Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3- Membebaskan Gadis
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
"Hah! Jadi maksudmu, cucu mama masih ditahan didalam penjara?" tanya Bianca terkejut. Hal yang sama juga dirasakan oleh Galang yang merupakan adik kembar Gadis.
Tanpa memperdulikan keterkejutan mamanya, Vanno malah melangkahkan kakinya meninggalkan mereka.
"Vanno," seru Bianca yang tidak ditanggapi oleh Vanno yang terus saja berjalan menjauhi mereka. Akhirnya Bianca beralih pada Najwa.
"Na, kenapa kalian tidak berhasil membebaskan Gadis? Biasanya juga, setelah Vanno bicara dengan inspekturnya, Gadis langsung dibebaskan."
"Iya, Mah, tapi kali ini Vanno menolak. Dia bahkan meminta Gadis untuk ditahan saja, kalau perlu, sampai sebulan," jawab Najwa dengan wajah murung sambil menatap suaminya yang semakin menjauh.
"Apa? Keterlaluan. Bisa-bisanya dia memperlakukan putrinya seperti itu. Pokoknya mama harus bicara dengannya!" seru Bianca yang gusar pada anaknya setelah mendengar jawaban menantunya.
Jawaban ibu mertuanya yang sependapat dengannya, membuat wajah Najwa berbinar-binar.
"Iya, Mah, bicara dengannya ya. Minta dia untuk membebaskan putriku," pintanya penuh harap sambil memegang tangan ibu mertuanya. Dia senang karena ibu mertuanya selalu berada di pihaknya dalam persoalan Gadis.
"Percuma saja kalian membujukku, karena aku tidak akan berubah pikiran. Anak itu akan tetap ditahan, sampai dia bisa mengubah kelakuannya," seru Vanno dingin yang membuat mereka bertiga terkejut dan spontan menoleh menatap Vanno yang tidak berbalik badan untuk menatap mereka.
Pria itu hanya berhenti untuk mengatakan keputusannya itu, lalu kembali berjalan dengan langkah lebar meninggalkan mereka yang tampak gelisah mendengar keputusannya yang tampak bersungguh-sungguh.
🌻🌻🌻🌻🌻
Najwa sedang membantu memasangkan dasi Vanno yang hendak bersiap-siap ke kantor.
"Bie, kamu yakin, tidak mau membebaskan Gadis?" tanya Najwa dengan suara lembut dan sedikit manja.
"Cukup." Vanno mengacungkan jari telunjuknya, pertanda tidak ingin mendengar perkataan istrinya.
"Aku tau kamu pasti akan kembali membelanya, begitu juga dengan mama. Tapi, kali ini tidak akan ada yang bisa mengubah pendirianku termasuk kalian," ucap Vanno tegas sebelum dia berbalik dan meraih ponselnya dimeja rias karena Najwa sudah selesai memasangkan dasinya.
"Tapi, sampai kapan kamu akan membuat putri kita ditahan didalam penjara?" Najwa bertanya dengan gelisah sambil berjalan mengekor dibelakang suaminya.
"Sampai dia berubah, dan menjadi seperti yang aku inginkan."
"Sayang, aku yakin dia pasti akan berubah. Cepat atau lambat juga dia pasti akan kembali ke kodratnya...."
Vanno berhenti dan membalikkan badannya.
"Tapi itu tidak akan pernah terjadi, selama kamu dan mama masih memberinya kebebasan. Tidak mencoba untuk mendidik dengan bersikap tegas dengannya," serunya kesal.
"Aku hanya tidak ingin mengekangnya. Dia putriku satu-satunya. Dia juga cucu kesayangan mama. Karena itulah kami tidak bisa bersikap tegas sama dia, apalagi memarahinya," lirih Najwa dengan wajah menunduk.
"Itulah masalahnya, yang selalu membuatku kesal sama kalian. Aku selalu berusaha mendidiknya supaya dia bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya, sesuai dengan namanya. Tapi kalian selalu membelanya. Karena itulah dia tidak bisa berubah."
Raut wajah Najwa yang tiba-tiba tampak sedih membuat Vanno luluh dan merasa bersalah. Dia memang tidak pernah bisa melihat istrinya bersedih, apalagi karena dirinya. Dan itu adalah kelemahan terbesarnya.
Itulah yang membuat Najwa sangat bersyukur dan bahagia memiliki suami seperti Vanno yang setia mencintai dan meratukannya, selama 22 tahun pernikahan mereka.
Meskipun, tidak bisa dipungkiri kalau mereka sering berdebat karena berbeda pendapat tentang Gadis yang sulit diatur. Namun, itu bukanlah masalah berarti yang dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga mereka.
"Sayang, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk bicara keras sama kamu. Aku hanya tidak suka dengan caramu yang terlalu memberi kebebasan sama Gadis. Aku ingin dia berubah. Aku ingin dia menjadi gadis yang cantik, anggun dan feminin. Aku tidak suka dia terus berperilaku seperti pria. Aku ingin dia berperilaku, sesuai dengan jenis kelaminnya." Vanno menurunkan nada suaranya menjadi lebih pelan dan enak didengar.
"Iya, Bie, aku mengerti. Dan aku juga minta maaf, karena mungkin aku terlalu memanjakannya, hingga aku selalu membebaskannya untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya," ucap Najwa yang juga merasa bersalah. Dia akui dirinya memang lemah kalau menyangkut anak-anaknya.
"Tapi memasukkan dia kedalam penjara juga bukan solusi untuk mendidiknya. Dia tidak akan berubah semudah itu. Justru dia akan semakin liar. Apalagi, disana tidak ada anggota keluarganya yang perlu dia takuti dan hormati. Jadi, dia merasa bebas untuk berbuat sesuka hatinya. Aku melihat sendiri bagaimana dia menghajar semua tahanan dalam sel, dan menjadikan mereka sebagai budaknya," papar Najwa yang membuat Vanno terbelalak.
"Bukankah itu lebih parah lagi dibandingkan dengan kelakuannya dirumah? Jadi, apa yang kamu harapkan dengan menahannya didalam penjara? Kamu justru memberinya jalan untuk kebebasan tindakannya. Tapi kalau dia dirumah, kita bisa selalu mengawasinya. Dia tidak segitu beraninya kan kalau sudah berhadapan denganmu?" Najwa berusaha memprovokasi suaminya demi kebebasan sang putri.
Membuat Vanno jadi pusing. Apakah menahan putrinya didalam penjara bukanlah cara yang tepat? Apakah justru akan membuat anak itu semakin bar-bar?
Anak itu memang selalu membuatnya pusing dengan berbagai masalah yang diciptakannya. Dan, ini lebih memusingkan daripada menghadapi mantan suami dan mertua Najwa dulu.
🌻🌻🌻🌻🌻
Setelah mempertimbangkan saran Najwa, akhirnya Vanno setuju untuk membebaskan Gadis. Kepulangannya disambut dengan gembira oleh Bianca dan Galang.
"Oma!" seru Gadis yang menghambur kedalam pelukan omanya dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya.
"Cucu Oma. Akhirnya kamu pulang juga sayang. Oma sangat merindukanmu." Bianca membalas pelukan cucunya dengan sumringah. Kecupan juga diberikannya pada Gadis.
Vanno yang kesal dengan pemandangan itu pun berlalu. Sebenarnya dia sangat terpaksa membebaskan Gadis. Semua dilakukannya hanya karena takut putrinya akan semakin bertingkah brutal. Kalau bukan karena itu, dia tidak akan mau membebaskan putri bar-barnya itu.
Najwa membiarkan mertua dan anak-anaknya saling melepas kangen, sedangkan dia sendiri memilih untuk menyusul suaminya yang terlihat kesal.
"Bagaimana kabarmu selama berada didalam sel? Tidak ada yang menyakitimu, kan?" Bianca membelai wajah Gadis dan memindai setiap sisi tubuh cucunya itu. Mencari tau apakah tubuhnya terluka.
"Ya ampun, Oma. Oma bicara seakan-akan aku ini wanita dari jaman company. Ucapan Oma itu sama saja dengan merendahkanku. Memangnya ada, orang yang berani menyakiti Gadis? Kalau ada, berarti orang itu mencari penyakit atau bosan hidup," celetuk Gadis dengan sombongnya.
Bianca menarik nafas berat melihat tingkah sang cucu.
"Iya, cucu Oma ini memang hebat. Tapi kalau bisa, Oma minta berantem dan tawurannya dikurangi ya, supaya kamu tidak keluar masuk penjara terus. Kasian kan orang tuamu, bolak balik kekantor polisi untuk membebaskanmu?" Bianca mencoba menasehati dengan suara selembut mungkin sambil mengelus-elus kepala Gadis.
BERSAMBUNG