untuk membersihkan diri. aku pun selesai.
*********
sudah tiga bulan ini. Adit memberi uang nafkah selalu berkurang.
bahkan pernah selama satu Minggu dia tidak memberi nafkah sama sekali.
ucapan nya selalu sama.
"Kamu pakai uang mu dulu ya. untuk makan. aku sedang tidak pegang uang"
akhir nya mau tak mau. aku pun memakai uang keuntungan ku. mungkin Adit memang sedang dalam kesusahan.
aku pun tidak begitu memikirkan perihal nafkah.
bagiku penghasilan ku sudah cukup untuk menutupi keperluan kami.
akhir akhir ini Adit selalu pulang larut malam.
malah terkadang dia pernah tidak pulang sama sekali.
aku yang risau kala itu. Berusaha tetap tenang dan tetap berpikiran positif.
memang jarak tempat kerja dan rumah sangat lah jauh.
hingga saat itu ku dapati Adit pulang subuh.
wajah nya yang nampak sangat lelah.
membuat ku mengurungkan diri untuk bertanya banyak hal
tak apa lah. yang terpenting dia sudah pulang. jadi aku tak perlu banyak bertanya padanya.
mungkin saja motor nya bermasalah saat di jalan pulang.
pagi itu. aku membangunkan Adit untuk sarapan.
"Dit. ayo bangun dulu kita sarapan"
"Eemm iya Tar. jam berapa sekarang?"
"sudah jam 8 pagi"
"apa?"
Adit nampak terkejut dengan jawaban ku itu. matanya yang terbuka lebar.
membuat ku kaget.
"kenapa?"
"Kok kamu gak bangunin aku si Tar! aku itu harus kerja ini udah kesiangan. gimana sih kamu"
"aku pikir hari ini kamu libur?"
"Kalau aku libur mau dapat uang dari mana untuk menghidupi kamu"
Adit berlalu pergi meninggalkan ku dengan sejuta rasa bersalah.
apa selama ini aku begitu merepotkan nya.
apa aku hanya menjadi beban baginya?
mengapa rasanya sakit sekali. di saat dia mengatakan hal sedemikian rupa.
aku berusaha tenang. dan menyiapkan pakaian untuk di kenakan Adit.
dan menyiapkan sarapan untuk nya.
sekitar 5 menit Adit pun keluar dari kamar mandi.
namun dia tidak mengenakan pakaian yang ku sediakan.
tak pernah terjadi.dia kerja mengenakan celana jeans dan kemeja.
apa mungkin?
ahhh tidak. aku jangan berpikir buruk apalagi terhadap suamiku sendiri.
"Kok pakai baju itu?"
"Emang nya kenapa? sebelum kerja aku mau kondangan dulu"
"Oh iya. kondangan ke mana? apa aku gak ikut?"
"Gak usah lah. kamu di rumah saja. lagian kamu kan harus jualan.dan aku juga akan langsung kerja"
"Baik lah"
Adit tetap bersiap dengan menyisir rambut dan memakai parfum.
kebiasaan yang tak pernah terjadi.
"Ini sarapan dulu. aku udah masak"
"Gak usah lah. gak keburu"
"tapi aku udah siapin kamu makan sedikit saja. biar gak masuk angin"
"Nanti saja Tar. Oh iya kamu ada simpanan gak? aku belum gajian buat kondangan dan beli bensin"
"Emang nya kamu gak pegang uang?"
"kalau aku ada gak mungkin minjem ke kamu"
"berapa?"
"500 ribu saja"
aku kaget.bukan pasal tak ingin memberi nya.
namun uang segitu cukup besar bagiku. karna aku hanya mengambil untung 5 sampai 7 ribu dari tiap produk ku.
"500 ribu? "
"Iya 500 ribu. kamu ada kan?"
"ada tapi ini untuk kebutuhan kita"
"Udah lah. sini in dulu uang nya. nanti juga aku ganti"
aku pun hanya bisa pasrah dan memberikan uang yang Adit minta.
selama tiga bulan ini dia jarang sekali memberiku uang.
bahkan aku bisa menghitung berapa nominal yang dia berikan.
siapa nama BPK adinda..
gercep la Tar....
gemes aqu...
iya iya saja..
nuruttt aj ma Adit
kasian kamu Tarii..m
jgn berat2 la konfliknya,Thor
hidup ini sdh sulit ..
terbuka lah terima lah dgn ikhlas