Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Sosok pelengkap
Mobil silver itu masuk ke halaman rumah Oma Rika yang mewah dan elegan.
Ayu mengedarkan pandangannya menatap rumah dan taman yang tertata dengan cantik dan indahnya.
"Ayo turun!" perintah Fernando lalu turun dari mobil itu dan berjalan ke sisi pintu yang diduduki Ayu lalu membukakannya untuk Ayu.
Ayu tersenyum untuk menyembunyikan kegugupannya. Fernando mengulurkan tangannya dan Ayu pun menyambut tangan itu.
Tangan Ayu yang ada di dalam genggaman Fernando pun bergetar dan berkeringat.
"Rileks, atau kamu akan membongkar sandiwara ini!" tegur Fernando lalu meninggalkan kecuppan di pelipis Ayu.
Fernando harus memainkan perannya sebaik mungkin bukan? Apalagi Oma Rika sudah memperhatikan keduanya dari balik jendela besar itu.
Kecuppan itu bukannya membuat Ayu tenang tapi justru membuat jantung Ayu berjumpalitan kayak orang lagi salto.
Pintu besar itu terbuka lebar dan Oma Rika duduk di kursi rodanya untuk menyambut kedatangan cucu menantunya yang datang hari itu.
"Oma!" Ayu menunduk lalu mencium punggung tangan yang telah keriput kulitnya itu dengan takjim.
"Oma apa kabar?" tanya Ayu sopan.
"Oma nggak pernah merasa sesehat hari ini!" jawab Oma sambil melirik Fernando yang berdiri di sisi Ayu dengan wajah datar.
"Mari kita masuk ke dalam!" Fernando menggiring Ayu dan omanya masuk ke dalam rumah.
Mereka duduk di ruang keluarga yang hangat, beberapa cangkir teh dan beberapa kudapan telah tersaji di atas meja untuk menemani mereka berbincang.
"Nama kamu siapa, Sayang?" tanya Oma sambil menggenggam tangan Ayu lembut.
"Kirana Ayu, Oma!" jawab Ayu sopan.
"Nama yang cantik secantik orangnya!" ucap Oma Rika dengan senyum sumringah.
"Terima kasih, Oma!" ucap Ayu dengan sopan.
"Yang sabar menghadapi Nando, dia memang sekeras itu padahal sebenarnya hatinya baik!" Oma Rika menepuk punggung tangan Ayu dengan lembut.
Ayu menatap Fernando sebentar lalu mengarahkan pandangnya kembali ke Oma Rika.
"Ayu tahu, Oma! Nando memang sangat baik dan tulus!" Ayu mengangguk setuju.
Dalam hatinya Ayu mengakui bahwa Fernando memang sebaik itu, bagaimana Ayu bisa mengatakan Fernando jahat sementara Ayu sendiri mendapatkan mahar sebesar itu belum lagi uang bulanan yang akan diterimanya juga sebanyak itu.
Ayu masih bingung dan pusing memikirkan betapa kayanya dia sekarang ini.
"Syukurlah kalau begitu!" Oma Rika tersenyum ramah.
Sementara Fernando memilih mendengus dengan terang-terangan saat dia mendengar kedua perempuan beda generasi itu membicarakannya di depan matanya sendiri.
Makan malam pun siap, Rika mengajak Ayu dan Fernando untuk makan bersama.
"Mau pakai lauk yang mana, Yang?" tanya Ayu hendak mengambilkan makanan untuk suami palsunya itu.
"Pada dasarnya Nando itu doyan segala macam makanan, Yu! Dia bukan orang yang pilih-pilih!" Oma Rika tersenyum hangat saat melihat ketelatenan Ayu yang melayani Fernando.
Ayu pun meletakkan nasi, beberapa lauk dan sayur ke piring Fernando.
"Kamu juga makan yang banyak!" perintah Fernando dengan nada... datar!
"Baik-baik sama istrimu, Fer! Dalam rumah tangga pasti ada masalah yang datang silih berganti, tetap menyatu dan saling menyayangi sampai maut memisahkan kalian!" Nasihat Oma Rika dengan penuh kasih.
Fernando hanya menganggukkan kepalanya kecil, sedangkan Ayu hanya mengomel dalam hati karena jujur Ayu merasa tak enak hati karena membohongi orang sebaik Oma Rika.
"Ambilkan barang yang tadi aku persiapkan!" perintah Oma Rika kepada perawatnya.
Dengan sopan perawat itu mengangguk lalu berlalu ke kamar tidur utama yang ditempati oleh Oma Rika.
Perawat itu menyerahkan satu kotak perhiasan kepada Oma Rika.
Oma Rika membuka kotak itu lalu menunjukkan isinya kepada Ayu. "Ini perhiasan milik Oma yang Oma simpan sejak dulu untuk istri Fernando!"
Ayu mengerjab bingung saat melihat satu set perhiasan dengan permata blue safir tersebut.
"Oma, Ayu... "
"Terima aja, Hon!" potong Fernando saat Ayu ingin menolak pemberian itu.
Ayu pun menerima pemberian itu dengan berulang kali mengucapkan kata terima kasihnya.
Setelah makan malam itu mereka masih bertahan di rumah besar itu untuk beberapa saat lamanya, sampai kemudian Oma Rika harus beristirahat barulah mereka pulang ke apartemen mereka.
Dari balik jendela kamarnya Oma Rika menatap kepergian cucunya dan istrinya itu. "Aku tahu ini nggak mudah, tapi Oma yakin Ayu bisa meluluhkan hatimu yang telah lama mati!"
Fernando menatap ke arah jendela itu dan melihat omanya masih memperhatikan dirinya dan Ayu.
Fernando membukakan pintu mobil untuk Ayu lalu Fernando berjalan memutar dan masuk ke sisi yang lain.
"Sayang... " panggil Ayu saat mobil sudah meninggalkan rumah besar itu.
Fernando menoleh sesaat lalu kembali menatap ke depan sana.
"Aku merasa nggak pantas menerima hadiah semewah ini!" bisik Ayu sambil mengelus kain beludru yang membungkus kotak perhiasan tersebut.
"Aku nggak mempermasalahkan kamu pantas atau nggak menerima itu, simpan saja, anggap saja seperti hadiah yang lainnya!" ucap Fernando dengan nada santai dan acuh tak acuh.
"Tapi ini pemberian Oma untuk istri kamu, aku merasa... nggak pantas." Ayu menggeleng pelan lalu memejam. Ayu membayangkan bagaimana tulusnya Oma Rika kepadanya meskipun pada pertemuan pertama mereka.
"Kamu istri aku kan? Simpan saja, mungkin aku nggak bakalan bisa kasih ke orang lain selain kamu!" ucap Fernando tetap dengan nada yang sama.
Ayu mengerjab lalu menggenggam kotak itu seolah itu harta yang sangat berharga dan langka.
Begitu sampai ke lobby apartment, Albert membukakan pintu untuk Ayu, lalu Ayu dan Fernando berjalan menuju ke unit mereka.
"Sementara kita tinggal di tempat ini karena aku tahu Oma pasti mengirim orang untuk memata-matai kita!" ucap Fernando saat mereka masuk ke dalam lift.
Ayu mengangguk pelan, memang siapa dia yang berani menolak keputusan Fernando itu, toh apartemen itu kan milik Fernando, Ayu cuman numpang di tempat itu.
Selly menyambut kedatangan mereka saat keduanya masuk ke dalam apartemen itu. Tak lama Albert menyusul di belakang mereka.
"Persiapkan diri kalian, minggu depan kalian berangkat ke London, Albert sudah mempersiapkan semuanya!" Setelah mengatakan hal itu Fernando masuk ke dalam kamar lain.
Ayu menatap punggung lebar itu lalu berbalik menatap Albert. "Beneran aku mau kuliah di London, Pak?" tanya Ayu terkejut karena semuanya seperti mimpi yang tiba-tiba hadir di hidupnya.
"Kuliah, belajar manner dan bisnis, jalan-jalan dan juga shopping!" jawab Albert.
"Wah... kenapa mimpi gue berseri begini sih?! Habis dapet mahar sepuluh milyar, terus dapet warisan perhiasan sebagus dan semahal ini, lalu aku akan pergi ke London untuk melanjutkan kuliah, kalau ini beneran mimpi gue harap gue nggak bakalan bangun lagi!" teriak Ayu kegirangan
Tuk...sebuah sentilan tepat mengenai kening Ayu. Fernando lah pelakunya.
"Lo sedang nggak bermimpi!" celetuk Fernando lalu kembali masuk ke kamarnya.
"Astaga, sakit banget sih sentilannya!" omel Ayu sambil menatap pintu yang kembali tertutup itu.
Selly dan Albert hanya tersenyum samar melihat tingkah laku keduanya. Nggak salah kan kalau mereka ikut berharap untuk kebahagiaan keduanya.