Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bojo galak!
Sudah seminggu berlalu. Selesai sholat subuh kedua pasutri baru ini mengerjakan tugasnya masing-masing, di karenakan Yura tidak pintar memasak, tugas itu di ambil alih oleh Aidan, sedangkan Yura bertugas membersihkan rumah. Ya, sejak satu Minggu terakhir Aidan yang selalu memasak baik pagi maupun malam, lain cerita kalau Aidan sedang dinas malam, atau menangkap orang di malam hari, mereka lebih memilih delivery.
Seperti tugas yang sudah di sepakati, Aidan kini sibuk di dapur sementara Yura sedang menjemur pakaian di halaman belakang.
Ini pagi pertama rumah pasutri baru itu terlihat sangat damai dan tenang, tanpa ada cekcok seperti hari biasanya, bahkan tadi saat bangun sholat subuh keduanya juga tidak perlu drama seperti biasanya, dan semenjak Aidan menyiram Yura dengan air seember di waktu itu, Yura tidak pernah tidur lagi setelah selesai sholat subuh. Ia trauma dan tidak ingin kejadian itu terulang untuk yang kedua kali.
Namun kedamaian itu cuma sebentar dan sementara, di karenakan mulut Aidan yang memang tidak bisa membiarkan Yura damai sedetik pun. Begitu melihat gadis itu memasuki rumah, ia mulai beraksi.
"Yo wes ben, nduwe bojo sing galak
Yo wes ben, sing omongane sengak
Seneng nggawe aku susah
Nanging aku wegah pisah." Aidan mulai bersenandung, bahkan spatula yang tadi ia gunakan untuk menggoreng ayam kini beralih fungsi menjadi mikrofon dadakan, tak ketinggalan ia sedikit menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Sembari melirik gadis itu.
Yura akui suara Aidan itu merdu, tapi lagunya itu loh berasa lagi nyindir Yura yang notabennya memang istri yang galak. Dan jujur saja Aidan memang menyanyikan lagu itu karena dia ingin menyindir Yura dan membuat gadis itu mencak-mencak.
Dan benar saja, Yura yang merasa tersindir akan lagu Aidan sudah memasang wajah berang dan menatap Aidan tajam. Yura tidak bodoh, ia sangat tahu jelas arti dari lirik lagu yang di nyanyikan Aidan yang sengaja untuk menyindir dirinya. namun di tatap sedemikan oleh Yura tidak membuat Aidan berhenti bernyanyi. Ia malah membalas tatapan tajam Yura dengan cengiran bodohnya dan lanjut part 2. "Tak tompo nganggo tulus ing ati
Tak trimo sliramu tekan saiki
Mungkin wes dadi jodone
Senajan kahanane koyo ngene. Adek adek jos."
"Lagu Lo bang kayak gak punya lagu lain aja sih Lo!" kesal Yura begitu tiba di meja pantry, ia mencomot buah jeruk yang ada disana.
"Kenapa? Enak kok lagunya" jawab Aidan, ia membalik ayam gorengnya dan malah lanjut part 3 "Ibarate dele sing uwis dadi tempe-"
"Iih malah lanjut! Berhenti nyanyi lagu itu!" Yura sudah kepalang kesal, tak lupa ia melemparkan kulit jeruk yang ia kupas pada Aidan karena kesal dengan lagu pria itu.
Aidan terkekeh "tinggal dengerin aja cel, kok ya ribet bener hidup Lo." ia malah akan melanjutkan lirik yang sempat di potong Yura "Kudu tak lakoni yen-"
"Indomilk sialan! Lo Bener-bener ya bang! Seneng banget buat gue kesel pagi-pagi! Dasar suami gak ada akhlak!" rencananya berhasil dan membuat Yura mencak-mencak sekarang.
Pecah sudah tawa Aidan melihat reaksi Yura. Yura pun sudah beriap mengangkat sebelah tangannya yang kini telah menggenggam gelas bersiap-siap untuk melemparnya ke wajah Aidan yang sayangnya masih tampan walaupun kelakuannya sangat menyebalkan.
"Peace cel, Peace." Aidan menatap ngeri gelas yang sudah siap akan melayang ke wajahnya yang berada di tangan Yura. Bisa bahaya kalau gelas itu benar-benar mendarat di wajah kelewat tampannya ini, bisa di pastikan wajahnya akan mendapatkan codet jika benar-benar terkena gelas tersebut. No, no, no. Aset polres tidak boleh lecet.
"Makannya Lo jangan nyebelin!"
"Lo nya aja yang gampang marah. Dasar boncel sumbu pendek!"
"Lo ngomong lagi, benar gue lempar nih gelas ke muka Lo ya bang!" kesal Yura mulai mengancam.
Aidan langsung saja mengatupkan bibirnya, tidak ingin ambil resiko. Tangan Aidan mulai memasukkan sayuran pendamping kedalam wajan untuk di masak.
Yura menatap pergerakan Aidan yang terlihat sudah biasa melakukan hal itu, entahlah melihat pria itu begitu cekatan dan telaten, serta diam begitu membuat emosi Yura seketika reda dan berganti menjadi senyum tipis yang tanpa ia sadari. Vibes Aidan kalau sedang memasak memang tidak main-main.
"Jangan ngeliatin gue kayak gitu, entar naksir gak tanggung jawab gue." ucap Aidan percaya diri. Padahal itu kepala dari tadi tidak beralih dari kegiatannya tapi kenapa dia bisa tau kalau Yura tengah memperhatikannya? Pasti Aidan buyutnya cenayang.
"Dih, ogah!" bantah Yura.
Lagi-lagi Aidan terkekeh. "Lo gak mandi? Emang gak ke kampus?" tanya Aidan mengalihkan.
"Ke kampus sih, tapi gue istirahat dululah, capek. Baru juga pantat gue duduk."
Aidan nampak mengangguk-anggukkan kepalanya, ia kembali fokus akan kegiatan memasaknya seraya membolak-balikan masakannya dan itu tidak luput dari penglihatan Yura.
"Masih lama bang?"
Aidan mendongak, menatap Yura sekilas "kenapa? Lo udah laper?" bukannya menjawab ia malah balik bertanya.
"Ya gak, kalau masih lama biar gue bantu gitu." Yura berjalan menghampri Aidan.
"Emang Lo bisa?" kini Aidan menatap Yura yang kini tengah berdiri di sampingnya yang hanya sebatas dadanya.
"Wah, Lo sepelein gue hah?!" Yura menggulung lengan baju kaosnya sepertinya sudah siap ingin menampol wajah Aidan yang memang tampolable.
"Lah, memang kenyataannya begitu kan boncel... Lo pegang nih Sutil aja kagak pernah. Gak usah gegayaan mau bantuin. Yang ada entar meledak dapur gue."
Rasanya ingin sekali Yura mencabik-cabik mulut Aidan. Ya, memang benar si Yura tidak bisa masak, tapi gak usah di perjelas juga. Yura pun menekuk wajahnya dengan kesal tak lupa bibirnya juga mengerucut sebal.
Aidan melirik Yura sejenak dan tanpa di duga ia tidak bisa menahan senyumnya setelah melihat wajah kesal gadis itu yang malah terlihat sangat menggemaskan.
"Congor lo gak usah di monyong-monyongin. Tuh ayamnya bawa aja ke meja pantry. Biar kita sarapan. Sayurnya juga udah masak ini." titah Aidan menunjuk piring berisi ayam goreng yang tidak jauh darinya dengan dagu.
Tanpa sepatah kata Yura menuruti ucapan Aidan.
Setelah semuanya tersaji, akhirnya mereka mulai sarapan. Dan kalian tau, setiap mereka makan sajalah rumah ini terasa hening dan damai, cuma ada suara dentingan sendok yang bersautan dari masing-masing piring. Karena apa? Karena keduanya sama-sama tidak suka berbicara saat sedang makan.
Setelah selesai sarapan Yura kebagian tugas mencuci piring sementara Aidan pergi ke garasi untuk memanasi motornya sebelum di gunakan.
"Lo ngampus gak?" tanya Aidan begitu tiba di dapur. Melihat istrinya tengah mencuci piring bekas mereka sarapan tadi.
"Ya ngampus."
"Kalau mau ke kampus ya buruan. Biar sekalian pergi sama gue." seketika Yura langsung memutar tubuhnya menatap Aidan penuh rasa keterkejutan.
"Ada angin apa Lo ngajakin gue bareng bang?" teringat terakhir kali Aidan mengantarnya karena Yura kesiangan. Dan berakhir meminta uang bensin.
"Angin topan!" jawab Aidan penuh penekanan.
"Kalau lo yang ajak, berarti gue gak harus isiin bensinkan?" Yura telah selesai mencuci piring, ia mengelap tangannya pada serbet.
"Dodol! Ya kali gue minta isiin bensin!"
"Ya kan mana tau, kan Lo kadang ada gilak-gilaknya. Ralat, keseringan ada gilak-gilaknya maksud gue" Yura terkekeh di akhir.
Aidan mendengus "kalau dulu kan lo belum jadi bini gue. Ya gue minta isiin bensin lah. Enak banget Lo mau gratisan. Kalau sekarang beda cerita, Lo uda jadi bini gue. Duit lo juga dari mana kalau gak gue yang kasih."
Yura mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Ya udah tunggu bentar gue siap-siap." Yura pun buru-buru naik kelantai atas. Di karenakan tadi Yura sudah mandi saat akan sholat subuh, jadilah ia hanya cuci muka saja dan mengganti pakaiannya.
Tidak sampai 30 menit Yura selesai dengan segala urusannya di dalam kamar. Tidak lupa mengunci rumah dan menghampiri Aidan yang sudah nangkring di atas motor.
"Pakai helmnya" Aidan menyodorkan helm pada Yura dan di pakai oleh gadis itu. "Pegangan, gue mau ngebut." ucapnya begitu Yura menaiki motor. Namun bukannya berpegangan yang benar Yura malah memegang jaket jeans yang di kenakan Aidan dan itu membuat Aidan geram, ia membuka kaca helmnya "segitu jijiknya Lo pegangan sama gue?" intonasi nya terdengar tidak bersahabat seperti biasa dan Yura menyadari itu. Seketika ia menjadi takut. Jujur saja kalau Aidan sudah marah itu membuat Yura takut.
"Ja-jadi harus gimana?" tanyanya takut-takut.
Aidan berdecak "masak harus di ajarin sih!" kesalnya menarik paksa kedua tangan Yura yang memegang jaketnya dan membuatnya melingkar di perut pria itu. "Jangan di lepas" ucapnya penuh penekanan. Aidan langsung menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah.
Sementara Yura, jangan di tanya. Gadis itu sekarang sudah seperti benda mati yang duduk di jok belakang. Dentuman jantungnya sudah berbunyi seperti gong. Padahal cuma melingkarkan tangannya di pinggang Aidan tapi berhasil membuat perasaannya kian amburadul. Bagaimana jika lebih dari ini? Sudah di pastikan Yura akan langsung terjun masuk kedalam jurang dan tembus hingga ke inti bumi.
gak kerasaaaaa😛