Fahmi yang sudah bertunangan dengan Sesil terpaksa harus menikahi Saras yang seorang janda. Bukan karena cinta melainkan karena rasa kasihan dan kepeduliannya terhadap janda miskin beranak satu.
Lantas bagaimana dengan Sesil setelah tahu tunangannya sudah menikah lebih dulu ?
Lalu bagaimana dengan Saras yang telah menjadi istri seorang dokter itu, akankah ia mendapatkan cinta yang tulus darinya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasi Goreng
Sementara itu, Sesil sudah selesai melakukan transaksi ia lantas duduk santai di teras rumah sambil menunggu pesanan datang. Ia rupanya masih lapar akibat sarapan yang hanya beberapa suap saja. Pesanan on line jadi pilihannya sebab ia tak terlalu pandai memasak.
Bik Yem tak juga beranjak dari tidurnya setelah minum obat diare.
Amira yang terpaksa mencuci semua piring yang kotor. Ia ngedumel sendirian tak jelas sepanjang berada di dapur. Setelah selesai ia keluar dari dapur sembari mengelap kedua tangannya yang basah dan mendapati Sesil tengah makan enak sambil nonton tv.
Amira melongo tak percaya dengan tingkah menantu tajirnya itu. Ia kelelahan sedari tadi bersih - bersih, eh dia malah enak - enak santai. Amira berdehem namun Sesil tak merespon. Amira mengulangi dehem nya sampai terbatuk - batuk barulah Sesil menyadari ibu mertuanya tengah berdiri di sampingnya.
"Eh, Mama. Mama mau ?" Sesil sontak menoleh lalu menyodorkan makananan yang berada di pangkuannya. Mie ayam kuah yang aromanya begitu menggoda. Ditatapnya makanan yang berada di dalam sterofoam itu, nampaknya tinggal sedikit. Ah, masa iya ia makan bekas sisa orang.
Amira lekas memaksakan senyumnya, "Kamu pasti sangat lapar, habiskan saja!"
Tanpa Amira suruh pun Sesil sudah pasti menghabiskan makanannya karena mie ayam itu memang enak, bumbunya begitu gurih. Dan terdengar suara seruputan dari mulutnya yang terakhir.
Amira lelah dan hendak berbalik memasuki kamar, ia ingat karena sudah membersihkan dapur. Lalu ia memberi pesan pada menantunya agar mencuci bekas makanannya.
Sesil mengelak, "Kan aku nggak pakai piring Ma,"
Amira jadi malu sendiri dan tak menyahut, lalu bergegas pergi. Karena lelah ia pun merebahkan diri dan tertidur. Terkadang di hari - hari biasa ia membantu Bik Yem memasak di dapur, karena migrain nya sering kambuh, Ambar lah yang menggantikannya.
Selesai makan Sesil melanjutkan menonton film hingga hari menjelang siang.
Konsentrasinya buyar saat mendengar seseorang dari luar rumah mengucapkan salam. Ia buru - buru bangkit untuk melihat siapa di luar sana.
Sesil menyibak gorden untuk mengintip siapa orang itu. Terlihat dari penampilannya seperti seorang wanita dengan jilbab yang terlihat usang. Memakai daster juga usang. Barulah Sesil membukakan pintu. Sesil kira ia seorang yang menjual makanan karena di tangannya ada tumpukan sterofoam yang dibungkus plastik putih. Rupanya Sesil tidak ingat wajah Saras, karena Saras tidak mengenakan riasan.
"Cari siapa ?" tanya Sesil seraya menilik penampilan wanita di depannya.
"Nyonya Amira ada? " tanya Saras dengan santun.
"Hm, sebentar aku panggilkan." Sesil bahkan tak mempersilahkan Saras untuk masuk ataupun duduk.
Segera wanita yang genap berusia 29 tahun itu memasuki rumah kembali dan mencari mertuanya di kamar.
Amira datang dengan menahan rasa kantuknya disusul Sesil dari arah belakang. Melihat Saras yang berkunjung, entah mengapa Amira merasa senang apalagi ia melihat buah tangan yang ia bawa. Namun, rasa itu terlalu agung jika Saras mengetahuinya dan tak ingin membuatnya melonjak. Ia juga ingat ancaman Fahmi tentang KDRT. "Masuk!" titahnya yang membuat Saras sedikit ragu.
Saras seolah salah mendengar dan ia tetap berada di tempatnya. Hingga sentakan dari Amira membuatnya kaget. "Apa kamu tuli, masuk!"
"Ah, iya." sahut Saras cepat lalu mengikuti dua orang wanita yang sudah masuk duluan.
"Ada apa?" Amira bertanya dengan ketus tujuan Saras kemari.
"Ini ada sedikit nasi goreng untuk nyonya dan Kak Ambar." Saras menyodorkan bungkusan itu.
Sesil berkerut, " Siapa wanita ini, begitu perhatiannya ?" gumamnya dalam diam.
Seketika mata Amira berbinar. Sudah lama ia tidak mencicipi makanan yang namanya nasi goreng itu. Ia pun menutupi rasa senangnya. "Ya, terimakasih!" sahutnya jutek.
"Untuk Fahmi mana?"
"Mas Fahmi sudah aku kasih jatahnya. Tadi pagi Ia datang ke rumah untuk menjemput Bagas ke sekolah." terang Bella singkat yang tentu saja membuat Sesil meradang.
Setelah memberikan bungkusan, Saras segera pergi.
Sesil yang penasaran dengan siapa wanita tadi pun bertanya pada mertuanya.
"Kamu tidak ingat?" Amira segera membuka bungkusan dan tercium aroma yang begitu enak tidak kalah dengan mie ayam yang dimakan Sesil tadi.
Sesil menggeleng samar, "Siapa ?"
"Dia kan Saras."
Mendengar nama itu Sesil menjadi geram. Aura kebenciannya pun muncul.
Amira sudah tidak tahan dan ingin segera makan. Satu suapan sudah berhasil ia telan, dan dengan cepat ia menghabiskan nasi goreng itu. Rasanya sungguh enak ! Ia jadi kepingin untuk nambah lagi. Lalu melirik bungkusan disamping.
Pikirnya Ambar akan pulang sore dan pasti tidak menginginkannya.
Sementara itu, di rumah sakit tampak Fahmi memandangi kotak bekal yang dibawakan oleh istri pertamanya itu. Ia perlahan membuka bingkisan tesebut. Dari aromanya saja sudah pasti bisa dibuktikan kalau masakan Saras sungguh enak. Fahmi dengan lahap menghabiskan bekal makanannya.
Menit berikutnya, ponsel Fahmi berdering yang rupanya itu dari Sesil. Fahmi menyambut hangat panggilan itu.
Tiba - tiba saja, Sesil langsung melabrak Fahmi. "Fahmi, wanita bernama Saras baru saja datang ke rumah."
"Lalu?" Fahmi tak begitu merespon.
Sesil pun menceritakan kenapa Saras bisa datang.
Fahmi tak menanggapi lalu melihat arloji menunjuk pukul 12 tepat. Saatnya menjemput Bagas.
Fahmi mengendarai mobilnya lalu menjemput Bagas.
Saat mengantar Bagas pulang ke rumah, Saras menyampaikan maksud hatinya pada Fahmi dengan santun. "Jika Mas Fahmi lelah harus antar jemput setiap hari, aku bisa melakukan itu sendiri. Jadi, Mas Fahmi tidak bakal kerepotan.
Fahmi menimba ucapan Saras barusan, "Aku akan memikirkannya."
Kemudian Fahmi kembali lagi menempuh 15 menit agar sampai ke rumah sakit.
Sepulang dari rumah sakit, Fahmi kepikiran dengan ucapan Saras siang tadi. Ia pun membelikan sepeda motor agar saat menjemput Bagas bisa melakukan sendiri.
Fahmi sudah memilih motor yang akan ia beli. Lantas ia menuju ke bagian toko yang menjual handphone. Dipilihnya satu merek hp. Ia akan memberikan pada Saras tanpa sepengetahuan Sesil.
"Mas Fahmi!" seru Saras begitu girang lalu menyalami suaminya. Mempersilahkan untuk masuk.
"Ini Mbak Saras, kunci motor dan ponsel." Fahmi meletakkan semua benda itu di atas meja.
Saras tercengang, "Apa maksud semua ini, Mas Fahmi ? Sungguh, aku tidak meminta apa pun darimu sebagai bentuk rasa tanggung jawabmu."
"Sebentar lagi dealer akan datang. Mulai besok kamu sudah bisa mengantar Bagas ke sekolah sendiri. Dan ini ponsel baru untukmu. Maaf, baru bisa memberimu sekarang, jadwal operasi ku sangat padat." jelas Fahmi. Saras mengerti dan sungguh ia tidak ingin direpotkan.
Detik berikutnya terdengar suara mobil dealer datang. Saras bergegas beranjak begitu pula dengan Fahmi. Kaki Saras keserimpet rok yang ia kenakan dan hampir saja jatuh, beruntung Fahmi segera menyangga bahu Saras. Dan tatapan keduanya terkunci. Ada getaran halus yang menjalar di hati. Apakah aku sedang jatuh cinta ?