Dinda, 24 tahun, baru saja mengalami patah hati karena gagal menikah. Kehadiran seorang murid yang bernama Chika, sedikit menguras pikirannya hingga dia bertemu dengan Papa Chika yang ternyata adalah seorang duda yang tidak percaya akan cinta, karena kepahitan kisah masa lalunya.
Akankah cinta hadir di antara dua hati yang pernah kecewa karena cinta? Mampukah Chika memberikan seorang pendamping untuk Papanya yang sangat dia sayangi itu?
Bila hujan tak mampu menghanyutkan cinta, bisakah derasnya menyampaikan rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Di Pagi Hari
Pagi itu Dinda terburu-buru memakai bajunya dan menyisir rambutnya, hari ini dia mulai kembali mengajar di sekolah, karena kegiatan belajar mengajar sudah akan segera dimulai.
Libur selama satu minggu ini tidak terasa bagi Dinda, sehingga siap tidak siap, pagi ini dia harus segera berangkat mengajar ke sekolah, karena lima belas menit lagi bel sekolah akan berbunyi.
Sambil mengunyah roti, Dinda menuruni tangga, setengah berlari dia menuju ke depan, berniat hendak mencari ojek yang mangkal di depan kosnya, supaya dia cepat sampai di sekolah.
Disaat Dinda terburu-buru hendak keluar dari rumah kosnya, tiba-tiba Bu Nur, Ibu kosnya keluar dari kamarnya, yang ada di paling depan rumah kos itu.
"Dinda!" panggil Bu Nur.
"Ya Bu, kalau ada tagihan ditunda dulu deh! Aku sedang terburu-buru, sebentar lagi pasti terlambat!" sahut Dinda.
"Eh tunggu dulu, itu ada motor yang baru di kirim pagi ini dari dealer, katanya buat kamu!" kata Bu Nur sambil menunjuk sebuah motor matic keluaran terbaru yang terparkir di garasi rumah kos itu.
Dinda mengamati motor baru yang berwarna merah itu, seingatnya dia tidak pernah memesan motor, atau mengajukan kredit motor, atau berniat beli motor, karena uang tabungannya belum cukup untuk membeli itu semua.
"Ini beneran buat saya bu? Saya beneran tidak pesan motor lho!" tukas Dinda tak percaya.
"Kamu memang tidak beli motor, tapi ada orang yang memberikan motor itu untukmu, nih lihat, motor ini sudah lunas dibayar, atas namanya, atas nama kamu!" kata Bu Nur sambil menyodorkan tanda terima dari dealer motor tersebut.
Dinda terkesiap saat membaca tanda terima dari dealer motor tersebut, atas namanya memang atas nama Dinda tapi tidak ada nama pengirimnya.
"Nih kunci motornya, berikut duplikatnya, tapi nomor polisinya belum keluar ya, karena ini motor baru!" kata Bu Nur sambil menyodorkan sebuah kunci motor beserta duplikatnya.
Dinda ragu-ragu menerima kunci itu, saat dia menengok pada jam tangannya, matanya terbelalak karena lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi.
Mau tidak mau Dinda menyambar kunci motor itu, dan segera menyalakan nya kemudian langsung melajukan nya cepat menuju ke sekolah.
"Bodo amat dengan siapa pengirim motor ini! Yang penting aku selamat sampai sekolah, tidak terlambat!" gumam Dinda.
Sekitar lima menit, Dinda sudah sampai di parkiran sekolah, setelah memarkir motornya dan menguncinya, kemudian Dinda bergegas berjalan ke arah lobby.
"Dinda!"
Ada seseorang yang memanggilnya dari arah belakang. Dinda menoleh dan tersenyum, saat melihat siapa orang yang memanggilnya itu.
"Eh Mbak Fitri! Apa kabar mbak? Sudah lama juga kita tidak jumpa, Alex masuk sekolah hari ini juga ya?" tanya Dinda sambil menjabat tangan dan memeluk Fitri, orang yang sangat dikenalnya.
"Iya Din, anak-anak TK memang masuk hari ini, setelah liburan tahun baru! Oh ya Din, minggu depan Alena ulang tahun, suamiku mengundang semua teman-teman dan kerabat untuk datang ke rumah, karena kami akan mengadakan jamuan kecil-kecilan!" kata Fitri.
"Wah, tidak terasa ya Alena sudah mau ulang tahun lagi! Aku pasti datang Mbak tapi ..." Dinda menghentikan ucapannya.
"Kenapa Din? Kau takut kalau kau akan bertemu Ken di rumahku nanti? Kau jangan khawatir, ku pastikan kau akan aman, karena suamiku sudah memberi pelajaran pada Ken!" sambung Fitri cepat.
"Baiklah Mbak, aku akan datang ke rumahmu minggu depan! Maaf aku buru-buru, sebentar lagi pasti bel masuk sekolah!" ucap Dinda sambil Beranjak Pergi dan Melambaikan tangannya ke arah Fitri. Fitri tersenyum dan melambaikan tangannya juga kearah Dinda.
****
Hari pertama masuk sekolah, tidak banyak pelajaran yang dibahas, murid-murid hanya diberikan tugas untuk mereview dan membuat cerita tentang kegiatan selama liburan.
Tugas itu adalah tugas yang diberikan oleh kepala sekolah, dan dikerjakan oleh masing-masing wali kelas, dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.
Dinda ketar-ketir kalau-kalau Chika akan menceritakan pengalamannya bersamanya, saat liburan kemarin itu, itu sangat memalukan.
Hampir sepanjang hari, Dinda juga terus memikirkan soal motor misterius yang tiba-tiba menjadi miliknya itu.
Siapakah gerangan orang yang memberikan motor itu dengan cuma-cuma? Pikirannya benar-benar pusing.
Hingga bel pulang sekolah berbunyi, seperti biasa, sebelum pulang, para guru berkumpul dahulu di ruang guru, untuk sekedar mereview atau membahas tentang pengajaran hari ini.
"Bu Dinda, tadi saat ada di ruang kesenian, sikap Chika berubah deh, dia sekarang lebih patuh, tidak Arogan seperti sebelumnya!" kata Bu Dita.
"Oya?"
"Tadi saat belajar menyanyi lagu bahasa Inggris, suara Chika, juga paling lantang, sepertinya anak itu mulai bersemangat dan tidak suka lagi mengganggu teman!" timpal Mr.Sam.
"Jangan-jangan Bu Dinda ada apa-apanya nih sama Papanya Chika! Secara video yang kita lihat di grup itu, Bu Dinda nampak sedang berlibur bersama keluarga Chika!" ujar Bu Ribka.
"Iya benar! Lebih baik bu Dinda jujur saja pada kami, kalau memang Bu Dinda ada hubungan khusus dengan Pak Dio Papanya Chika!" sambung Bu Dita.
Dinda semakin terpojok, pasalnya dia memang tidak ada hubungan apapun dengan Dio.
Tapi karena video murahan itu, semuanya jadi salah paham dan Dinda bingung harus menjelaskan dari mana.
"Saya tidak ada hubungan apapun dengan papanya Chika! Saya bisa jelaskan, kenapa saya bisa ada bersama dengan mereka waktu itu!" ucap Dinda.
"Tidak usah dijelaskan Bu Dinda! kalaupun Bu Dinda ada apa-apa dengan papanya Chika, itu haknya Bu Dinda, tapi jangan sampai hubungan Bu Dinda dengan Pak Dio merusak reputasi guru di sekolah ini!" sergah Bu Ribka.
"Benar! Apalagi kalau Bu Dinda terciduk tinggal bersama dalam satu atap dengan orang tua murid, padahal tidak ada ikatan pernikahan, itu akan merusak reputasi sekolah ini!" timpal Mr. Sam.
Dinda diam saja tanpa menanggapi ucapan para guru-guru tersebut, Kepalanya benar-benar pusing saat ini.
Hingga para guru sudah capek berargumen tentang Dinda, mereka kemudian mulai bubar teratur satu persatu.
Dinda juga cepat-cepat membereskan mejanya dan langsung turun tangga menuju ke arah parkiran, tempat di mana motor misteriusnya itu terparkir.
Sebelum Dinda menyalakan motor barunya itu, sekilas dia mengamati motor yang memang sudah lama dia impi-impikan itu.
Entah kenapa begitu mudah mimpinya terwujud, memiliki motor sendiri untuk mempermudah transportasinya.
"Motor baru nih ye!" ledek Bu Dita yang juga berjalan ke arah motor Yang terparkir di sebelahnya motor barunya itu.
Dinda hanya tersenyum kecut menanggapi ledekan Bu Dita, Dia juga tidak mungkin mengatakan, kalau motor itu adalah motor misterius yang dia dapatkan pagi ini.
Bersambung...
****