Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GELANG TOLAK BALA
“Ada yang bisa saya bantu Buk?” Nadin membuka suara, ia juga bingung karena nenek itu terus diam tanpa mengucapkan sepata kata pun.
Nenek itu sedikit terkejut, ia sedari tadi diam karena memikirkan apa yang bisa ia sampaikan dengan hati-hati supaya bisa di tangkap baik oleh Nadin. Ia akhirnya membuka tas hitam yang sedari tadi di apit tangan kirinya, dibukanya tas hitam itu dan dari dalam tas ia mengambil sebuah benda bulat dengan warna-warna yang cantik di mata Nadin. Pandangan Nadin tidak luput memperhatikan setiap gerak-gerik nenek itu yang masih saja tidak mau buka suara sampai membuatnya jengah sendiri.
“Dulu Aku punya anak perempuan, saat masih muda dia juga cantik sepertimu. Bahkan wajah kalian pun sangat mirip. Melihat wajah kalian yang sangat begitu sama membuatku bisa kembali mengenang kematiannya. ” Nenek itu memandang lekat ke arah Nadin yang diam mendengarkan. “Cuma gelang ini yang belum sempat kuberikan kepadanya, maukah kamu yang memakainya Mbak?” Lanjutnya.
Nadin bingung menjawab apa karena nenek itu lebih ke mengutarakan permintaan dari pada sebuah pertanyaan. Tanpa menunggu jawaban dari Nadin, nenek itu sudah memindahkan gelang itu ke genggamannya. Diamatinya gelang berbentuk giok transparan dengan isian pada bagian tengahnya, seperti terdapat sebuah akar dan beberapa rempah-rempah yang terdapat pada gelang tersebut. Dengan paduan warna merah, biru, dan coklat sehingga Nadin sedikit terpukau dengan keunikan gelang yang baru saja dia temui saat ini.
“Maaf Ibuk, tapi saya hanya orang asing jadi tidak pantas untuk menerima gelang seberharga ini.” Nadin mengulurkan kembali tangannya untuk menolak karena ia merasa gelang itu benar-benar berharga intuk nenek tersebut.
“Anggap saja ini sebagai permintaan terakhirku sebelum anakku pergi selamanya Mbak.”
Mendengar jawaban tersebut Nadin tidak bisa lagi untuk menolak, nenek itu tersenyum dan memakaikan gelang pada tangan kanannya. Perlahan hatinya menghangat, ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu untuk anaknya. Nadin sampai menangis karena merasa terharu, nenek itu yang melihat reaksi tidak terduga dari Nadin menjadi merasa bersalah karena kebohongannya sedikit berlebihan. Dipeluknya tubuh Nadin dan di usapnya pundak yang sudah tidak lagi memancarkan asap hitam dan juga bau amis. Nenek itu tersenyum karena ia bisa membantu pemilik toko itu meski hanya untuk menghalau sebentar saja.
Gelang yang tadi ia berikan adalah gelang tolak bala yang ia buat sendiri, sering kali ia membuat gelang tolak bala untuk membantu orang-orang yang sekiranya perlu dia bantu. Kebetulan sekali hari ini saat ia sedang akan membeli sebuah roti dan bertemu Nadin yang memancarkan aroma kekuatan jahat menyelimuti tubuhnya. Untungnya ia selalu membawa gelang tolak bala di dalam tasnya untuk dirinya sendiri atau orang yang akan ia temui, jadi ia bisa langsung memberikannya pada orang tersebut.
Untuk cerita anaknya yang mirip dengan Nadin dan telah meninggal, semua itu adalah kebohongannya saja. Ia terlalu bingung mencari alasan yang tepan supaya tidak menyinggung perasaan Nadin, jadi mau tidak mau ia mengarang sebuah cerita bohongan supaya Nadin mau menerima dan memakai gelang tersebut.
Setelah suasana haru yang nenek itu ciptakan, kini ia tengah keluar dari toko setelah sebelumnya ia memesan 100 roti untuk ia ambil besok sore.
“Terima kasih, hati-hati di jalan Ibu.” Nadin mengantarkan nenek itu sampai di depan pintu toko.
“Sama-sama Mbak, saya permisi dulu,”
Setelah itu nenek tersebut berjalan ke arah samping kiri toko tempat parkiran mobil dan sepeda motor berada, sebelum ia benar-benar masuk ke dalam mobil sedan hitam, ia menyempatkan sebentar untuk tersenyum ke arah Nadin yang dibalas hal yang sama.
“Lama banget Ma?” Tanya seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi pengemudi.
“Hm, ayo ceritanya sambil jalan.” Titah nenek itu meminta untuk meninggalkan tempat itu.
Setelah mobil sedan hitam itu menjauh dari tokonya, Nadin baru masuk kembali ke dalam. Ia memperhatikan pergelangan tangan kanannya yang melingkar sebuah gelang, Nadin tersenyum karena merasa mendapat kepercayaan dari nenek tadi. Padahal nenek tadi hanya membual saja akan ceritanya tapi dengan yakin Nadin mempercayainya.
Hari ini Nadin sudah menutup toko lebih awal sebelum Reno datang menjemputnya. Tujuannya karena dia ingin cepat-cepat mengajak suaminya ke sebuah warung bakso yang dulunya menjadi langganannya. Nadin sejak tadi sudah merasa lapar padahal siang tadi ia dan Naya makan di restoran ramen dengan porsi yang lumayan banyak tapi sekarang ia sudah merasa sangat lapar lagi. Terbesit keinginan untuk makan bakso yang dulunya sering mereka berdua datangi tapi akhir-akhri ini lama mereka tidak kesana karena masalah yang belum lama mereka hadapi.
Nadin tengah menunggu di dalam toko, ia duduk di bangku dengan ponsel yang berada di tangannya. Saat membuka aplikasi WA, ia baru ingat dengan Irma, pasti saat ini ia sudah masak untuk makan malam. Sedikit merasa tidak enak juga jika mau makan di luar sedangkan Irma sudah menyiapkan makanan di rumah. Tapi ia benar-benar sangat kepengen makan bakso sekarang, bodohnya karena ia kerena tidak memberi tahu Irma terlebih dahulu.
Ah, engga apa-apa deh, makanannya kan bisa di panasi buat besok pagi juga. Nanti aku belikan saja dia seporsi supaya tidak mengecawakannya. Gumam Nadin yang mengetikkan sebuah pesan untuk Irma jika hari ini ia dan suaminya pulang telat.
Dari arah luar terdengar suara deru mobil yang mendekat, dengan langkah antusias Nadin mematikan semua lampu toko dan berjalan ke luar untuk menghampiri suaminya. Setelah memastikan pintu toko tergembok rapat dan semua aman, Nadin berjalan ke arah mobil untuk cepat-cepat pergi ke tempat bakso.
“Seneng banget kelihatannya, ada apa?” Reno mengulurkan tangan untuk di salami oleh Nadin.
“Aku mau bakso Mas, ke tempat biasanya kita beli, kita kan sudah lama tidak ke sana,” ucap semangat Nadin.
“Sekarang?” Tanya Reno sembari melajukan mobilnya.
“Iya, aku mau sekarang, ya Mas?” Pinta Nadin.
“Iya ayo, kamu udah bilang Irma supaya engga usah masak?”
Mendengar suaminya menyebut nama Irma, mood Nadin seketika berubah. Entah mengapa ia sekarang menjadi sensi jika suaminya menyebut nama tersebut, padahal ia tahu Reno pasti tidak ada maksud lain tapi tetap saja sejak masalah kemarin ia menjadi sangat sensitif sekarang.
“Sudah, lagian masakannya kan bisa di hangatin buat besok pagi,” jawab Nadin dengan nada yang sudah berbeda.
“Hm, yasudah kalo gitu. Mau mampir kemana lagi sekalian kita ke luar?” Tanya Reno yang tidak menyadari perubahan dari istrinya.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅