Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Aluna yang terjebak dalam roda waktu. Aluna secara tidak sengaja menemukan sebuah buku kuno di rumah yang baru saja ia tempati. Secara ajaib gadis itu terlempar ke masa lalu di sebuah kerajaan kuno.
Aluna yang bingung dengan keadaan tersebut, tiba-tiba saja di tangkap dan di bawa kehadapan ratu di kerajaan tersebut. Ratu yang mengira ia adalah mata-mata dari musuh memerintahkan untuk mengeksekusi gadis itu.
Akankah Aluna bisa selamat dari hukuman sang Ratu? Atau hidupnya akan berakhir di negeri tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Asrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Apa yang kamu lakukan?" Memegang tangan Aluna, menghentikannya.
"Tidak apa-apa Pangeran, mereka adalah teman sekarang." Melepaskan tangan Caspian. Aluna duduk, mengelus bulu dua serigala itu bergantian. Caspian terheran. Bagaimana mungkin, serigala yang tadinya begitu ganas ingin memangsa mereka berdua, kini sangat tunduk dengan Aluna.
"Kalian berdua sangat lucu." Tersenyum, Aluna gemas, serigala itu kini terlihat sangat lucu dimatanya.
" Pergilah jangan menyakiti orang-orang yang ada di hutan ini, mereka semua adalah temanku. "
Setelah berucap seperti itu, dua serigala itu menggosokkan tubuhnya di kaki Aluna, kemudian berlalu dari sana, hilang dari balik pepohonan lebat.
...
Di tempat lain, Robert, Hugo dan prajurit lainnya masih bertarung dengan tiga serigala itu. Dua orang prajurit terluka karena gigitan dan cakaran si hewan buas. Saat serigala yang paling besar hampir menggigit kaki Robert, Hugo dengan tangkas memukul kepala serigala itu dengan tongkat, dna menendang tubuhnya kuat. Di tengah pertarungan sengit itu, terdengar suara lolongan lain dari tempat yang tidak jauh dari mereka.
Lolongan panjang itu datang dari serigala yang sama dengan hang menyerang Caspian dan Aluna sebelumnya.
Ketiga serigala itu lali melakukan hal yang sama, kemudian meninggalkan tempat tersebut, menjauh dari rombongan.
"Apa yang terjadi?" Robert heran.
"Iya, mengapa tiba-tiba mereka pergi?" Prajurit lain juga bertanya, nafasnya tersengal karena lelah.
"Apapun itu setidaknya mereka tidak menyerang kita lagi." Hugo melempar tongkat yang ia pegang tadi, dan memasukkan pedang di tangan satunya, tadi ia sukses melukai salah satu serigala yang membuat prajuritnya terluka.
Robert mengangguk setuju.
"Kita harus secepatnya meninggalkan tempat ini, dan mulai sekarang harus lebih berhati-hati lagi." Hugo berkata serius.
" Yah... Ku rasa penghuni hutan ini sudah mengetahui kedatangan kita. " Sambung Robert.
Semua orang mengangguk setuju.
"Sekarang, obati luka kalian, dan kita akan secepatnya meninggalkan tempat ini, dan mencari Pangeran Caspian dan nona Aluna."
" Baik, Jenderal. " Semua menjawab Hugo.
" Pangeran, Aluna, kalian di mana? " Robert bergumam kecil.
...***...
Hari sudah menjelang petang kembali, dengan petunjuk dari Aluna sebelumnya, Rombongan Robert dan Hugo telah sampai di sebuah bukit yang tinggi. Sebelumnya Aluna sudah mengarahkan mereka untuk mengikuti jalan yang Aluna pilih, jangan berbelok ke arah manapun, cukup berjalan lurus ke depan.
Mereka semua beristirahat di sana, menunggu Caspian dan Aluna. Jika sampai besok siang mereka berdua belum kembali, Robert dan yang lainnya ajan mencari mereka.
"Kita tunggu mereka hingga besok siang, kalau Pangeran dan Nona Aluna belum kembali, kita akan mencari mereka." Hugo menjawab Robert yang sedari tadi masih cemas.
Robert mengangguk, persediaan makanan mereka kemungkinan masih cukup untuk beberapa hari ke depan, tapi Caspian dan Aluna Tidka membawa apapun. Bahkan pohon-pohon di hutan ini saja, tidak menghasilkan buah sama sekali. Bagaimana mereka akan makan? Pikir Robert.
"Pangeran, Aluna, semoga kalian baik-baik saja."
...
Beruntung sekali untuk Aluna dan Caspian, tak jauh dari sana mereka menemukan sungai kecil, saat mendengar gemericik air. Betapa senangnya Aluna melihat air yang mengalir itu, ia sudah haus sejak tadi. Ia membantu Caspian berjalan, membopong rubuhnya. Bekas cakar serigala itu cukup parah, saat perjalanan mereka menuju sungai, mereka telah menemukan tanaman obat, hampir saja Caspian patah harapan, ia kira tak akan bisa menemukan obat itu di hutan ini.
Aluna mendudukkan Caspian di baru berukuran sedang, ia juga ikut duduk di sampingnya. Kaki mereka terasa sangat segar, setelah melepas alas kaki dan membiarkan air menyejukkan keduanya.
Aluna segera mengambil air itu dengan kedua tangannya kemudian meminumnya, hilang sudah dahaga yang sejak tadi ia tahan, sementara Caspian mengambil dengan satu tangannya.
"Kita cuci dulu lukanya Pangeran, setelah itu baru di beri obat."
Caspian tak menjawab, membiarkan Aluna membantunya mengangkat lengan bajunya lebih tinggi. memperlihatkan tiga goresan yang dalam dengan darah yang sudah membeku di sekitarnya, dan sebagain lagi masih segar keluar dari celah-celah luka.
"Biar aku saja yang melakukannya sendiri." Menepis tangan Aluna.
PLAAKK
" Aku saja, dengarkan aku kali ini Pangeran. " Memukul balim telapak tangan Caspian.
Caspian terdiam, pria tampan itu ternganga. Baru kali ini seorang gadis memukulnya, walau itu bukan pukulan yang membuatnya sakit. Peristiwa itu mendadak mengingatkan dia pada mendiang ibunya, yang juga sering memukul telapak tangannya saat ia nakal sewaktu kecil dulu.
Aluna mulai membasuh luka itu dengan hati-hati. Rasanya sangat perih saat luka itu terkena air, tapi Caspian berusaha untuk tidak bereaksi apa-apa.
"Tahan sebentar pangeran." Agak ngeri.
" Cepat selesaikan, luka ini tidak ada apa-apanya bagiku. "
" Ia aku tahu, kamu adalah Pangeran yang kuat kan. " Berceloteh, tapi Aluna tahu luka itu pasti sangat perih.
Setelah membasuh luka di lengan, Aluna juga membasuh luka di kaki Caspian dengan telaten.
"Ayo, kita obat lukamu." Membantu Caspian berdiri.
Mereka duduk di tempat yang tak jauh dari sungai itu, hanya berjarak lima langkah. Dengan petunjuk dari Caspian ia meracik obat itu. Aluna terus melirik ke arahnya, bibirnya berkali-kali ingin bicara, tapi selalu di urungkan.
"Ada apa denganmu, mengapa terus melihat ke arahku?" Caspian tahu Aluna terus menatapnya.
Sejujurnya, ia dibuat salah tingkah dengan sikap gadis itu, mata Aluna terlalu indah.
Aluna tersenyum kaku, karena ketahuan. Ia menarik nafas panjang sebelum mengatakan isi hatinya.
"Aku minta maaf, Pangeran." Menatap Casoian sejenak.
Caspian tak bereaksi, menatap ke depan, air sungai tampak tenang.
"Ini semua terjadi karena kesalahanku. Karena aku, kamu dalam masalah dan sekarang terluka, karena ku kita terpisah dari rombongan." Tertunduk, tapi jemarinya masih menumbuk obat itu.
Caspian menatapnya, ada perasaan tak tega saat Aluna menghapus jejak air matanya. Andai ia memiliki sedikit keberanian, rasanya ingin sekali ia yang menghilangkan sendiri air mata itu.
"Ekhm... Kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu." Berdehem.
Aluna mendekat, ia telah selesai meracik obatnya.
"Anggap saja ini sebagai pelajaran untukmu, kedepannya kamu harus selalu mendengarkan ucapan ku, janga bertindak ceroboh lagi." Salah tingkah karena Aluna mendekat.
Aluna memanyunkan bibirnya.
'Semuanya sudah terjadi, lagipula aku yang memilih untuk mengikuti mu, karena aku mengkhawatirkan mu.' Sambungnya dalam hati.
'Andai saja aku berani mengatakannya, mengapa aku malah mengucapkan hal lain... ck." Marah pada dirinya sendiri.
" Tunggu." Caspian teringat sesuatu.
"Apa yang kamu lakukan sebelumnya? mengapa menjauh dari rombongan?" Inilah pertanyaan yang sejak tadi Caspian ingin tanyakan.
"Dan, kenapa serigala tadi tiba-tiba berhenti menyerang kita, dan begitu tunduk padamu, Aluna?"
Gerakan Aluna terhenti, tak jadi mengoleskan obat itu. Ia menatap Caspian.