Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Lingga keluar dari kamar mandi. Seluruh wajahnya berulang kali di basuh dengan air dingin. Sedikit lega dan terasa dingin tapi tetap saja, tubuhnya seolah belum merasakan kelegaan. Entah kelegaan seperti apa yang di inginkan oleh Lingga.
Langkah kaki Lingga menuju kasur dan masuk ke dalam selimut tebal itu dan berdiam sambil merasakan respon tubuh yang benar -benar tidak bersahabat sekali.
Diko menoleh ke arah Lingga. Ia tahu, ini pasti perbuatan Oma Anna yang menginginkan segera memiliki cucu buyut. Diki juga berusaha menahan rasa yang di hadilkqn dari obat yang sengaja di campurkan dalam minuman itu. Diko nampak lebih tenang, dan membiarkan semua rasa itu mendidih di dalam tubuhnya. Diko hanya mencari cara, bagiamana agar Lingga mau membantunya menyelesaikan kegelisahannya. Obat ini seratus kali lebih kuat, di bandingkan dulu ia di jebak oleh koleganya yang ingin menjatuhkannya dengan mengguyurkan tubuh di bawah guyuran air dingin dari shower.
"Lingga ...." panggil Diko sedikit bergetar.
"Ya Mas," jawab Lingga dengan tubuh yang masih menghadap membelakangi Diko.
"Sini lihat Mas," ucap Diko pelan agar Lingga tidak syok jika tahu ia sedang dalam pengaruh obat yang di berikan Oma Anna.
Lingga merubah posisi tidurnya dan kini menatap ke arah Diko dengan tatapan lekat.
"Kenapa Mas?" tanya Lingga dengan kedua mata terpejam sambil merasakan napas yang begitu memburu.
Diko menyentuh wajah Lingga dan mengusap pelan kulit wajah yang mulus dan putih itu. Jari -jarinya mulai bermain di wajah Lingga dan turun menyusuri hingga pinggang.
"Bajumu basah? Lepas, nanti masuk angin," titah Diko pada Lingga yang kemudian membuka wajahnya. Lingga baru saja merasakan sesuatu yang bikin candu. Ya, jari -jari Diko yang membuat nyaman.
Lingga menggelengkan kepalanya pelan. Lingga sengaja membasahi bajunya dengan air dingin agar ia tetap tenang dan tidak mendidih seperti tadi.
"Biarkan begini Mas. Lingga nyaman seperti ini," jawab Lingga dengan deru napas terus menerus memburu.
"Lepas ya,. Nanti kamu sakit. Besok kita mau ke Belanda. Kamu gak mau kan, moment liburannya terganggu," ucap Diko pelan berusaha membuka kancing kemeja Lingga.
Lingga menatap Diko yang terlihat sendu dan menginginkan sesuatu dari Lingga. Diko membuka kancing kemeja Lingga dan membantu melepaskan kemeja putihnya yang tipis dari tubuh dingin Lingga dan membuangnya ke segala arah.
Diko mulai berani mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh Lingga. Tangan Diko mulai melingkar di pinggang Lingga. Lingga hanya diam, sentuhan itu mampu meredam didihan darah ditubuhnya yang sejak tadi membuat Lingga pusing,
Tubuh kekar dan atletis Diko juga terlihat jelas tanpa tertutupi selimut. Ya, Diko sudah membuka semua bajunya dan hanya tertingal segitiga pengamannya saja.
"Kamu gak mau coba pegang? Cuma mau dilihat saja? Ini milikmu, Lingga, bukan milik orang lain, dan aku berharap tubuh ini juga hanya milikku bukan milik orang lain. Kita lupakan soal pernikahan kontrak itu ya, kita buatkan Oma Anna cucu buyut untuknya. Kamu mau kan? Pernikahan ini tidak akan pernah berakhir?" tanya Diko yang sudah mendekatkan wajahnya dke wajah Lingga yang sama sekali belum menjawab apapun. Getaran tubuhnya membuat semuanya terasa ingin merasakan hal lain yang lebih dari keintiman.
cup ...
Diko sengaja mencium Lingga lebih dulu sebelum wanita itu menjawab. Diko yang sudah menahan nafsunya sejak tadi akibat obat itu membuatnya gila ingin segera melepas semuanya bersama Lingga.
Ciuman itu perlahan dan kemudian memuncak dan semakin memanas dan liar. Diko tak hanya mencium bibir Lingga tapi juga ******* dan menggigit kecil bibir itu.
Tangannya mulai lincah bergerilya mengikuti nuraninya yang ingin menikmati semuanya hari ini tanpa tersisa. Tangan Diko terpaku pada dua bukit kenyal yang begitu terlihat indah dan menggoda sejak berada di dalam kemeja putih tipis tadi.
Ciuman itu terhenti, Diko dengan cepat merubah posisi Lingga terlentang. Lingga terdiam dan mulutnya membuka sedikit. Ada yang hilang dari bibirnya, ciuman yang nikmat harus terhenti dan berganti ciuman di bagian tubuh lain milik Lingga.
"Argh ... Mas Diko, sa- sakit," lirih Lingga berteriak sebisanya. Rasa sakit itu langsung terganti dengan rasa nikmat dan candu.
Hanya teriakan nikmat, ******* lembut dari mulut Lingga setelah sebelumnya Lingga berteriak keras saat pembatas keperawanannya di renggut sedikit paksa dan membuat sakit di area itu.