Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Reyhan baru selesai dengan rapat di kantornya. Karena sudah tak ada urusan lagi, langsung saja iya dan Randy asistennya kembali ke rumah sakit untuk mengecek kondisi Rika.
Wanita yang diselamatkannya kemarin pagi.
Keduanya kini telah sampai, langsung saja mereka berjalan ke ruangan VIP tempat dimana wanita itu berada.
Sesampainya di sana, ternyata Rika sudah tak ada. Perawat mengatakan bahwa, Rika memohon kepada dokter agar iya segera di pulangkan. Dokter pun menyetujuinya karena iya kekeh ingin kembali ke rumah.
"Bos, apa kita kembali ke perusahaan saja?"tawar Randy.
Untuk apa berada di rumah sakit lagi? Toh orang yang mau dijenguk pun sudah pulang ke rumahnya.
"Em." Kata Reyhan mengiyakan.
Mereka pun kini sudah tiba di lobby rumah sakit. Randy kini telah pergi mengambil mobil yang akan iya kendarai. Sementara Reyhan harus menunggu asistennya itu.
Sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti secara mendadak di depan lobby itu menarik perhatian Reyhan. Di kejauhan, iya tampak memandanginya . Dari dalam, tampak keluar seorang pria yang dikenalinya. Dia adalah Dion suami Rika.
Anehnya, iya terlihat sangat panik. Reyhan pun sedikit penasaran dibuatnya. Dari kursi penumpang, keluar lagi seorang wanita yang membopong wanita lain.
"Mas! Cepat! Berat nih."teriak Reta. Iya tampak kewalahan menahan berat badan Rika.
Dion pun datang dengan beberapa perawat yang mendorong ranjang pasien. Rika dibaringkan di sana. Mereka segera mendorongnya menuju ruangan UGD. Reyhan terkejut melihat wanita yang menjadi pasien lagi itu. Rika, bukan kah kemarin iya baik-baik saja? Lalu kenapa sekarang iya tampak berdarah.
Rasa penasaran pun membawanya untuk mengikuti beberapa orang itu.
Randy baru saja keluar dari tempat parkiran. Kini iya hanya harus menjemput bosnya.
"Eh, kemana bos Reyhan? Tadi duduk di situ."cakap Randy.
****
Rika kembali mendapat perawatan medis. Dua kali masuk rumah sakit dalam dua hari, kini telah dirasakannya. Awalnya iya sedih karena suaminya tak menemaninya. Sekarang suaminya sudah ada, karena dia sendiri yang membuatnya terluka.
"Kalian tidak boleh ikut! Tunggu diluar,"ucap sang Dokter. Dokter itu pun segera masuk bersama beberapa rekannya.
"Reta, bagaimana ini?"cakap Dion dengan penuh kecemasan. Rasa takut pun tampak menghiasinya. Bagaimana tidak? Dia sendiri yang membuat istrinya jadi seperti ini. Jika Rika sampai tak terselamatkan. Polisi pasti akan menahannya.
Reta mendekati suaminya kemudian menenangkan nya.
"Sabar Mas, aku juga sudah menghubungi mama. Dia akan segera Sampai."
Dari kejauhan, Reyhan melihat semuanya. Iya enggan bergabung karena takut mereka salah paham. Apa reaksinya? kalau sampai Dion tahu bahwa istrinya ternyata mengenal pebisnis legendaris itu.
"Bos!!! Ternyata kau di sini?"ujar Randy yang baru menemukan keberadaan atasannya.
Reyhan seketika membekap mulut asistennya itu.
"Diam!"
"Apa kau tak bisa mengendalikan suaramu?"
Randy menyengir "Oh iya, heheh ... maaf bos."
Reyhan kembali memandang sepasang suami istri itu.
Randy jadi heran melihat tingkah bosnya. Untuk apa iya bersembunyi seperti itu? Dan apa yang sedang dilihatnya. Baru kali ini iya melihat sisi lain dari seorang tuan Reyhan yang perkasa ini.
"Kembali ke kantor, "titah Reyhan lalu segera berjalan pergi.
****
Salah seorang perawat yang menangani kondisi Rika itupun keluar. Dion dan Reta segera beranjak untuk menanyainya.
"Bagaimana kondisi istri saya?"tanyanya antusias.
"Dia sudah melewati masa kritisnya."
"Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruangan VIP yang ditempatinya kemarin. Anda bisa melihatnya di sana."pungkas perawat wanita itu.
Dion terpaku di tempatnya. Orang itu baru saja mengatakan bahwa, Rika akan dipindahkan ke ruangannya yang kemarin. Berarti kemarin istrinya itu sempat di rawat di rumah sakit ini. Lalu kenapa ibunya Dion mengatakan bahwa Rika pergi jalan-jalan bersama teman-temannya?
Entahlah, ibu Diana ibunya Dion itu harus menjelaskan tentang ini.
Rika kini telah dipindahkan ke ruangannya. Dion dan Reta pun ikut ke sana. Semua fasilitas yang ada dan lengkap itu membuat keduanya takjub.
Terlebih lagi Reta. Matanya terbelalak lebar melihat ruangan itu yang hampir mirip dengan kamar hotel.
"Uang Rika pasti banyak, makanya iya bisa menyewa kamar VIP ini. Aku sendiri bahkan tak sanggup." Batin Dion.
"Mba Rika pasti pakai uang Mas Dion, makanya iya bisa dirawat disini. Tau begitu, kenapa bukan aku aja sih yang jatuh tadi."gumam Reta tampak menyesal.
Dion menghampiri Rika yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Beberapa helai kain kasa mengikat di kepalanya. Jarum infus serta alat bantu pernapasan juga menghiasi wajah dan tangannya.
Kondisinya sekarang ini lebih parah dari pada kemarin.
Dion duduk di samping istrinya sembari memegangi tangannya.
"Maafkan Mas, Rika. Mas sangat menyesal, tidak seharusnya aku menyakitimu." Ungkapnya menyesal.
Kedua matanya tampak berkaca-kaca melihat kondisi istrinya yang terlihat mengenaskan.
Reta mendekati suaminya. Lagi-lagi iya mencoba menenangkannya.
"Mas, ini bukan salah mu. Tapi salah mba Rika. Coba aja dia gak nginep di tempat lain tadi malam, semua ini pasti gak bakal terjadi.
Mas gak perlu repot-repot untuk ngeluarin uang sebanyak ini."
"Cukup Reta! Ini semua juga salahmu!"
"Loh! Kok aku sih?"elak Reta tak mau disalahkan. Iya memang tak melakukan apapun.
"Iya, emang ini salahmu kan!"
"Sudahlah Mas! Kamu urus tuh, istri kamu! Aku capek, udah ditemani juga, eh malah aku yang disalahkannya."omel Reta.
Iya lalu duduk di kursi sofa yang berada di belakang suaminya.
Selang beberapa menit kemudian, Bu Diana pun datang. Iya memerlukan waktu yang cukup lama untuk menemukan kamar menantunya. Ternyata Rika di rawat di kamar VIP yang mahal ini. Percuma saja ibu mertuanya itu mencarinya di kamar umum.
"Mama!"sapa Reta melihat kedatangan ibu mertuanya.
"Cape banget deh, rasanya."keluh Bu Diana, ibunya Dion.
Iya tampak kelelahan dengan hinghels yang dipakainya. Kini iya sudah bergabung bersama Reta dan Dion.
"Gimana keadaan istri kamu ini? Kok bisa sih dia jatuh dari tangga?"
Dion bangkit dari duduknya. Iya menatap tajam ke arah ibunya.
"Kenapa kamu liatin mama seperti itu?"tanya Bu Diana. Iya merasakan sorot mata anaknya yang begitu tajam ke arahnya.
Tiba-tiba Rika sadar dari pingsanya. Pandangannya masih buram namun iya berusaha bangkit dari tidurnya.
Melihat Rika siuman, Dion tentu saja berbalik dan langsung menghampirinya. Perasaan lega sedikit iya rasakan. Akhirnya istrinya yang sedari tadi berbaring itu sadar juga.
"Rik, Rika. Bagaimana keadaanmu?"
Penglihatan Rika kembali normal. Iya kini telah bisa melihat dengan jelas wajah suaminya, ibu mertuanya dan madunya, istri kedua suaminya.
Rika melepas alat bantu pernapasan yang sedari tadi mengganggunya.
"Singkirkan ini dariku."
Dion segera meraih alat penting itu. Tak lama setelahnya, mulutnya kini kembali mengeluarkan pertanyaan. "Apa kau baik-baik saja? Mana yang sakit?"
.......... happy reading..........
like and vote
skip lah.. bosan