Perfect Husband'S Family

Amira terpaku di depan cermin besar sebuah butik mahal, milik salah satu desainer ternama. Beberapa saat yang lalu, Gerrard mengajaknya kesana untuk di make over.

Pantulan dirinya tampak begitu berbeda kali ini. Wajahnya yang biasa terlihat lelah karena bekerja seharian, kini tampak menyala bersinar.

Ia begitu cantik dengan sentuhan makeup ala Korea, dengan rambut yang ditata rapi serta di beri pita besar di bagian belakang.

Ia mengenakan gaun midi berwarna krem, dipadu sepatu hak kecil yang membuat langkahnya tampak anggun.

Saat Gerrard muncul dari ruang tunggu, ia menatap Amira dengan takjub dan senyum yang puas.

"Kamu, cantik sekali." ujarnya dengan pandangan mata yang mengangumi Amira dari bawah hingga ke atas.

Membuat jantung gadis itu kini berdegup kencang. Ia membalas senyum Gerrard dengan manis, tak lama Gerrard pun membayar semua biaya pelayanan yang ternyata mencapai belasan juta.

Amira benar-benar terkejut, apalagi setelah Gerrard membayar semua itu dengan menggunakan black card. Kartu yang sering ia lihat di sosial media dan biasanya hanya di pakai oleh kalangan orang-orang berduit.

Ketika keluar dari salon lagi-lagi Amira dibuat kaget, karena mereka di jemput oleh sebuah rolls Royce seharga dua puluh milyar.

"Loh, mobil yang tadi kemana pak?"

Amira menyinggung soal mobil sebelumnya yang digunakan oleh Gerrard.

"Biarkan saja, nanti diambil sama supir." jawab Gerrard.

Tak lama pria itu pun membukakan pintu dan mempersilahkan Amira untuk masuk. Hawa berbeda yang syarat kemewahan langsung dirasakan oleh semua indera yang dimiliki Amira.

"Shev, gue naik rolls Royce anjir, demi apa sumpah."

Ia mengetik pesan dan mengirimkannya pada Sheva. Meski Sheva tidak langsung membaca dan membalas pesan tersebut, tapi ia senang bisa berbagi cerita.

Tak lama mobil mewah yang ditumpanginya itu pun tampak melaju, menyusuri jalan demi jalan ibu kota dan akhirnya menuju ke sebuah kawasan perumahan elite.

Amira baru kali ini memasuki kawasan terkenal itu, dan di sana tak ada satupun rumah yang ukurannya kecil. Semuanya besar, dan megah. Membuat gadis itu takjub dan serasa memasuki dunia yang lain.

Ketika mereka sampai di muka sebuah pagar bernomor 107, Gerbang besar seperti terbuka secara otomatis, menyingkap pemandangan rumah yang jauh lebih besar dan indah dari rumah-rumah yang lain.

Bangunan bergaya Eropa klasik dengan tiang-tiang marmer putih, serta jendela tinggi, dan taman yang luas tersebut mampu membuat Amira tersihir, hingga terpaku dengan bibir yang sedikit menganga.

"I, ini rumah bapak?" tanya nya tak percaya.

Gerrard tampak tersenyum tipis.

"Rumah keluarga Wilson, dan sekarang kamu akan menjadi bagian dari keluarga ini." jawab pria itu.

Perasaan Amira mendadak dipenuhi kupu-kupu. Rasanya sungguh berdebar-debar, ada senang sekaligus khawatir. Bagaimana rupa dan sifat keluarga Gerrard nantinya, ia belum tau.

Ia takut dengan rumah semegah ini, keluarga Gerrard akan bersikap seperti antagonis dalam sinetron yang sering ia tonton. Sebab dirinya bukanlah perempuan yang berasal dari level yang sama, dan tak memiliki pendidikan yang tinggi pula.

Begitu mobil berhenti di depan pintu besar, seorang penjaga laki-laki membukakan pintu. Amira serta Gerrard turun, dan langsung disambut oleh dua pelayan wanita yang menunduk dengan hormat.

Batin Amira berdetak, ini benar-benar seperti dunia di dalam novel online yang kerap digambarkan oleh banyak penulis halu.

Ia pikir hal semacam ini tak ada di dunia nyata, tapi kali ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Tak lama seorang wanita cantik dengan dress elegan yang mahal, keluar dari rumah tersebut dan langsung menghampiri Gerrard. Mereka saling berpelukan dan Gerrard mencium pipi wanita itu.

"Gary."

"Selena, my dear." sapa Gerrard.

"Amira, ini adik saya yang paling bungsu, Selena."

Gerrard mengenalkan adiknya yang sangat cantik itu kepada Amira. Gerrard tampak berbisik sedikit pada Selena, dan Amira tidak tau apa isi percakapan tersebut.

Tapi yang jelas wajah Selena tiba-tiba sumringah dan tampak bahagia. Ia lalu mendekat dan menyentuh perut Amira.

"Are you pregnant?" tanya nya kemudian.

Amira mengangguk sambil tersenyum.

"Oh my God, ini berita yang sangat baik." ucap Selena.

Selang beberapa saat keluar seorang perempuan yang tak kalah cantiknya dengan Selena. Ia didampingi oleh seorang pria tampan, yang juga sama mengenakan jas mahal seperti Gerrard.

"Zanetta."

"Gary."

Gerrard dan wanita itu saling berpelukan, lalu Gerrard gantian memeluk si laki-laki.

"Amira ini adik saya yang nomor dua, Zanetta dan ini suaminya, Dave."

"Zanetta, Dave, ini Amira. Dia sekarang sedang hamil anakku." ucap Gerrard dengan bangga.

Seketika wajah Zanetta dan Dave pun tampak bahagia. Mereka mendekat dan menjabat lengan Amira secara bergantian.

"Selamat datang di keluarga kami, Amira." ucap Zanetta dengan ramah.

Amira benar-benar tak menyangka jika keluarga Gerrard akan se-welcome ini padanya. Tadinya ia mengira akan diperlakukan dengan sinis, lalu semuanya terasa canggung.

Amira sedikit lega, namun itu tak berlangsung lama. Sebab dua sosok lain kini turut muncul dari dalam rumah.

Seorang pria paruh baya dengan wajah yang berwibawa serta tampan. Ia didampingi oleh seorang wanita bergaun ungu lembut, dengan gaya sosialita dan wajah yang sedikit judes menurut Amira.

"Pi, mi."

Gerrard memeluk kedua orang tua tersebut, dan jantung Amira kini berdegup dengan kencang. Itu adalah kedua orang tua Gerrard.

"Pi, mi, ini Amira yang Gerrard ceritakan pada kalian tempo hari." ucap Gerrard.

Kedua orang tua Gerrard, Jacob Wilson dan Ratri Wulandari menatap Amira dengan tajam, sehingga Amira merasa sedikit tidak nyaman lalu menunduk.

"Apa benar kamu sedang mengandung anak Gerrard?"

Jacob Wilson yang berdarah campuran Inggris tersebut, terdengar melontarkan pertanyaan.

"I, iya pak." jawab Amira sambil menunduk.

Tak lama Ratri ibu Gerrard pun mendekat, lalu memegang serta menekan perut Amira. Wanita itu tersenyum dan berkata.

"Kamu sangat subur, kami yakin Gerrard bisa memberikan kami cucu yang banyak selain ini." ujarnya.

Amira yang kikuk masih tampak menunduk, namun ia lega kedua orang tua Gerrard tak marah padanya.

"Ayo kita makan!" ujar Selena memecah ketegangan.

Tak lama mereka semua pun masuk ke dalam. Amira digandeng oleh Gerrard dan akhirnya mereka tiba di sebuah ruang makan yang besar dan megah.

Amira yang sudah takjub dari pertama masuk tadi, lagi-lagi dibuat menganga oleh pemandangan ruang makan tersebut. Benar-benar persis seperti ruang makan kerajaan di film-film Disney.

Ada beberapa ornamen lukisan yang tampaknya mahal di dinding, serta chandelier kristal bergantung di langit-langit. Meja panjang yang penuh dengan sendok serta garpu perak, dipadu piring porselen, dan makanan yang berlimpah.

Di sekeliling, pelayan bergerak dengan cekatan, menuangkan minuman ke dalam. Gelas serta menata hidangan. Amira duduk di samping Gerrard, dan masih berusaha menyesuaikan diri.

Semua anggota keluarga tampak begitu berkelas. Amira mengamati gaun mereka yang merupakan hasil rancangan dari desainer terkenal. Amira mengira-ngira berapa budget mereka semua untuk tampil menawan setiap hari.

"So, kapan kalian akan menikah?"

Ibu Gerrard membuka obrolan di sela-sela hidangan pembuka.

"Setelah proses cerai selesai, mi." jawab Gerrard.

"Good, kita akan adakan pesta mewah disini." ucap ibunya tersebut.

Amira masih serasa seperti mimpi. Ia tak menyangka akan semudah ini masuk ke keluarga orang kaya. Hanya dengan modal rahim yang hamil serta keberanian untuk merebut suami orang.

***