"menikah lah dengan putra ku, Kayla!", tuan Arya memohon kepada Kayla yang seorang anak pembantu sekaligus perawatnya. Kayla yang dari kecil diajarkan patuh oleh ibunya pun tidak bisa mengatakan tidak, apalagi Kayla yg sudah lama memperhatikan putra tuannya tentu saja ia senang. akan kah pernikahan Kayla dan putra majikan nya bahagia?
Buat yang suka romantis mending baca ini, konfliknya ringan
Perjalanan Pulang
Setelah memasukkan barang barang kedalam bagasi, Mita, Kayla dan Zein segera masuk ke dalam mobil. Zein membuka kaca mobil lalu melambaikan tangannya pada ayah dan ibu nya sambil menjalankan mobil nya. Mita dan Kayla yang duduk di belakang asyik mengobrol, sedangkan Zein fokus menyetir mobil nya sambil mendengarkan musik.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya mobil Zein sampai juga. Zein keluar terlebih dahulu untuk mengeluarkan barang barang dari dalam bagasi. "Mit, bawa ke dalam ya. sekalian panggilin BI Yati suruh bawain setelan jas, soalnya nanti kakak abis nganterin Kayla langsung ke kantor", pinta Zein pada Mita. "Ya udah, kakak nggak masuk dulu?", tanya Mita. "Nggak, kakak buru buru", jawab Zein. Zein menunggu di dalam mobil, tidak lama bi Yati datang membawa setelan yang di minta Zein. "Makasih bik", ucap Zein yang kemudian menutup kaca mobilnya lalu menjalankannya.
Baru jalan sebentar, tiba tiba Zein menepikan mobilnya. "Ada apa kak Zein? apa ada yang ketinggalan?", tanya Kayla penasaran. "Tidak Kay, aku sedikit ngantuk. Bisakah kamu pindah ke depan biar kita bisa sambil ngobrol!", pinta Zein sambil menoleh ke belakang. "Baiklah kak", jawab Kayla yang kemudian membuka pintu mobil lalu berpindah duduk di sebelah Zein. Senyuman lebar pun terkembang di bibir Zein tatkala melihat Kayla menuruti permintaan nya. Sebelum Zein menjalankan mobilnya, ia teringat untuk meminta nomor telepon Kayla. "Oh iya Kay, aku boleh minta nomor kamu?", tanya Zein. "Maaf kak, untuk apa ya?", tanya Kayla penasaran. "Supaya aku bisa tau keadaan kamu, sekarang kan kamu tidak punya siapa siapa jadi aku merasa khawatir", jawab Zein. Mendengar jawaban dari Zein, Kayla merasa terharu hingga matanya berkaca-kaca. "Loh Kamu kenapa kok sedih?", tanya Zein. "Nggak kok kak, saya hanya terharu karena kak Zein begitu peduli pada saya. Terima kasih ya kak!", ucap Mita sambil memandang wajah Zein. "Sudah.. sudah.. jangan murung begitu, mana senyum mu kakak mau liat!", ucap Zein sambil mengelus kepala Kayla. Kayla pun tersenyum pada Zein lalu ia mendikte nomor teleponnya agar Zein sewaktu waktu bisa menghubungi nya.
Zein mulai menjalankan kendaraan nya, beruntung sekali karena jalanan tidak terlalu macet, jadi Zein bisa segera tiba di rumah tuan Arya. Ditengah jalan, hp Zein berbunyi. ia membuka ponsel nya, tertera nama Reino di sana, segera mungkin Zein menggeser tombol warna hijau di layar ponsel nya lalu menyambungkan nya ke earphone.
Zein:"Halo ren, ada apa?"
Reino: "Dimana Lo sekarang?"
Zein: "Otw ke rumah elo nih"
Reino: "oh oke, gue juga lagi dirumahnya bokap. Eh btw anak nya bi Ina kapan balik? Kasian bokap gue"
Zein: "sekarang, ni gue lagi sama dia
Reino: "Ya udah cepetan"
Zein: "sabar bos "
Tuuut... Reino lebih dulu mematikan panggilan nya.
"Teman kakak ya?", tanya Kayla setelah mendengar Zein yang ngobrol dengan sangat akrab. "Reino, dia lagi dirumahnya tuan Arya", jawab Zein. "Apa?", Kayla kaget karena Zein berbicara dengan Reino layaknya teman lama. "kenapa kamu heran seperti itu?", tanya Zein. "Karena kakak berbicara dengan blakblakan, bukan kah tuan Reino atasan kak Zein?", jawab Kayla yang kemudian malah balik bertanya. "Itu kalau di kantor, kalau kami sedang berdua di luar kantor ya kayak gitu", jawab Zein.
hah jadi tuan Reino teman dekat nya kak Zein, beruntung sekali... kapan kapan berarti aku bisa bertanya tentang tuan Reino pada kak Zein, gumam Kayla dalam hatinya sambil senyum senyum sendiri. Zein yang melihat Kayla tersenyum pun ikut tersenyum.
Mobil Zein tiba di rumah tuan Arya, satpam yang berjaga di depan segera membuka pintu gerbang nya. Zein memarkirkan mobilnya di halaman rumah tuan Arya yang begitu luas. Ia membuka seat belt nya hendak akan keluar dari mobil, dilihatnya Kayla kesulitan membuka seat belt nya. Lalu Zein mendekat kan tubuhnya ke arah Kayla guna ingin membantu nya, "Kalau kamu asal menarik nya begitu sabuknya tidak akan mau lepas, seperti ini caranya", ucap Zein sambil menekan tombol pengunci seat belt itu hingga bunyi klik terdengar saat seat belt nya terlepas. "Terima kasih kak Zein", ucap Kayla sedikit grogi. "iya, jangan turun dulu biar kakak bukain pintunya!", ucap Zein yang tengah membuka pintu mobil nya lalu keluar dengan menenteng paper bag berisi setelan jas kantor. Lalu Zein berjalan ke pintu di samping Kayla dan membukakannya.
apa ini tidak berlebihan, perasaan... kak Zein tidak pernah membukakan pintu untuk Mita. oh mungkin karena tadi aku tidak bisa membuka seat belt nya jadi dia pikir aku juga tidak bisa membuka pintu mobilnya. gumam Kayla yang lalu keluar dari mobil dan melihat telapak tangan Zein diatas kepala nya menjaga agar kepala Kayla tidak terbentur. "sekali lagi terimakasih kak Zein", ucap Kayla yang tidak tahu berapa kali ia berterima kasih karena Zein terus menerus membantu nya.