Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03
Braakkkk
"Astaga!!!"... Teriak Aira kaget karna pintu kamar Zahra di buka dengan kencang.
Buggg...
Sambil ngomel Aira tak lupa melempari Fadli dengan bantal, untungnya Fadli jeli sehingga dia bisa menghindar.
" Sory... Mbak!! Mbak di bawah uda ada Daren dan Arga, susuli gih tadi cuma ada Zavina di sana", ucap Fadli pada Aira, sedang kan dia mulai menyiapkan perlengkapan medis dan mulai memeriksa kondisi Zahra.
Melihat Zahra yang masih memengang perutnya Fadli hanya bisa menghela nafas mau tidak mau Zahra harus di infus.
"Titip ini bocah Fad! Bisa-bisanya gak makan malam dulu cuma karna mau nungguin barbeque"
Setelah mengatakan itu Aira memilih kembali ke halaman belakang untuk menemui kedua tamunya. Begitu sampai dia menatap heran sebab hanya Zavina yang berada di situ.
"Zav? Zero, Arga dan Daren kemana?", tanya Aira pada Zavina yang sedang sibuk memanggang, Zavina hanya mengangkat kedua bahunya bertanda bahwa dia tak tau.
Sedangkan ke tiga pria itu berada di ruang kerja milik Zero, sebagai salah satu teman di dunia mafia Zero selalu membantu para rekannya.
"Bang kayaknya ada yang mencuri datamu?", ucap Zero pada Arga.
"Siapa kira-kira? Perasaan aku juga baru aja sampai di sini", jawab Arga dengan santai.
"Gak tau! Hackernya lumayan jago susah di lacak!", ucap Zero sambil memperhatikan gelombang huruf dan angka yang menjadi kode di layar komputer.
"Kayaknya kita harus mulai waspada bos! Janga-jangan ada musuh yang juga sudah berada di sini", sahut Daren.
"Besok malam jadi ke club buat transaksi! Sekalian misi untuk para tim protector?", Zero bertanya tapi matanya masih tetap fokus pada layar komputernya.
"Seperti biasa ruang belakang tempat pertemuannya", ucap Arga pada Zero.
"Beres! Semua udah di siapkan".
Obrolan ke tiganya terputus karna pintu ruang kerja Zero di buka paksa oleh seseorang.
"Bagus ya! Bukannya bantuin kalian malah ngobrol di sini?", teriak Aira murka.
Dan sontak Zero buru-buru keluar menuju halaman belakang, sedangkan Arga dan Daren hanya bisa mengelengkan kepala. Sifat bar-bar Aira terkadang membuat mereka pusing tapi biar pun begitu mereka tak pernah marah. Saat Zero sampai di halaman belakang dia celingukan karna suasana di sana sepi, Zero hanya menemukan makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja.
Mampus dahhh, ucap Zero sambil menepuk jidatnya. Tak lama Aira datang bersama Arga dan juga Daren.
"Kok loe sendiri Zer?" tanya Aira yang sudah sampai dia celinguk kan ke kanan kari tapi tak menemukan orang lain disana.
"Mbak cari apa? Kayaknya itu anak merajuk makanya gak ada di sini!", jawab Zero sambil menunjuk semua hasil masakan sang adik sepupu.
"Kalian sih 😤😤", ucap Aira sambil memukul lengan Arga.
Sontak Arga langsung mengeser badannya alhasil Daren lah yang terkena pukulan maut dari Aira, mereka tau betul watak Aira kalau sudah kesal pasti lah mereka menjadi pelampiasan.
"Kalian mulai lah lebih dulu! Aku keatas dulu untuk melihat mereka sekalian aku panggil Fadli turun", ucapnya lagi lalu pergi meninggalkan ke tiga pria itu.
"Siapa emang Zer yang di maksud Aira?", tanya Daren penasaran.
"Adik sepupu kami dari mami Reni", jawab Zero singkat.
Sedangkan Zavina bukan merajuk tapi selesai memanggang dia bergegas menyiapkan untuk sang kakak, sehingga dia pergi ke lantai atas tepatnya kamar Zahra.
Flasback 15 menit sebelumnya.
Saat Zavina sedang asik memanggang tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan suara alaram yang mendakan bahwa ada yang mencoba mecuri data dirinya sontak Zavina kaget sehingga dia melihat ke kiri dan kanan ternyata di situ hanya ada dirinya seorang dia cukup lega tapi juga merasa jengkel.
Isss... Kok tinggal aku sendiri disini?, gumam Zavina sambil menghentak kan kaki merasa kesal.
Karna yang di panggang tinggal satu ronde dia memutuskan mempercepat perkerjaannya, hingga dia teringat bahwa sang kakak yang sedang sakit sehingga dia berniat membawa makanan untuk Zahra dan juga untuknya dia berencana akan makan di kamar Zahra nanti.
Tak sampai satu menit dia selesai, lalu menyusun semuanya di atas meja lalu dia bergegas menuju lantai atas.
Tok tok
"Masuk", teriak Fadli karna Zahra yang tengah tertidur.
"Loh, Zav kok kesini?", ucap Fadli setelah melihat siapa yang mengetuk pintu kamar Zahra.
" Jadi mas gak suka kalok aku kesini?", jawab Zavina sewot.
"Ehh... Bukan gitu", sahut Fadli kelabakan.
Zavina lalu duduk di sofa yang menghadap ke arah halaman belakang dia melihat Zero yang datang sambil berlari dan tak lama datang Aira dan 2 orang pria yang Zavina belum tau siapa mereka. Mungkin mereka tamu mbak Ai yang tadi mereka tunggu, gumam Zavina dalam hati. Saat dia sedang melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba Zavina melihat Aira yang kesal sambil memukul salah satu dari teman prianya.
SYUKURINNN..., gumam Zavina saat melihat Zero dan pria di sebelahnya yang di pukul oleh Aira.
"Kok loe malah kesini? Gak gabung sama mereka!", tanya Fadli setelah dia melihat kearah pandang Zavina.
"Cihhh... Mas gak tau aja, aku tadi sendirian disana mereka entah kemana", jawab Zavina sambil memanyunkan bibirnya.
"Lah emang mereka berempat kemana?", tanya Fadli lagi, sebab dia memang tidak tau situasi di bawah tadi.
"Mana aku tau", jawab Zavina sambil mengidikan bahu, lalu dia bermain posel untuk menghilangkan rasa kesalnya. Di tengah-tengah kegiatannya dia masih sempat menanyakan kondisi Zahra.
"Mas, keadaan Kak Zah gimana?", tanya Zavina pada sang abang.
"Udah mendingan! Emang tadi Zahra gak ikut makan malam bareng kamu sama mbak Ai?".
"Gak ada sih! Lagian dia makan kan cuma tadi siang bareng kita", sahut Zavina sambil mulai memakan hasil masakkannya.
Tok tok
Ceklek... "Fad? Ada Zavina gak disin_____iiiii?", pertanyaan Aira terpotong saat melihat Zavina yang sedang asik mengunyah makanan.
O"Dah lah mbak sama mas Zero turun aja kebawa, kasian nanti temen kalian", sahut Zavina di sela-sela rasa kaget Aira.
"Lah kau gak ikut gitu?", ucap Fadli sambil menatap sang adik.
"Gak aku mau di sini aja sama kak Zah", jawab Zavina sambil melihat ke duanya.
"Padahal mbak mau kenalin kalian sama kedua teman kami", sahut Aira.
"Lain kali aja lah mbak, lagian aku mau tidur CAPEEKKK", jawab Zavina penuh tekanan.
Sontak Aira sadar dengan sindiran sang adik sepupu, "Ya maaf Zav!", sahut Aira sambil mengedipkan mata bertanda dia bersalah kali ini.
"Dah lah gak usah di bahas, buruan turun kasian nanti mereka pada kelaparan lagi", ucap Zavina sambil mengusir keluar kedua kakaknya.
Setelah keduanya keluar Zavina bergegas membagunkan Zahra yang masih tertidur.
"Zahhhhh.... Gawaaatttt?", ucap Zavina sambil mengoyang badan Zahra.
"Aduhhhh.... Aduhhhh... Sakit tau Zav! Gak lihat apa tangan aku lagi di infus", jawab Zahra sambil menahan sakit di telapak tangannya.
"Ehhh... Soriii", ucap Zavina.
"Lagian ada gawat apa sihhh, sampek heboh gitu?", tanya Zahra pada sang adik.
"Ahhhh... Iya, hampir lupa!", ucap Zavina sambil menepuk jidatnya.
Pada akhirnya Zavina menceritakan soal pembobolan data diri mereka, juga dia menceritakan kejadian yang membuat dia bad mood sampai sekarang.
"Intinya besok kita harus waspada jangan sampi lengah", ucap Zavina pada Zahra.
"Okeee, pokoknya kau harus stand by di mobil, sekalian mantau keadaan, jangan lupa mbak Ai juga sekalian di kabarin", jawab Zahra.
Merasa pembahasan mereka telah usai keduanya memutuskan untuk tidur," Bak kata perut kenyang hati pun senang", jadi kedua gadis itu sudah terlelap setelah menghabiskan makanan yang di bawak oleh Zavina tadi.