Surga Cinta Impian

Tasya terbangun menjelang pukul 6. Perutnya merasa lapar karena sejak siang ia tidak makan. Begitu tiba di dapur, ia memasak mie instan agar cepat mengisi perutnya yang keroncongan.

Dengan hati yang masih terluka, ia merenungkan apa yang telah terjadi. Terbesit keinginan untuk pergi dari pernikahan ini. Namun harapan nya tentu seperti kebanyakan orang yang menginginkan pernikahan yang dijalani hanya sekali seumur hidup.

Banyak pertimbangan yang Tasya pikirkan sembari menyuap mie goreng nya sedikit demi sedikit. Kesalahan yang sama sekali tidak bisa ia akui sebagai kesalahannya. Berat rasanya jika ia yang meminta maaf lebih dulu.

Jika bisa ingin sekali ia meminta Kevin yang bertanggung jawab atas perselisihan yang terjadi antara dia dan Oliver. Karena sikap sembrono dari Kevin menjadikan hubungan nya dengan sang suami kini merenggang dan memicu pertengkaran hebat.

Begitu besar rasa kesal dalam hatinya pada Kevin saat ini. Gara-gara Kevin berlaku sesuka hatinya pagi itu dan sengaja mengirimkan foto yang tidak pantas itu pada suaminya, tubuh dan hatinya sangat sakit.

"Dasar bocah freak!" maki Tasya menggebrak meja di hadapannya.

Setelah menghabiskan makanannya,Tasya mencari obat penahan rasa sakit. Sebentar lagi sang suami akan pulang. Tinggi nya rasa ego di dalam dirinya tidak ingin menampakkan rasa sakit dan lemahnya di hadapan Oliver.

Ia bertekad akan berusaha memperbaiki hubungan ini. Seraya berharap bahwa suaminya menyadari kesalahannya yang bersikap berlebihan dalam menghukumnya. Mengingat sikap baik dan lembut Oliver selama ini, semoga saja setelah ini suaminya pulang nanti akan meminta maaf padanya.

Hingga larut malam Tasya menunggu, Oliver belum pulang juga. Ingin menghubungi tapi ponsel Oliver dimatikan. Menandakan bahwa ia benar-benar tidak ingin diganggu siapapun. Bahkan istrinya sendiri.

Menjelang pukul 2 dini hari, Tasya yang tertidur di sofa ruang tamu mendengar suara kunci pintu yang terbuka. Oliver masuk dalam keadaan yang sama sekali tidak tampak baik. Pakaiannya berantakan dan wajahnya kusut.

Tasya pun mendekat karena Oliver seperti oleng saat berjalan. Dari tubuhnya tercium bau alkohol yang begitu kuat hingga Tasya merasa sedikit pusing. Dipapahnya sang suami menuju kamar mereka.

Mulut Oliver terus saja meracau tak jelas. Makian yang tertuju pada Tasya semakin menambah sakit di hatinya. Tasya hanya bisa meneteskan air mata dalam diam.

Setibanya di kamar, Oliver bukannya berterimakasih pada sang istri justru ia mendaratkan pukulan ke wajah Tasya kembali. Emosinya kembali meledak-ledak.

Tasya berusaha menghindar dan pergi. Namun Oliver cepat menarik rambut Tasya yang tergerai hingga Tasya berteriak mengaduh kesakitan. Dilemparkannya tubuh Tasya ke sisi lain kamar hingga membentur lemari.

Tasya terisak menahan rasa sakitnya. Serangan tiba-tiba Oliver membuatnya sangat shock dan nyaris tidak bisa berdiri. Sekuat tenaga ia berusaha melawan perlakuan Oliver malam ini.

Hingga akhirnya ia berhasil memukul kepala Oliver dengan buku tebal. Oliver tampak sempoyongan dan menjauh. Saat itu pula Tasya pergi keluar kamarnya dan mengunci Oliver dari luar.

Jika siang tadi Tasya dikunci di dalam rumah. Kali ini giliran Oliver yang dikunci di dalam kamar. Tasya beranjak menuju dapur dan mengambil air putih untuk diminumnya sampai habis.

"Astaga. Kenapa lagi sih suamiku?" batin Tasya.

Ingin rasanya ia menumpahkan segala rasa yang ada. Tapi pada siapa? Pasti malu jika diceritakan pada sahabat-sahabat nya. Mengingat beberapa hari lalu ia bahkan sesumbar mengatakan bahwa suaminya adalah yang terbaik.

Ah, sepertinya terlalu sombong dan percaya diri di awal itu memang tidak baik. Jelas saja suaminya masih tampak sangat baik. Hubungan mereka bahkan belum genap satu bulan.

Ibarat dunia percintaan masih awal-awal memang lagi manis-manisnya. Hufff, cinta? Tasya berpikir ulang mengenai perasaan nya. Apa benar mereka saling cinta? Atau hanya terburu n@f$u semata?