NovelToon NovelToon
Hunter System

Hunter System

Status: tamat
Genre:Tamat / Sistem / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Solo Leveling
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: MeowMoe

IG : @_meowmoe_

🥇Juara 1 - lomba menulis : Hunter X Dungeon

Hunter System (Sistem Pemburu)

Di balik sebuah gerbang Dungeon terdapat beragam monster yang berasal dari dunia lain.
Monster-monster yang kapan pun siap menginvasi umat manusia di Bumi.

Alvin, seorang Hunter berperingkat rendah yang selalu diejek oleh teman-temannya saat masih berada di Akademi Hunter, hampir saja tewas di dalam sebuah Dungeon saat rekan dalam tim raid mengorbankannya sebagai umpan pada para monster.

Saat sekarat, Alvin tiba-tiba mendengar suara robot elektronik terngiang di kepalanya.

["Aku adalah Sistem Pemburu, aku akan membantumu memburu para monster dan makhluk apa pun yang mengganggumu."]

Walaupun Alvin meragukan suara dari sistem yang telah masuk ke dalam pikirannya, pada akhirnya ia menerima bantuan Sistem Hunter, yang berjanji akan menjadikannya sebagai pemburu terkuat di dunia. Seorang pemburu yang akan menghabisi seluruh monster di Dungeon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeowMoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Selamat Tinggal

Alvin baru kembali ke dekat gerbang setelah ia juga melakukan penambangan kristal sihir dan memasukkan semua mayat monster, yang sebelumnya ia tinggalkan karena terburu-buru, ke inventory.

.........

Saat Alvin sudah agak dekat dengan gerbang Dungeon, Sistem Pemburu meminta Rimi, Sistem Kecerdasan, untuk menyamarkan energi Mana Alvin yang menanjak cukup drastis setelah ia melewati batas level 45 dan mendapatkan job baru sebagai Mage.

"Jadi Rimi bisa menyamarkan energi Mana juga?"

["Ya. Kau tinggal memintanya saja pada Rimi."]

"Kalian benar-benar hebat. Bukankah itu hanya skill yang dimiliki peringkat S dan SS?"

["Jika hanya menyembunyikan energi Mana, Rimi bisa membantu sejak kau level 21,"]

["Kau juga bisa melakukannya sendiri hanya dengan 'keinginan mu' saat sudah berada di level 71. Kau tidak memerlukan bantuan Rimi pada saat itu."]

......................

Beberapa menit kemudian, Alvin akhirnya tiba di dekat gerbang Dungeon, dimana Miranda dan para anak buahnya masih berada di sana.

Melihat kemunculan Alvin kembali, Miranda dan hunter-hunter yang sedang memakan bekal mereka sambil menunggu waktu berlalu beberapa jam lagi, tentu saja terkejut.

Terutama saat mereka melihat kondisi armor Alvin yang rusak parah seperti baru saja melalui pertempuran yang sangat berat. Saking rusaknya armor itu, mereka bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah armor yang berbeda dari yang Alvin kenakan saat masuk ke dalam Dungeon tadi.

Mereka tadinya bermaksud untuk menunggu beberapa jam lagi sebelum keluar dari gerbang dan melaporkan bahwa Dungeon itu adalah Dungeon peringkat B dan akan melaporkan bahwa Alvin mati di sana karena ia terlalu lemah untuk menghadapi 1 monster saja.

.........

Hunter yang tadi sempat melakukan keributan kecil bersama Alvin di depan gerbang, berdiri lalu pergi menghampirinya.

Ia kemudian berbicara dengan tatapan tidak senang, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau kembali?"

“Kenapa jika aku kembali? Harusnya aku yang bertanya, kenapa kalian hanya duduk-duduk saja disini?"

"Kau!"

Hunter itu hendak maju untuk memukul Alvin, namun ia mengurungkan niatnya saat tatapan mereka saling bertemu.

Melihat tatapan tajam Alvin di balik wajahnya yang dipenuhi darah bercampur lumpur dan debu yang mengering, ia merasa agak ngeri juga melihatnya. Terutama pada aura Alvin yang terasa lebih mengerikan di bandingkan saat mereka berada di luar Dungeon tadi.

“Tatapannya dan auranya benar-benar mengerikan. Apa dia benar-benar peringkat F?" batinnya. Ia merasa sangat aneh karena aura yang ia rasakan sangat berbeda dengan energi Mana pada Alvin yang sangat rendah. Itu sangat tidak cocok.

Alvin berjalan melewati hunter itu dan pergi mendatangi Miranda.

Miranda juga berdiri sambil terus menatap Alvin dengan sangat marah.

“Aku tidak memintamu untuk kembali, kan? Kenapa kau kembali?”

“Bukankah kau meminta ku untuk melihat keadaan di dalam sana? Aku sudah melakukan perintah itu lalu kembali. Apa salahnya?"

“Apa?”

Miranda menatap sekujur tubuh Alvin. Armor nya memang dipenuhi banyak bekas robek seperti tertusuk senjata tajam, tapi ia tidak melihat Alvin mengalami luka apapun di lokasi kerusakan armor tersebut.

“Apa yang kau lakukan pada armor pinjaman ini? Apa kau ingin membuat sebuah drama seakan kau habis diserang monster ganas dan melarikan diri keluar Dungeon?"

Alvin terkejut saat mendengar ide itu. Namun, ia akhirnya tersenyum pahit saat melihat penampilan semua hunter yang kini sudah berdiri mengepungnya.

Dia menyadari bahwa semua hunter yang cukup kaya itu mengenakan armor pinjaman dari Asosiasi yang kualitasnya kurang baik, bukan armor mahal berstatus baik seperti yang biasanya hunter-hunter berpenghasilan baik kenakan.

Armor mereka juga terlihat sudah di sobek di sana sini agar terlihat seperti habis bertarung melawan monster.

"Hanya tinggal menambahkan luka-luka saja di tubuh, rencana sandiwara mereka pasti akan berhasil," pikir Alvin.

Alvin kembali menatap Miranda, “Ide mu benar-benar menarik. Aku juga akan mengatakan pada mereka bahwa kalian semua telah mati di sini, mengorbankan diri agar aku yang lemah ini bisa meloloskan diri."

Miranda dan beberapa hunter di sekitarnya tercengang, sebelum akhirnya tertawa terbahak.

"Apa kau sudah gila? Kau pikir aku akan mengizinkan mu keluar begitu saja?”

["Jika kau ingin menghajar mereka seperti yang kau inginkan, lakukan pertempuran gerilya di hutan. Banyak dari mereka yang berperingkat C. Kau akan kesulitan saat mereka mengeroyok mu,"] Sistem tiba-tiba berbicara, di sela-sela pembicaraan Alvin dan Miranda.

'Aku mengerti.'

["Pancing kemarahan mereka agar mengejar mu."]

'Kau ternyata licik juga.'

["Tsk..., lakukan saja."]

'Rimi, apa kau tahu berapa lama lagi sampai gerbangnya tertutup?'

<20 menit>

Setelah mendengar jawaban Rimi, Alvin akhirnya menanggapi ucapan Miranda.

“Aku tidak memerlukan izin mu," sahut Alvin. Ia kemudian menatap hunter-hunter di sekitarnya satu per satu dan melanjutkan, "Kalianlah yang memerlukan izin dari ku jika ingin selamat dari sini.” Ia kemudian menutup kalimatnya dengan seringai lebar.

Melihat seringai yang menunjukkan seakan pria itu benar-benar meyakini perkataannya, tentu saja membuat Miranda marah besar.

"Habisi dia!" Perintah Miranda pada anak buahnya.

Orang yang pertama menyerang Alvin tentu saja hunter peringkat D, yang tadi sempat ribut dengannya di luar gerbang.

Dari arah belakang, ia langsung menyerang Alvin dengan tendangannya.

Alvin sudah bisa menebak, hunter yang tampak sangat tidak menyukainya itu pasti akan menjadi orang pertama yang menyerangnya terlebih dahulu jika Miranda sudah memberikan perintah. Jadi, walaupun serangan datang dari arah belakang, ia sudah tahu dan langsung menghindarinya begitu saja.

Mengikuti saran Sistem, Alvin berlari menuju hutan yang berjarak tidak terlalu jauh dari tempat hunter-hunter itu berkumpul.

Karena marah dengan apa yang Alvin katakan tadi, tentu saja hunter-hunter itu langsung mengejarnya. Apalagi, Miranda juga sudah memberikan perintah untuk mengejar.

"Kejar dan bunuh dia!"

["Kekuatan dan kecepatan mu dengan job Warrior hanya sanggup untuk melawan empat dari mereka. Jangan terpancing untuk bertarung saat bertemu lebih dari empat pengeroyok."]

"Aku menger..."

"Apa?! Menghabisi?"

Alvin buru-buru memanggil jendela quest.

.........

...•••●●●•••...

...Subquest...

...Bunuh 20 hunter yang ingin mencelakai...

...••••••••••...

...Keberhasilan : 0/20...

...Waktu Yang Diberikan : 15 menit...

...••••••••••...

...Hadiah : ???...

...••••••••••...

...Hukuman Kegagalan :...

...- Penghapusan seluruh job hunter dan energi Mana...

...•••●●●•••...

.........

"Aku harus membunuh mereka semua?"

Alvin sangat terkejut melihat subquest itu, juga saat melihat hukuman jika ia gagal melakukannya.

Awalnya ia tidak berniat membunuh Miranda dan para pengikutnya. Ia sudah pernah membunuh hunter-hunter suruhan Brondy dan Lawrence di Dungeon lain. Berhari-hari setelahnya, ia mengalami mimpi buruk dan penyesalan mendalam.

Sistem tertawa. Suara tawanya sangat imut, seperti suara tawa gadis kecil.

["Sepertinya Rimi juga mulai menyukaimu. Dia tidak mau kau dicelakai mereka lagi di masa depan."]

Alvin mengangguk pelan. Dia juga tidak ingin kehilangan semua job dan energi Mana yang sudah didapatkannya dengan susah payah.

"Hanya ada waktu 15 menit. Aku akan menggunakan skill tersembunyi dari job Mage."

["Itu akan menghemat waktu. Kau hanya perlu mengumpulkan mereka di satu tempat. Mereka akan langsung mati."]

"..."

Alvin memperlambat larinya sampai hunter-hunter yang mengejarnya berada pada jarak yang cukup dekat, Alvin tiba-tiba berbalik dan menggunakan poison skill nya.

Wushhh...

Asap ungu gelap menyembul dari kedua telapak tangan Alvin.

Asap itu semakin lama semakin tebal dan menutupi area di sekitarnya hingga hunter-hunter yang mengejar terperangkap di dalamnya.

Selain menggunakan poison skill, Alvin juga menggunakan skill bawaan dari job Mage nya, sihir es, yang membekukan tubuh hunter-hunter tersebut.

["Intuisi mu makin bagus. Kau makin mahir."]

"Tsk..., kau banyak memuji ku hari ini. Aku hanya tidak ingin mereka melarikan diri dari sana. Radius pengaruh poison skill ku masih berada dalam jarak 10 meter saja, kan?" sahut Alvin, sembari menatap ke arah kabut ungu kehitaman yang berada di hadapannya.

Dari dalam kabut, ia mendengar suara rintihan pilu dari hunter-hunter yang sudah mulai merasakan reaksi poison skill.

"Skill ini terlalu sadis," ucap Alvin, bergidik ngeri saat mendengar rintihan pilu dari para hunter yang berada di dalam kabut asap.

Sistem tertawa.

["Mereka pantas mati. Mereka tak layak di sebut sebagai hunter."]

"Kau mengerikan."

Begitu mendengar notifikasi dari Rimi, Alvin langsung berbalik pergi, meninggalkan kabut tebal beracun di belakangnya.

Ia juga membuka kembali jendela subquest untuk mengecek kemajuan quest nya.

"Keberhasilan 19 dari 20. Gila, mereka mati dalam waktu tidak sampai 1 menit."

["Itu karena mereka berada satu level di bawah mu. Waktu yang diperlukan akan lebih lama jika mereka berperingkat B, apalagi diatasnya. Kau juga harus menaikkan level poison skill. Karena pada level sekarang, racun nya masih bisa ditangkal jika ada Healer peringkat A disana."]

"Aku mengerti."

......................

Miranda sedikit kaget saat melihat Alvin keluar dari dalam hutan.

"Di mana mereka?" pikir Miranda, saat melihat tak satupun pengikutnya keluar dari hutan.

"Apa yang kau cari?"

"Kau berhasil meloloskan diri dari mereka?"

Alvin mengangkat kedua pundaknya, "Entahlah. Mati, mungkin?"

Miranda mengernyitkan alisnya. Ia menyadari ada sesuatu yang salah. Ia berpikir, Alvin pasti sudah mengecek lokasi para monster saat ia pergi tadi.

"Kau... Apa kau membawa mereka ke lokasi monster?"

"Kau mengkhawatirkan mereka?"

Miranda menyeringai. "Mana mungkin. Jika mereka mati, aku hanya tinggal mencari penggantinya."

Alvin mendengus.

"Mendengar apa yang baru saja kau katakan, ku rasa aku tidak akan terlalu menyesal saat sudah membunuhmu."

"Apa?" Miranda tertawa nyaring. "Kau pikir seorang Healer peringkat F bisa membunuh Assassin peringkat B seperti ku?"

Alvin hanya tersenyum tipis saat mendengar kalimat merendahkan itu, sebelum ia berbicara kembali.

"Ini agak aneh. Sebagai seorang hunter profesional apa kau tidak memiliki insting yang tajam? Apa kau tidak menyadari ada sesuatu yang salah disini?"

Miranda menatap tajam pada Alvin. Dia memang merasa ada hal yang salah, namun tidak tahu apa itu. Tak ingin memusingkan hal itu, ia kemudian mencabut belati dari belakang pinggangnya.

"Tsk... Kau akan lihat bagaimana insting seorang Assassin dalam menghabisi seseorang," ucap Miranda, sembari menjilat belatinya sebelum maju menyerang.

Kecepatan lari Miranda sebagai seorang Assassin peringkat B memang sangat bagus.

Namun, ia tidak tahu bahwa lawan yang ia hadapi saat ini adalah hunter peringkat B juga, yang memiliki daya tangkap pengelihatan cukup baik, walaupun Alvin hanya bisa melihat kelebat bayangan Miranda saja.

Tapi, itu sudah cukup.

Alvin melihat bayangan tubuh Miranda berlari memutarinya. Ia menajamkan indra nya, dan berbalik dengan cepat untuk menyambut serangan Miranda, yang sebelumnya bermaksud menyerang dari arah belakang.

Stab... Stab...!

Miranda mengarahkan dua belati di genggamannya pada punggung Alvin.

Namun, Alvin yang sudah bisa memperkirakan arah kedatangan lawannya itu, sudah berbalik dan berhasil menangkap kedua belati itu.

Walaupun Alvin tidak bisa menghindari serangan itu, namun Miranda terkejut saat Alvin bisa dengan cepat menangkap kedua belatinya.

Miranda menarik kembali belatinya dari genggaman kedua tangan Alvin, lalu melompat mundur.

'Sial, kenapa aku merasakan adanya bahaya dari pecundang ini?'

Miranda memasang kuda-kuda untuk menyerang kembali, sembari mengaktifkan skill terbaiknya.

Sambil menyeringai lebar, ia menjilat darah Alvin yang ada di belatinya dan berbicara kembali untuk memberi waktu pengerahan energi Mana pada skill nya.

"Kau melakukan kesalahan," ucap Alvin tiba-tiba, saat ia melihat Miranda menjilat darah di belatinya.

Alvin tadi melihat kebiasaan Miranda menjilat belatinya. Karena itu ia dengan sengaja menangkap belati, agar darahnya melekat disana.

Miranda tidak menggubris ucapan Alvin dan hendak kembali menyerang sebelum ia menyadari lidahnya tiba-tiba terasa panas.

Tak lama kemudian, rasa panas membakar itu menjalar ke tenggorokannya, juga merangsek turun ke dadanya.

"Ap...apa yang terjadi?" gumam Miranda. Ia merasa kepalanya juga mulai pusing dan pandangannya mulai kabur.

Tak lama kemudian, Miranda menjatuhkan kedua belatinya saat merasa lidahnya seakan mengerucut dan tertarik kedalam tenggorokannya. Merasakan sakit yang amat sangat disana, ia memegangi leher dengan kedua tangannya, lalu jatuh terduduk saat rasa panas juga sudah menghinggapi seluruh tubuhnya

"Aku akan mengambil ini untuk suvenir." ucap Alvin yang sudah berada di dekat Miranda untuk mengambil kedua belatinya.

"Akhh...!"

Miranda hendak mengumpat, namun ia sudah tidak bisa berbicara lagi akibat racun yang sudah mematikan lidahnya.

"Selamat tinggal," ucap Alvin yang kemudian menusukkan belati itu tepat ke jantung Miranda.

["Ayo keluar sekarang. Gerbangnya sudah mulai menutup."]

"Ya."

...****************...

1
Akbar
Luar biasa
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Argon wisnu handoko
good
Argon wisnu handoko
keindahan mata-mata
Akbar
Luar biasa
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
.
AHMAD BAIHAKI
Luar biasa
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Another Heaven
good!
Madara_kw
Aku madara mengakui novel ini sebagai novel terhebat pernah kubaca
karyaku: hi kk, mampir yuk di cerita author." transmigrasi menjadi istri mafia " jangan lupa ya, di jamin seru deh.
Nika: terharu 😭
total 2 replies
Madara_kw
novelnya seru kak endingnya juga ok kok
Nika: terima kasih kak 💖🙏
total 1 replies
Madara_kw
seru terus happy ending?hahaha liat sendiri lah/Chuckle/
Nika: thank you kak 💖🙏
total 1 replies
Madara_kw
nah ini nih yang dikatakan happy ending,kalo sad ending alvin hilang orh dicintai,kalo bad ending dunia musnah,kalo perfect ending ga ada yang mati ato kehilangan orang tersayang kayak alvin kehilangan mina #INEEDPERFECTENDING/Sob/
Madara_kw
kok nangis ya ketika tau angka 10 itu
Nika: ada cerita tentang Mina kak di novel satunya Godess Of War
total 1 replies
abdillah musahwi
banyak kali ESnya, nggak kedinginan tuh😁
Nika: wkwkkwk /Joyful/
total 1 replies
abdillah musahwi
selamat meninggal Shiva🙋
Nika: /Smirk/
total 1 replies
Razfiqh
hrs nya begitu kan? "hingga kini ia berada di level 62" kl gini kan kek kurang pas aja "hingga ia kini berada di level 62"
Ridwan Maulana
Luar biasa
Nika: thank you kak 🙏💖
total 1 replies
abdillah musahwi
sistem geblek😁
abdillah musahwi
sistemnya nakalan 😁😁😁😁
Razfiqh
Bodoh.... knp ninggalin surat njingg....kan bisa nanti ngomong berdua
Tatang
makin lama baca makin ga ngerti inti cerita nye kasihan otak gue yg minimalis ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!