Briyan seorang pemuda tampan berumur 27 tahun, dia hanya hidup bersama ibunya, dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Ayah kandungnya, Ibunya Saraswati selalu menyembunyikan tentang siapa ayah kandung Briyan sebenarnya
Sampai suatu hari Briyan bertemu dengan Liliana dia adalah anak angkat dari seorang laki-laki kaya raya. Hubungan Briyan dan juga Liliana tidaklah mudah, kakak dari Liliana mencoba menghancurkan hubungan Liliana dengan kekasihnya, belum juga Adrian ayah angkat Liliana juga tidak menyetujui hubungan mereka.
Adrian belum mengetahui bahwa Briyan adalah anak kandungnya, dia menyuruh Liliana untuk mengakhiri hubungannya dengan Briyan karena menurutnya Briyan hanyalah pemuda miskin yang hanya menginginkan hartanya saja.
Hingga suatu hari, akhirnya Adrian mengetahui bahwa sebenarnya Briyan adalah anak kandungnya dengan Saraswati
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Yuk kawal cerita ini sampai selesai😊
Jagan lupa tinggalkan jejak kalian ya readers........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 # Bermimpi
"Mas, kamu? buat apa kamu menemuiku lagi, bukankah kamu sudah hidup bahagia dengan keluargamu?" Saraswati napak tidak suka melihat kedatangan mantan suaminya.
"Saras, kedatanganku kesini hanya ingin minta maaf, aku tau aku salah, aku ingin bertemu dengan anak kandungku, dimana dia sekarang?" Adrian mulai berjalan mendekati Saraswati.
"Berhenti mas, aku minta kamu menjauh dariku, aku sudah bahagia hidup dengan putraku, aku tidak mau kedatanganmu malah membuat putra kita marah besar."
"Kenapa bisa dia marah, aku ayah kandungnya, aku punya hak disini Saras, kamu tidak bisa memisahkan aku dengan putraku." Adrian menatap sendu kearah Saraswati.
"Tidak mas, aku sudah bilang pada putraku bahwa ayahnya sudah lama meninggal sejak dirinya masih kecil."
"Apa?" Adrian nampak terkejut kenapa bisa Saraswati malah mengatakan kalau dirinya sudah meninggal.
"Ya, mas. Sejak kamu pergi meninggalkanku mulai detik itu juga aku sudah menganggap kamu tidak ada, kamu sudah tega meninggalkan aku dan memilih menikah dengan perempuan lain, dimana hati dan nuranimu mas? apa aku hanya kamu anggap patung yang tak punya hati dan perasaan?"
"Saras, aku benar-benar minta maaf, aku akan bersujud di kakimu jika itu bisa membuatmu bisa memaafkan semua kesalahanku."
Tanpa berpikir panjang Adrian segera bersujud dibawah kaki Saraswati, tapi dengan cepat Saraswati langsung mundur beberapa langkah sampai akhirnya dia tidak sengaja beradu punggung dengan seseorang.
"Kalian? apa-apaan ini mas, apa ini wanita selingkuhanmu!" entah datang dari mana tiba-tiba saja Casandra sudah berada di belakang Saraswati, dan melihat keberadaan mereka di tempat itu.
Adrian nampak terkejut saat melihat kedatangan Casandra di tempat itu, kini didepannya sudah ada dua perempuan yang sama-sama berstatus sebagai istrinya.
"Kenapa diam mas? jelaskan semuanya? apa perempuan ini yang sudah membuat kamu ingin menceraikanku?" Casandra nampak sinis melihat ke arah Saraswati.
"Maaf saya tidak ada hubungannya dengan kalian, saya permisi!" Saraswati dengan cepat membalikkan badannya dan memilih pergi meninggalkan Casandra dan juga Adrian.
"Saraswati, tunggu! aku mohon, kali ini jangan pergi, aku tau aku salah, aku mohon kembalilah bersamaku!." Adrian mencoba mencegah kepergian Saraswati, tapi disana Casandra langsung tidak terima.
"Mas, aku ini istri mu! kenapa kamu malah lebih memilih dia?" Casandra menunjuk ke arah Saraswati.
Kepala Saraswati mendadak pusing melihat kekacauan yang ada, dia merasakan pening di kepalanya, dengan sekuat tenaga Saraswati segera berlari meninggalkan Adrian dan juga Casandra, dia ingin segera menjauh dari tempat itu.
Tapi entah mengapa tiba-tiba saja pergelangan tangannya seperti ada yang berusaha meraihnya, Saraswati segera menoleh kebelakang dan melihat siapa yang sudah berani memegang tangannya.
"Mas, kamu?" sabil berteriak Saraswati mencoba melepaskan pegangan tangan Adrian.
"Mas, lepaskan!"
"Bu, ibu...ibu kenapa? apa ibu baru saja bermimpi?" Briyan yang baru saja pulang dari bekerja langsung masuk kekamar ibunya saat dirinya mendengar suara berisik dari dalam kamar milik Saraswati, rupanya dia mendapati ibunya sedang tertidur sambil mengigau.
Saraswati mencoba membuka matanya, dia baru tersadar kalau ternyata dirinya baru saja bermimpi.
"Briyan? ini kamu kan?" ucap Saraswati sambil kembali mengusap kedua matanya.
"Ini aku bu, ibu kenapa? apa ibu baru saja bermimpi? aku dengar tadi ibu memanggil nama mas, apa jangan-jangan ibu baru saja bermimpi bertemu dengan ayah ya?" Briyan mencoba menggoda ibunya.
"Apaan sih, ayah kamu itu sudah lama pergi dan tidak mungkin kembali lagi kesini." Mata Saraswati langsung menoleh ketempat lain, dia tindak ingin Briyan bertanya lebih jauh lagi tentang ayahnya.
"Baiklah, apa ibu sudah makan? kalau belum, aku sudah membawakan makanan kesukaan ibu." senyum Briyan nampak mengembang disana.
"Briyan, ibu sangat bersyukur sekali memiliki kamu nak, kamu baik dan juga perhatian sama ibu, terimakasih ya sayang." Briyan nampak terharu, matanya terlihat berkaca-kaca saat mendengar ucapan terima kasih dari ibunya.
"Maafkan ibu, Briyan, ibu terpaksa harus berbohong tentang jati diri ayahmu yang sebenarnya, seharusnya kamu tidak harus hidup susah seperti ini, ayahmu adalah orang kaya, harusnya kamu juga berhak dengan hartanya, tapi sayang ayahmu memilih jalan lain dan tega meninggalkan kita." batin Saraswati.
Saraswati tidak tau harus sampai kapan lagi menutupi tentang masa lalunya nya dari Briyan, dia tidak ingin Briyan tau apa yang sudah terjadi pada dirinya dan juga ayahnya dia hanya ingin melihat Briyan sekarang bisa hidup bahagia meskipun tanpa bantuan dari ayahnya.
**
Di tempat lain, Daren diam-diam sudah mengetahui tentang masalah apa yang sudah terjadi pada kedua orang tua angkatnya, selama ini Daren tidak tinggal diam, dia mempunyai banyak mata-mata disetiap tempat.
"Jadi mama dan papa mau bercerai?" tanya Daren pada anak buahnya.
"Benar bos, perlu bos tau juga kalau ternyata diam-diam pak Adrian sudah melakukan tes DNA."
"Tes DNA? untuk apa?" Daren nampak bingung.
"Yang saya dengar, beliau melakukan tes DNA pada ibu Casandra dan juga anak kandungnya."
"Anak kandungnya? siapa? bukankah mama blm pernah menikah sebelumnya?" Daren mulai bertanya-tanya dengan informasi yg di dapat dari anak buahnya.
''Informasi ini juga belum jelas bos, tapi saya akan segera menemukan jawabannya." sambung anak buahnya.
"Ya sudah, kamu boleh pergi!" Daren kembali ketempat duduknya semula, disana dia masih berfikir siapa sebenarnya yang dimaksud anak kandung dari Casandra.
"Bisa jadi anak kandung mama itu Lilian, selama ini aku sudah curiga dengan sikap mama yang begitu peduli dengan Lilian, gawat! kalau sampai itu benar adanya posisiku bisa terancam. Siapalah aku? aku hanya anak jalanan, tapi tidak! aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi!'' Daren meremas sebuah foto keluarga di tangannya.
Selama ini Daren merasa paling disisihkan, kasih sayang yang Casandra berikan untuknya juga sangat berbeda dengan Lilian, berbeda lagi dengan Adrian, dia juga tidak perduli dengan dirinya, banyak beban yang selama ini Daren rasakan, selama ini dia tidak merasa bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.
**
Ditempat lain...
"Bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan informasi?" tanya Adrian pada seseorang diujung telepon.
"Sudah pak, saya sudah menemukan panti asuhan itu, disana saya hanya mendapatkan informasi bahwa benar ternyata ibu Saraswati pernah tinggal disana sampai beliau melahirkan putranya."
"Apa? jadi benar Saraswati melahirkan disana, anaknya laki-laki?" Adrian mencoba meyakinkan kembali ucapan anak buahnya.
"Benar pak, anaknya laki-laki, tapi setelah melahirkan ibu Saraswati sudah tidak tinggal di panti asuhan lagi, beliau ternyata bekerja pada keluarga orang kaya sebagai pembantu rumah tangga."
"Apa? jadi?" Adrian terduduk lemas setelah mendapati sebuah kenyataan yang menurutnya diluar nalar, dia tidak tau selama ini ternyata Saraswati dan putranya hidup serba kekurangan setelah dirinya meninggalkannya.
"Apa yang sudah aku lakukan pada kalian? aku benar-benar bodoh! aku sangat bersalah pada kalian semua." Tak terasa setelah berpuluh tahun Adrian tidak pernah meneteskan air mata kini air matanya tiba-tiba saja jatuh membasahi pipinya.
Nampak kesedihan mendalam yang kini ia rasakan, berpuluh tahun hidup dengan Casandra dia tidak pernah sedikitpun mencari keberadaan Saraswati dan juga putranya, tapi kini dia baru tau kalau ternyata hidup Saraswati sangatlah menderita.
"Tuan, anda baik-baik saja?" pak Sukarjo tidak sengaja melihat tuan besarnya sedang terlihat seperti sedang menangis, dia juga heran orang seperti tuannya ternyata bisa juga menangis, apakah gerangan yang bisa membuat tuannya itu bersedih.
Masih terlihat diam, dan belum mau menjawab pertanyaan pak Sukarjo, Adrian segera mengusap air matanya agar terlihat baik-baik saja didepan pak Sukarjo dia kembali bersikap menjadi Adrian yang dingin.
"Urus saja pekerjaanmu, kamu tidak perlu ikut campur tentang masalahku!" jawab Adrian ketus.
"Maaf tuan, tapi sekali lagi maaf, bukan saya lancang, tapi saya kesini hanya ingin menyampaikan sesuatu pada anda." Adrian segera menoleh kearah pak Sukarjo.
"Sesuatu? apa? Cepat katakan!."
"Begini tuan, saya sudah tau dimana ibu Saraswati tinggal." mata Adrian langsung melebar mendengar berita dari pak Sukarjo.
"Benarkah? dimana Saraswati dan putraku sekarang?" Adrian langsung bangun dari tempat duduknya dan langsung mendekati pak Sukarjo yang masih berdiri di ambang pintu.
"Saya tau tempatnya tuan, kalau tuan mau besok saya akan antarkan." ucap pak Sukarjo.
"Tidak perlu menunggu besok, sekarang saja kamu antarkan aku kesana! Aku tidak mau menunggu hari esok." Adrian ingin secepatnya menemukan Saraswati dan juga anak kandungnya.
"Ba-baik tuan, sekarang juga saya akan mengantarkan anda." sambung pak Sukarjo.
Sebenarnya pak Sukarjo sudah mengetahui keberadaan Saraswati sejak lama, tapi selama ini juga pak Sukarjo tidak pernah memberi tahukan kepada siapapun termasuk pada istrinya sendiri, dia sudah berjanji pada Saraswati untuk tidak memberitahukan pada siapapun.
Bahkan pak Sukarjo selama ini berpura-pura tidak tau apa-apa, dia mulai tersentuh saat melihat tuannya tadi menangis, hatinya mulai tidak tega untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya ia ketahui, dia juga kasian pada Briyan yang selama ini harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan juga ibunya.
"Briyan berhak bahagia, dia harus tau siapa ayah kandungnya, biarlah aku melanggar janji Nyonya Saraswati, mereka berhak bahagia karena Briyan adalah putra dari tuan Adrian, kemungkinan dialah yang akan jadi pewaris hartanya, karena selama ini tuan Adrian belum juga mendapat keturunan dari nyonya Casandra."
Hari itu juga Adrian dan pak Sukarjo berangkat menuju kerumah Saraswati, disana pak Sukarjo sebenarnya tidak yakin kalau Nyonya Saraswati mau menemui tuan nya, dia tau betul bagaimana sakit hatinya saat mengetahui suaminya meninggalkannya dan memilih menikahi wanita lain.
Tapi demi Briyan agar bisa mengetahui siapa sebenarnya ayah kandungnya, pak Sukarjo memilih jalan itu, entah bagaimana nasibnya nanti kalau Nyonya Saraswati marah terhadapnya.
"Apa masih jauh?" rasanya Adrian sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Saraswati.
**
Di tempat lain..
"Dimana keberadaan suami saya sekarang?" tanya Casandra pada seseorang.
"Sekarang Suami anda tinggal di sebuah Villa." jawab orang di ujung telepon.
"Villa? Dimana Villa itu? Apa itu Villa milikku?" tanya Casandra kembali.
"Sepertinya bukan, Villa itu nampak asing? Sepertinya suami anda baru pertama kali kesina."
"Tolong kamu pastikan kembali, kalau sudah jelas baru kabari saya lagi!." perintah Casandra.
"Baik." sambungan telepon berakhir.
"Dimana kamu sekarang mas, aku akan mencarimu sampai ketemu, siapapun yang sudah membuatmu berubah aku pastikan dia akan menerima akibatnya, aku yakin kamu sekarang sedang dekat dengan perempuan lain, tidak akan aku biarkan siapapun mendekatimu." kesal Casandra.
Bersambung.....