Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Tubuh mereka berdua terkulai lemas. Diko yang sudah tak sadar masih berada di atas tubuh Lingga. Lingga hanya bisa menarik napas dalam menahan beban berat tubuh Diko yang masih nangkring di atas tubuhnya.
"Mas berat," ucap Lingga kemudian degan pelan dan jujur membuat Diko membuka kedua matanya dan merbahkan tubuhnya di samping Lingga.
Wajah tampan Diko menoleh ke arah Lingga yang menatap ke arah langit -langit atap kamar itu dengan sendu. Perasaannya campur aduk, ada lega, ada puas, ada takut dan ada ragu.
"Kamu kenapa?" tanya Diko pelan sekali membuat Lingga melirik ke arah Diko dan tersenyum lembut.
"Gak apa -apa," jawab Lingga singkat. Lingga menarik selimut tebal itu dan menutup tubuhnya dengan sangat rapat. Ia sudah tidak perawan lagi, ia taku bila hamil dan kontrak pernikahan itu selesia. Siapa tahu, janji Diko itu palsu.
"Kamu takut?" tanya Diko pelan.
Lingga tak bisa membohongi dirinya sendiri dan mengangguk pelan.
"Iya Mas," jawab Lingga pelan.
"Terima kasih ya," ucap Diko malah mengcapkan terima kasih di atas ketakutan Lingga. Diko mengulum senyum, ia tahu kekhawatiran yang saat ini di rasakan oleh Lingga.
"Jangan salah paham dulu dong. Aku berterima kasih karena kamu sudah menjaga kegadisan kamu, hanay untuk aku, suami kamu," ucap Diko lembut. Posisi tubuh Diko kini menyamping. Tangan Diko menelusup ke bawah selimut tebal itu dan memeluk pinggan Lingga hingga posisi tubuh Lingga juga menyamping dan kini mereka saling berhadapan.
Tatapan Diko berbeda di bandingkan kemarin -kemarin yang terlihat kaku, dingin dan cuek. Sekarang tatapan mata itu lebih hidup, cerah, bahagia dan penuh damba.
"Mas ... Kalau aku hamil gimana?" tanya Lingga ragu.
Diko tersenyum mendengar pertanyaan polos Lingga dan memeluk lalu merapatkan tubuhnya pada tubuh Lingga.
"Ya gak apa -apa hamil juga. Justru aku malah senang. Lagi pula pa ayng kamu takutkan? Kita suami istri lho. Kalau seorang perempuan terus hamil dan punay suami, berarti ada yang bertanggung jawab dong untuk jadi Ayah bayi yang kamu kandung," ungkap Diko dengan jelas.
"Ekhemm ... Iya memang secara wajranya begitu. Tapi, pernikahan kita kan ...." ucapan Lingga terhenti. Diko langsung mencium bibir tipis yang sensual itu mulai mengoceh tak jelas. Rasanya ingin mengulangi adegan panas barusan. Mungkin saja permainan kedua akan lebih rileks dan tanpa beban.
Tubuh Lingga makin di rapatkan ke pada tubuh Diko denagn kedua tangannya yang menyentuh dan menarik pinggang Lingga. Keduanya sudah tak ada jarak lagi. Diko bebas mencium dan menyentuh Lingga tanpa ada penghalang.
"Mas ... Jangan begini terus. Nanti Lingga beneran hamil dan susah melupakan ini semua," ucap Lingga dengan lesu.
"Siapa yang ingin melupakan? Aku gak mau melupakan ini semua? Terus siapa juga yang mau meninggalkan, karena aku gak mau meninggalkan kamu," tegas Diko pada Lingga.
"Mas ... Jangan bercanda. Kontrak pernikahan itu jelas," ucap Lingga pelan.
"Gak ada. Kontrak pernikahan itu sudah tak berlaku lagi. Ingat pernikahan ini serius dan tidak ada yang bisa membatalkannya," ucap Diko tegas.
"Termasuk Anggie?" tanya Lingga pada Diko.
"Ya, termasuk dia. Bantu aku untuk melupakan smeuanya tentang dia, mengubur semua masa lalu aku. Cintai aku seperti aku juga jatuh cinta padamu dan belajar memupuk semua rasa cinta ini hanya untuk kamu, Lingga," ucap Diko dengan suara pelan. Diko kembali menenggelamkan ciumannya pada bibir Lingga dan mulai ******* lembut bibir istrinya untuk memulai kembali membuat adonan untuk menjadi benih cinta yang bisa bergerak dan tumbuh menjadi bayi di rahim Lingga.
"Mas serius dengan ucapan Mas? Itu tandanya?" tanya Lingga ingin memastikannya sekali lagi.
"Itu tandanya, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Kamu adalah Nyonya Hendiko Sastrawan, oke?" ucap Diko pada Lingga.
Lingga tersenyum lebar dan sangat manis sekali. Takdirnya begitu indah jika semua bisa terwujud sesuai keinginan. Tapi, tidak semudah itu. Tentu rumah tangga akan tetap di uji setiap saat. Mampu dan sanggup atau tidak?