Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Hari ini setelah operasi yang di jalani sang Papa kedua gadis itu akan kembali ke Indonesia, mereka hanya izin cuti selama 3 hari tapi karna Oma Grpi meninggal membuat mereka menambah cuti hingga satu minggu, mengingat mereka anak magang yang membutuhkan nilai untuk perjuangan akhir di bangku kuliah membuat kedua hadis itu harus rela meninggalkan sang Papa yang saat ini sedang masa pemulihan.
"Papa harus nurut inget kita maunya nanti kami wisuda Papa harus benar-benar pulih".
" Jangan nakal, patuhi kata perawat? Kami pasti selalu rindu Papa", Zavina berucap sambi memeluk tuan Ardi, sebenarnya mereka enggan meninggalkan sang Papa tapi mau bagaimana lagi.
"Pergilah, ada Fadli dan Aira yang menemani Papa", Ardi menjawab sambil mengusap kedua kepala putrinya.
" Gak usah lebay? Kalian magang juga tinggal 2 bulan lagi", Aira berucap sambil menatap malas pada kedua gadis kembar itu.
"Aiss.... Mbak Ai mah gak asik", Zahra berucap sambil menatap kearah Fadli.
"Udah siap?", Tuan Zaidan masuk sambil menenteng sebuah plastik titipan Renita.
" Udah", keduanya menjawab sambil berpamitan.
"Ini makanan dari mami Renita dia gak ikut nganter sebab Bayi besarnya sedang tantrum", Zaidan berucap sambil melirik kearah Aira sebab gadis itu pasti akan segera bertindak. Zaidan memang sangat senang menganggu pasturi itu sebab keduanya bisa begitu bebas hingga bisa pergi kemana pun.
"Mas? Kamu ini?", Nyonya Angle berucap sambil mencubit perut sang suami. Zaidan sendiri hanya meringis sebab cubitan sang istri cukup menyakitkan.
Mereka berempat akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit Elizabeth, selama dalam perjalan mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing.
"Kalian kembalilah ke masion Wijaya? Opa juga ada di sana?", suasana yang tadinya hening langsung terpecahkan saat Angle memulai percakapan.
" Ya! Kami juga berpikir begitu Ma", Zahra menjawab sambil menatap kearah luar jendela pesawat.
"Jangan risau Zav! Paman tau apa yang kau khawatirkan", Zaidan menimpali obrolan ke tiganya tapi dia melihat wajah sendu sang ponakan.
" Bagaimana kondisi di pulau kembar Paman?", Zahra mengalihkan pembicara agar suasana tak menjadi kacau.
"Semua sudah aman Zero dan Arya masih berada di sana".
" Ma aku dengar tante Areta hamil lagi ya? Berarti bang Fadli mau punya adek dong?", Sontak ucapan Zavina membuat Zahra dan Zaidan tersedak karna mendengr kabar itu.
Uhukkk uhuukkkk.... "Yang bener aja dong Zav kalau ngasih info?", Zahra berucap sambil menatap kearah Zavina.
"Bener tau ya kan Ma", Angle mengangguk sebagai jawaban.
" Apppaaaa", hampir semua penumpang di dalam pesawat tersentak kaget karna teriakan dari keduanya.
Plakkk..... Ciiitttt, "Biasa aja Mas kagetnya", Nonya Angle menegur sambil tangannya memukul lengan sang suami, saat ini mereka sedang berada di mobil menuju bandara.
" Mas kaget lah Yang?", usia Fadli udah 23 loh, harusnya mereka yang gendong cucu bukan gendong anak.
"hahaha... Ekspresi Paman itu loh? Percaya aja sama ucapan mereka", Zahra menimpali sambil terkekeh, "Yang benar itu tante Erina istri Om Sean yang hamil", Mami tadi chat aku sebelum berangkat", pada akhirnya Angle dan Zavina medengus malas sebab Zahra gak bisa di ajak berkerja sama.
" Gak asik kamu mah", keduanya merajuk membuang muka kearah jendela mobil, kali ini gantian Zaidan dan Zahra yang terkekeh melihat tingkah mereka yang tengah merajuk.
Akhirnya mereka sampai di bandara mereka sudah memesan tiket pesawat kelas bisnis mereka berempat melakukan chek in, setelah 15 menit menunggu akhirnya pesawat mereka pun berangkat.
Hampir 2 jam mereka berada dalam pesawat kini mereka telah tiba di bandara Soe Karno Hatta, dari jauh sudah tampak Arya dan Rudi asisten Zaidan yang sudah menunggu mereka.
"Selamat datang kembali nona-nona", Rudi berucap pada kedua gadis kembar itu.
" Kami tau Om Rudi dan Om Toby yang melacak kami", Zavina menjawab sambil memberengut.
"Udahlah, toh pada akhirnya Ayah kalian sudah sembuh tinggal pemulihan", Zaidan menyahut karna melihat tampang memelas Rudi.
" Tapi ngomong-ngomong ginjal siapa yang di donorkan pada Papa?", Zavina bertanya sebab di lupa bertanya pada Fadli.
"Ginjal salah satu anggota Orion, beliau meninggal saat membantu kalian hari itu, terus dia buat wasiat bahwa dia ingin mendonorkan ginjalnya jika cocok pada Oma tapi ternyata Oma lebih dulu pergi, sehingga Fadli mencocokan pada Papa kalian dan untungnya cocok", Rudi menjelaskan sebab memang begitulah kenyataanya.
"Apakah paman itu masih memiliki keluarga atau saudara, anak, istri atau siapa gitu", Zahra bertanya sebab dia dan Zavina ingin membalas kebaikan sang pendonor.
"Sayangnya almarhum sebatang kara Papa kalian menolong beliau dulu karna beliau di keroyok sejumlah pereman, mulai saat itu dia menjadi angota Orion",
Kedua gadis itu akhirnya tak lagi bertanya hingga mobil mereka telah tiba di halaman masion Wijaya..
"Huhhh... Akhirnya sampai juga", keduanya tersenyum apa lagi dia melihat Opa Andi yang duduk di teras seakan menunggu kedatangan mereka.
Opaaaa kedua gadis itu berteriak lalu memeluk sang tuan Andi, mereka sangat merindukan pria tua yang saat ini tengah berduka.
"Akhirnya kalian sampai juga, Opa rindu?", ucap tuan Andi sambil memeluk erat kedunya.
" Kami gak di rindukan kah Pak tua", Zaidan berucap sambil menyindir.
"Udah tua Mas gak usah kayak bocah", Angel lah yang menyahut setelah dia meminta kepala pelayan membuatkan minuman serta cemilan.
Setelah itu mereka semua duduk dan mengobrol santai di ruang tengah sebelum kembali pada rutinitas masing-masing.