NovelToon NovelToon
Limit Unlock

Limit Unlock

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Epik Petualangan / Bullying dan Balas Dendam / Murid Genius / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jin kazama

Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.

Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?

Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Tamparan Yang Membungkam.

Bab 19. Tamparan Yang Membungkam.

Awan putih menggantung di langit biru. Hiruk-pikuk di Kota Nusantara masih terlihat seperti biasanya.

Begitu tiba di kota ini, hal yang dilakukan oleh Jaka dan yang lainnya adalah menyewa sebuah hotel untuk tempat tinggal sementara.

Setelah semuanya beres, mereka masih sempat untuk singgah sejenak ke mal terdekat untuk membeli beberapa setel pakaian.

Di sana mereka tidak lama, hanya membeli beberapa kemeja, jaket, dan juga jas.

Jaka sendiri untuk pertama kalinya melebarkan mata saat melihat betapa mahalnya pakaian-pakaian yang dijual di mal tersebut.

Pada perjalanan pulang, Jaka masih sempat sedikit menggerutu.

“Gila! Semua harganya dua kali lipat lebih mahal daripada mal yang ada di Kota Blue Star.”

Rama, Nathan, Alex, dan Dava hanya terkekeh saat mendengar keluhan Jaka.

“Itu bukan apa-apa, Bos. Nanti saat ada acara lelang yang diselenggarakan oleh salah satu keluarga besar yang ada di Kota Nusantara, kamu akan benar-benar tahu apa arti dari kata mahal yang sebenarnya,” kata Rama menjelaskan.

“Tampaknya dibanding kalian semua, hanya aku yang terlihat seperti udik yang sangat menyedihkan. Jujur saja, aku masih belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini,” kata Jaka sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sekali lagi tawa pun pecah di antara mereka.

“Haha! Maka dari itu mulai sekarang kau harus terbiasa, Bos! Karena ke depannya geng RPJ akan menjadi semakin besar dan asetnya akan menjadi semakin banyak,” seru Alex yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

Sebagai tanggapan, Jaka mengangguk dan menjawab singkat,

“Hmm... Sepertinya memang harus begitu.”

Tak lama kemudian mereka pun keluar dari mal tersebut.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa malam pun menjelang. Tepat pada pukul 20.00, Jaka dan yang lainnya telah tiba di Gedung Astoria, tempat pertemuan setiap setengah tahun sekali yang diadakan oleh A.S.E.

Mereka semua tampak begitu berbeda, terutama Jaka yang kini memakai setelan jas berwarna hitam. Tidak bisa dipungkiri, ada semangat yang menyala di kedalaman matanya.

Karena bagaimanapun, sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang-orang kaya yang berpengaruh dari berbagai kota. Dan yang terpenting adalah dia bisa menemukan para ahli bela diri yang, kata Paman Ben, kekuatannya mencapai puncak master dan grand master.

“Jika ada kesempatan, aku sangat ingin membandingkan kekuatanku dengan mereka semua. Setidaknya bertukar beberapa jurus mungkin tidak masalah,” gumamnya lirih sambil menatap lurus ke depan.

Setelah memarkir mobil sport masing-masing, akhirnya mereka pun masuk.

Sebelumnya di perjalanan, Rama masih sempat menjelaskan kepada Jaka beberapa hal terkait Gedung Astoria.

“Bos, sekadar informasi saja agar kamu lebih memahami beberapa hal. Gedung Astoria bukanlah sekadar tempat yang diatur untuk sebuah pertemuan, tetapi ini merupakan sebuah simbol status.

Kau tahu... gedung itu dibangun dengan biaya mencapai triliunan rupiah oleh keluarga Halim, salah satu keluarga terkaya di Asia Tenggara, khusus untuk acara penting anak-anak mereka.”

Jaka yang mendengarnya sedikit mengerutkan kening. Untuk sejenak, beberapa keraguan sempat melintas di pikirannya.

“Asia Tenggara, kah? Tampaknya keluarga Halim ini tidak sederhana?”

“Hm... Kamu benar! Dan sebenarnya A.S.E ini juga didirikan oleh keluarga Halim, atau lebih tepatnya tuan muda keempat dari keluarga Bagaskara Halim,” jawab Rama yang lagi-lagi diangguki oleh yang lainnya.

Tidak lama setelah itu, akhirnya Jaka dan yang lainnya melangkah masuk ke lobi.

Sebelum masuk, mereka dihentikan oleh para penjaga. Namun setelah Rama mengeluarkan Bronze Card miliknya, mereka segera dipersilakan untuk masuk.

Begitu mereka tiba di dalam, mata beberapa orang langsung terfokus untuk menilai mereka dari ujung kaki hingga kepala. Namun itu hanya pandangan sekilas, apalagi saat beberapa orang melihat Rama mengeluarkan Bronze Card—itu malah menjadi tidak menarik lagi bagi mereka.

Tak bisa dipungkiri, acara ini adalah ajang untuk mendapatkan relasi dan juga menaikkan simbol status. Juga kesempatan untuk berkenalan dengan orang yang berpengaruh dan sangat kuat, yang bisa memperlancar beberapa masalah rumit yang akan mereka hadapi ke depannya.

Kembali ke cerita.

Jaka yang melihat betapa ramainya dan mewahnya pertemuan ini, meskipun sudah menyiapkan mentalnya, tetap saja terkejut.

Dibanding dengan dirinya dan yang lainnya, semua orang tampak begitu berbeda. Jaka mengira setelan yang mereka pakai sudah cukup mahal dan setidaknya bisa mengimbangi gaya para anggota A.S.E, tetapi sepertinya pikirannya terlalu sederhana.

Setelan mahal, jam tangan mewah, parfum kelas dunia—semuanya melekat erat di dalam diri para anak-anak orang kaya ini. Tatapan mata penuh kepercayaan diri dan kesombongan seolah ingin menunjukkan siapa yang paling kaya dan paling menonjol juga terlihat sangat mencolok.

Sekali lagi dirinya menghela napas.

“Tampaknya aku harus benar-benar terbiasa dengan hal-hal seperti ini,” monolognya.

Saat Jaka masih merenung, suara Rama membuyarkan lamunannya.

“Bos, di sana ada meja kosong. Mari kita duduk di sana sebelum acaranya dimulai.”

“Oh... oke,” jawab Jaka santai.

Akhirnya mereka berlima pun berjalan menghampiri meja kosong yang terletak di salah satu sudut. Baru saja mereka duduk, tiba-tiba suara sarkasme yang penuh dengan ejekan dan provokasi terdengar.

“Wow... lihatlah! Bukankah ini para udik dari Kota Blue Star? Lama tidak bertemu, tetapi sepertinya kalian sama sekali tidak ada peningkatan. Tetap miskin dan juga... kampungan,” ucap seorang remaja dengan baju mewah berwarna putih gading, diikuti oleh beberapa anak buah di belakangnya.

Mendengar itu, seketika ekspresi Rama dan yang lainnya menjadi sangat suram.

“William! Sebaiknya enyahlah dari sini. Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosongmu dan meladeni sifat kekanak-kanakanmu itu!” seru Dava dengan dingin.

Sebagai orang dengan sumbu pendek dan emosi yang meledak-ledak, dia tidak punya banyak kesabaran. Namun dia tahu bahwa pemuda yang ada di depannya bukanlah orang yang bisa dia provokasi dengan mudah.

Ya... pemuda tersebut adalah William Smith, salah satu tuan muda kaya dari keluarga Smith di Kota Jepara.

Menanggapi ucapan tidak ramah dari Dava, William tersenyum menyeringai. Dengan latar belakang keluarganya yang bergerak di bidang batubara dan juga barang-barang antik, pengaruh keluarganya benar-benar besar di Kota Jepara.

Hal ini membuatnya merasa seperti seorang raja kecil yang berkuasa. Dan saat menatap orang-orang dari kota yang lebih rendah, dia tak kuasa untuk menunjukkan dominasi dan sedikit melakukan provokasi untuk menindas yang lemah.

Dia berharap dengan demikian, aksinya akan dilirik oleh beberapa tuan muda dari keluarga kaya pemilik Silver Card ataupun Gold Card. Jika itu terjadi, mungkin dia bisa mendapat relasi yang bagus, bahkan menjalin kerja sama yang menguntungkan bagi keluarga masing-masing.

William berkata,

“Haha! Kenapa memangnya? Apakah kalian tidak percaya diri? Yah... aku bisa memakluminya. Kalian semuanya berasal dari kota kecil dan bahkan sampai sekarang kalian tidak memiliki prestasi apa pun di aliansi ini. Kau tahu apa artinya?” kata William sambil menggantung kalimatnya.

Tidak lama kemudian senyumnya menjadi semakin lebar saat ia mengatakan sesuatu yang membangkitkan minat semua orang.

Dia berkata,

“Itu hanya menunjukkan bahwa kalian hanyalah orang-orang gagal dari keluarga yang menyedihkan.”

“Hahaha!”

Suara gelak tawa dari anak buah William langsung menggema. Bahkan beberapa orang ada yang ikut tertawa. Bagi mereka, keributan kecil seperti ini sudah sering terjadi. Beberapa orang melirik dengan ekspresi acuh tak acuh, tetapi di antara sekian banyak orang yang ada di ruangan tersebut, sebagian besar justru menatap dengan penuh minat seolah akan ada tontonan baru yang menarik.

Melihat mereka semua ditertawakan seperti badut, seketika wajah Dava langsung merah padam. Begitu juga dengan Rama, Nathan, dan Alex. Tangan mereka terkepal erat, namun mereka masih menahan diri.

Bukan tanpa alasan—hanya saja karena latar belakang William memang sangat luar biasa, dan pastinya dia dilindungi oleh seorang ahli bela diri yang cukup kuat untuk menghancurkan mereka dengan satu jari.

Namun, yang tidak mereka sadari adalah... ada satu orang yang matanya menyala dengan kekejaman yang terasa membakar udara. Dan sosok itu tidak lain adalah Jaka.

Bangkit berdiri, kakinya mulai melangkah langkah demi langkah. Dan saat tiba di depan William, tanpa banyak kata, tangan kanannya terulur. Seperti sebuah cambuk yang tajam, sebuah tamparan yang begitu kencang langsung dilayangkan ke wajahnya.

“PLAK!”

Suara itu begitu nyaring, keras, dan menggema di seluruh ruangan.

Dan di bawah tatapan terkejut semua orang, William langsung mengerang kesakitan. Tapi bukan erangan itu yang menarik perhatian mereka, melainkan dampak dari tamparan itu.

Tubuh William terpental sejauh tiga meter. Wajahnya langsung bengkak parah, bahkan beberapa giginya rontok dan berserakan di lantai. Di saat yang sama, darah juga terus mengucur dari mulutnya.

Untuk sejenak, suasana yang sebelumnya riuh dengan candaan, ejekan, dan tawa seketika langsung berubah menjadi keheningan total.

1
adi ambara
KEMBALI KE CERITA LA..FLASBACK LA..apa thor ni berapa kali ko nak ulang cerita...jangan jadi thor yg bodoh..kalau tak ada idea jangan menulis...bodoh..
adi ambara
cerita yg banyak basa basinya..skip je cerita yg perlu..jangan jadi thor yg bodoh..walaupun cerita pendek tapi padat..jgn banyak basa basi...tolol
Was pray
wah.... tujuan kepala sekolah menunjuk Jaka sebagai ketua kedisiplinan malah jadi gak. selamat sesuai Krn Jaka malah jadi ketua fraksi geng...
Bollong
saran aja Thor,jangan terlalu kebanyakan flashback Thor,dan jangan terlalu naif,kalo bisa langsung bantai bantai aja.🙏
Was pray
sesudah dianugerahi suatu kelebihan terus jangan lupa diri Jaka...gunakan anugrah yg kamu terima untuk kebaikan diri dan orang2 di sekitarmu, jangan malah timbul sifat sombong
Was pray
up nya lebih rajin biar banyak peminatnya Thor..
Pakde
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!