Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 19
Brukk
Olinda sangat terkejut saat melihat Jane jatuh di depannya. Beruntung ada Bruce di sana yang menangkap Jane.
" Kak, Kak Jane ... Kak!"
Olinda berteriak histeris. Dia selalu takut kalau Jane sakit. Setelah melahirkan Jane selalu tidak dalam kondisi yang sehat. Baru 1 tahun ini Jane dinyatakan sehat baik fisik maupun psikis oleh Jason--kakak laki-laki Jane.
" Nona, apa mau dibawa dibawa ke kamar saja?" tanya Bruce.
" Tidak, bawa ke rumah sakit. Aku tidak tenang jika Kak Jane tidak diperiksa."
Bruce mengangguk paham, ia lalu membawa Jane masuk ke dalam mobil. Sedangkan Olinda, ia berpesan kepada Bibi Lucy untuk mengawasi si kembar. Olinda meminta kepada Bibi Lucy untuk merahasiakan Jane yang pingsan dari Ethan dan Emma.
" Jangan bicara apapun soal pingsannya Kakak Ipar. Bilang saja Kakak sedang ada urusan dengan ku di rumah sakit."
" Baik Nyonya, saya mengerti."
" Terimakasih Bibi Lucy."
Olinda langsung bergegas keluar dari rumah menuju mobil. Bruce sudah siap di kursi kemudi. Olinda masuk di kursi penumpang lalu mengangkat kepala Jane untuk ditaruh di pangkuannya.
" Kak, bangun Kak, jangan membuatku takut. Aku mohon bangunlah."
Olinda terus menepuk pipi Jane. Ia sungguh sangat takut jika terjadi apa-apa dengan sang kakak ipar.
Tanpa diperintahkan, Bruce mempercepat laju kendaraannya. Meskipun harus hati-hati karena jalanan licin akibat hujan salju yang lumayan deras semalam .
Ckiiit
Bruce menepikan mobilnya tepat di depan gedung IGD. Olinda memanggil petugas medis dan langsung membawa Jane untuk masuk. Dia, sebelum menemui Dean harus memastikan dulu keadaan Jane.
15 menit berlalu, dokter yang menangani Jane keluar dari ruang penanganan. " Pasien tidak apa-apa, hanya kelelahan dan kurang nutrisi saja. Saya berikan infus, setelah infus habis sudah bisa dibawa pulang."
" Baik dokter, terimakasih."
Olinda meminta Bruce untuk menjaga Jane. Dia harus bergegas untuk menemui Rex. Sesuai degan jadwal yang sudah ditetapkan bahwa mereka akan melakukan operasi kepada Dean tepat pukul 10.00. Saat ini jam baru menunjukkan pukul 09.00. Tapi jelas mereka pasti sudah bersiap.
" Kak Rex ... hah ... hah ... hah ... Dimana Dokter Arthur," tanya Olinda kepada Rex dengan nafas terengah-engah.
" Olind, kenapa kamu seperti kelelahan begitu?"
" Itu tidak penting untuk saat ini. Nanti saja menjelaskannya. Dimana dokter yang akan mengoperasi Kak Dean."
Rex tidak mengerti mengapa Olinda seperti itu, tapi benar kata Olinda itu tidak penting, ada yang lebih penting yakni menemui dokter yang akan mengoperasi Dean
" Saya di sini Tuan dan Nona," sahut dr. Arthur yang baru saja masuk ke ruangan Rex. Ya, Arthur sudah tahu bahwa akan ada orang yang memberinya obat agar Dean bis terlihat seperti orang mati untuk sementara waktu.
" Ini obatnya dokter, kata kakak ipar ku berikan kepada Kak Dean sesaat sebelum dia keluar dari ruang operasi. Itu akan membuat Kak Dean seperti orang mati selama 30 menit. Setelah itu, mari ganti dengan mayat orang lain saat di rumah duka. Di rumah sakit ini ada tempat untuk menyemayamkan jenazah bukan? Kita gunakan lokasi itu."
Arthur melihat botol kecil itu dengan seksama. Dia sebenarnya ragu dengan rencana itu. Ada sebuah ketakutan dalam dirinya jika Dean akan benar-benar mati dengan obat itu.
Ternyata keraguan Arthur bisa dilihat oleh Olinda. Gadis itu lalu memegang kuat lengan Arthur sambil berkata, " Jangan ragu sedikitpun. Kak Jane adalah ilmuwan hebat, dia juga sangat mencintai Kak Dean, maka taku berani jamin bahwa semuanya akan baik-baik saja sesuai rencana."
Perkataan tegas dari Olinda membuat Arthur menjadi sedikit yakin. Ia hanya heran, siapa orang-orang ini yang ingin membantu berjalannya rencana Dean ini.
" Baiklah, aku percaya dengan kalian. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Aku akan memulai jam 10.00 dan diperkirakan selesai pukul 14.00. nanti kalian siapkan mayat pengganti nya di rumah duka."
Rex dan Olinda mengangguk paham. Olinda langsung menghubungi Joy untuk mencarikan mayat. Joy yang ada di seberang sana tentu begitu bingung dengan permintaan Nona nya tapi dia tidak berani bertanya. Joy memilih untuk patuh dan melaksanakan tugas yang diberikan.
" Kak, aku akan keluar sebentar untuk menemui Kak Jane. Sebenarnya tadi aku datang dengan terengah-engah karena Kak Jane pingsan setelah membuat obat itu."
" Nyonya ada di sini, aku ikut untuk bertemu dengannya."
Olinda mengangguk, akhirnya mereka berdua pergi bersama untuk mengunjungi Jane. Sesampainya di ruangan Jane, Bruce masih berdiri di luar kamar rawat, ia menjaga sesuai perintah Olinda, tapi tidak berani untuk berjaga di dalam.
" Apa Kak Jane sudah bangun?" tanya Olinda kepada Bruce.
" Sudah Nona, tadi Nyonya sudah bangun dan bertanya mengapa bisa berada di sini. Saya sudah menjelaskannya," jelas Bruce.
" Baiklah, kamu boleh pulang dulu Bruce. Antarkan Si Kembar, jika mereka bertanya bilang saja kami sedang mengunjungi Paman Rex."
Bruce mengerti, ia segera kembali ke rumah untuk melaksanakan tugas dari Olinda.
Cekleeek
" Kak, bagaimana keadaanmu?"
" Baik, maaf merepotkan mu lagi Olind."
" Nyonya, apakah Nyonya baik-baik saja."
Jane tersenyum. Ia senang bisa melihat Rex sudah jauh lebih baik dari pada saat pertama bertemu kemarin. Ia mengatakan kepada Rex bahwa dirinya baik-baik saja. Jane juga mengatakan sangat senang saat melihat Rex dalam kondisi yang jauh lebih sehat.
" Nyonya, rencana kami~"
" Aku sudah tahu Rex soal rencana kalian dan Dean. Semoga semuanya lancar."
Datar, ekspresi datar Tampa ekspresi itu membuat Jane dan Rex sedikit merasa heran dan bingung. Jane tidak antusias sama sekali, Rex merasa ada yang aneh dengan istri dari tuannya itu.
" Olind, aku ingin pulang. Aku khawatir anak-anak akan mencari ku."
" Tapi infusnya belum habis kak."
" Tidak masalah."
Jane menarik jarum suntik itu dengan hati-hati, ia lalu turun dari brankar. Olinda meminta Rex untuk kembali ke kamar dulu dan ia akan mengantarkan Jane pulang. Tapi Jane menolak, dia akan pulang sendiri.
" Lebih baik kamu di sini saja sampai Dean selesai. Aku bisa pulang sendiri. Aku akan naik taksi. Bruce sudah kamu suruh pulang kan, dan Joy juga sedang sibuk."
Olinda hanya bisa pasrah. Dia sungguh tidak mengerti dengan apa yang saat ini dipikirkan oleh Jane. Tapi satu hal yang jelas. Jane bersikap jauh berbeda dari sebelumnya.
" Kak Jane, apakah dia benar-benar kepikiran dengan wanita yang mengaku sebagai istri Kak Dean itu?" gumam Olinda lirih.
TBC
ilang ingatan dll
semoga sukses selalu