Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menahan luapan lahar panas
Aku sudah ada di depan rumahnya, seperti tulisnya tadi siang, ia ingin mengajakku kesesuatu tempat. Aku menunggu di teras depan rumahnya, bertemu keluarganya, tentu saja ia cukup ramah, terutama kakak perempuannya, selayaknya kakak yang akan selalu menganggap kecil adik kesayangannya. Dan aku sepertinya dianggap orang spesial bagi adiknya saat ini. Cukup lah waktu kami berbincang, untuk tahu bahwa mereka keluarga besar tinggal dirumah ini, dan si kecil memang anak paling manja sekaligus yang paling dijaga oleh keluarganya. Ya, aku menjemput Ony malam ini, aku sendiri tak tau menahu tujuan kami akan kemana, ia tidak memberi penjelasan atau clue apapun pada ku.
"yuk, aku udah siap kak!" ujar Ony sembari berdiri di pintu di belakangku.
aku cukup terkesima pada penampilannya malam ini, ia berbeda di banding kesehariannya di kantor. Berbalut gaun terusan warna merah, minim ornament berlebihan dan hanya ada tas tangan persegi berwarna gelap dengan aksen berwarna keemasan, membuat kulit putih orientalnya tampak sangat menonjol. Rambut yang biasanya hanya di sanggul jepit, malam ini di urai tertata, membuat keseluruhan penampilannya Istimewa.
Plok!! Tepuk kecil di pundakku oleh kakak perempuannya menyadarkan aku dari kekagumanku. Sambil tersenyum meledek si kakak berucap,
"baru ini ya liat Ony berdandan??"
"jagain adekku ya, bawa pulang dalam keadaan utuh!" lanjutnya
"Siap kak!" ucapku
Padahal sepertinya usiaku diatas kakak Perempuan Ony, tapi sepertinya karena statusku adalah teman Ony, panggilan kak adalah yang paling pantas buatnya. Setelah berpamitan, aku dan Ony pun masuk kedalam mobil dan mulai perjalanan ke tempat yang ingin dia tunjukkan padaku.
"Ony, sepertinya aku salah kostum ini, kamu begitu megah terlihat begitu cantik, sementara aku hanya berkaos lusuh. Sebenarnya mau kemana kita?" tanyaku
"makan malam, emang ga laper?" jawabnya ketus
"Wow....galak banget dek?!" balasku
"Laper! Dah gitu mau ditinggal nikah lagi, gimana ga emosi?!" cecarnya tanpa jeda.
Jawabannya membuatku senyum kecut, betapa aku terperangkap disituasi yang kembali lagi tidak bisa aku kendalikan. Ini aneh, selain tidak mengenakkan tapi rasanya menyenangkan diperlakukan seperti ini oleh Ony. Akhirnya setelah sedikit perbincangan ketus itu, Ony menunjukkan tempat yang ingin dia tuju malam ini. Ternyata adalah sebuah wine cellar di area pegunungan dekat kota kami tinggal.
Sedikit terkejut diriku melihat tempat yang ia pilih untuk di tunjukkan padaku, ternyata si gadis belia ini hobby meminum wine di tempat seperti ini. Dan tepat saja, aku salah kostum. Untung saja di mobilku selalu ada satu tas berisi pakaian resmi andaikata dibutuhkan mendadak seperti kondisi saat ini.
"masuklah dulu, aku akan menyesuaikan penampilanku" ucapku
"tentulah aku harus memadankan dan memantaskan diriku untuk mendampingi kamu yang seperti bidadari kan?" lanjutku
Wajahnya merona merah karena ucapanku barusan, tentu saja terlihat jelas, kulit putih orientalnya tak pandai menutupi perubahan warna yang terjadi. Ony pun keluar mobil dan melangkah menuju resepsionis di ujung pintu masuk. Aku pun menyusulnya setelah mengganti kaosku dengan setelan dan jas.
Setelah mendapatkan meja dan memesan makan malam, kami terdiam untuk beberapa saat, aku menikmati suasana tempat yang Ony pilih, sementara dia menatapku dengan pandangan yang berubah ubah, aku menyadarinya, karena walaupun tempat ini temaram, tapi lilin di depan wajahnya membantuku mengenali perubahan perubahan itu. Tidak mau dipandangi lebih lama dan dalam lagi oleh Ony aku memulai membuka pembicaraan.
"Boleh juga pilihan tempatnya, sering kesini ya?" bukaku
"ngga juga, mana mungkin seorang karyawan biasa berani kesini sering sering" pungkasnya
"berarti malam ini ada yang spesial dong?apa?" tanyaku melanjutkan
"Nanti saja, aku hanya ingin minum wine malam ini!" katanya
Tampaknya Ony sedang ingin melarikan diri dari sesuatu dengan meminum wine malam ini, aku ingin melarangnya tapi biarlah dulu, nanti kalau sudah berlebihan barulah aku akan menghentikannya.
Selang beberapa waktu sajian kami pun muncul, kami memulai santap kami dengan sedikit berbincang ringan, kali ini aku memilih untuk membahas seputaran pekerjaan dan kantor, agar suasana hatinya sedikit berubah. Benar saja, suasana memang berubah, kearah yang semakin rumit. Ony sepertinya ingin mengeluarkan muntahan lahar panas yang mungkin ia simpan selama ini, ia mulai memesan beberapa minuman yang sangat tidak lazim bagi gadis pada umumnya.
Di Tengah entah gelas keberapa, Ony mulai menatapku kembali tajam, seakan membaca moment yang sedang disiapkan untuk menumpahkan laharnya. Ia meletakkan kacamata di dalam tas tanganya dan disimpan di samping punggung kursinya. Aku sadar apa yang akan terjadi malam ini akan sangat memorable bagi kami.
"bagaimana denganku?" singkat dan padat yang keluar dari mulut mungil Ony.
Cukup singkat dan padat hingga dapat membuat aku kebingungan bagaimana harus meresponnya. Aku tahu salah sedikit aku merespon aku bisa memutar balikkan pagi dan malam sekali lagi. Dan itu sangat tidak aku inginkan.
Para lelaki, ingatlah saat seperti ini berbalik bertanya hanya akan menambah penderitaanmu, menambah penetrasi lahar panas kedalam pembuluh darahmu, jawablah saja, maka lahar panas itu memiliki 2 kemungkinan, panas, tapi hanya melaluimu, atau berubah menjadi dingin, namun selalu ingat, tetaplah bersiap akan kemungkinan banjir lahar dingin,-derai tangis, yang biasanya menyusul kemudian.
"denganmu, kau akan tetap menjadi orang yang spesial buatku" jawabku sambil kembali menenggak wine
"denganmu, kau tetap akan menjadi perumpamaan pagi buatku, dimana sinar Mentari pagimu menjadi sumber energi untukku, untuk kita agar bisa menghadapi hari." Lanjut ujarku
Aku menegakkan teguhku untuk tetap menatap Ony, membaca bagaimana ini akan mengalir berikutnya. Aku membaca perubahan air mukanya, gestur nya, hingga menerka apa yang sedang dia pikirkan, dan apa yang akan dia sampaikan selanjutnya. Aku sedang membaca untuk dapat menahan serangan lahar.
"kenapa tidak denganku saja?menikahnya, aku sudah mengajakmu menikah saat itu!"
Ony meneruskan serangannya, kali ini diberi sedikit bumbu, tapi aku memastikan dia tidak meneteskan air mata. Sehingga aku dapat menyimpulkan dia sudah bersiap untuk peperangan terakhir yang sedang ia lancarkan saat ini.
*****
"bahkan batu sebesar gunung pun takkan sanggup menahan lahar panas"
*****