Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU TEMAN LAMA
“Mas, kamu kenapa. Masih ada yang sakit?” Tanya Nadin yang baru saja masuk.
Reno bahkan sampai tidak menyadari kapan masuknya Nadin, di lihatnya Nadin yang berjalan dari arah pintu. Pintu juga sudah terbuka lebar menghilangkan sepotong tangan yang baru ia lihat. Tanpa menjawab pertanyaan Nadin, Reno justru memandang tangan istrinya, putih bersih jadi tidak mungkin jika tangan hitam tadi milik Nadin.
“Mas?” Nadin memegang pundak suaminya karena merasa heran dengan gelagatnya.
“Sudah selesai semua, aku pengen cepat pulang, suntuk di ruangan ini terus.”
Mendengar itu Nadin hanya tersenyum, suaminya ini memang jarang sakit apa lagi sampai masuk rumah sakit jadi wajar jika ia ingin cepat-cepat pulang.
“Sudah kok, ayo katanya mau cepat pulang mama sama papa udah nunggu di mobil.” Nadin membantu Reno untuk bersiap ke luar ruangan.
Sial! Jadi halusinasi gini aku. Batin Reno melangkah perlahan ke luar ruangan.
...****************...
Sejak kepulangan Reno dari rumah sakit kini rumah tangga Nadin kembali adem ayem seperti sedia kala, ia rasa suaminya sudah kembali normal setelah beberapa minggu yang lalu otaknya sedikit konslet. Nadin juga tidak mau mengungkit kejadian beberapa minggu itu, yang terpenting sekarang suaminya sudah seperti sedia kala, suami yang penuh kasih sayang dan selalu mengusahakan Nadin.
Pagi ini Nadin tengah membuat beberapa kue untuk stok etalasenya yang hampir habis. Toko Nadin ini tidak begitu besar bahkan terbilang kecil, ia menjadikan toko itu sebagai tempat meluangkan waktu saja dari pada fokus untuk pengembangannya.
Sambil menunggu roti yang sedang ia oven, Nadin membereskan tatanan roti yang berjajar sedikit tidak beraturan. Tiba-tiba lonceng pintu berbunyi pertanda pintu sedang ada yang membukanya, masuklah seorang wanita memakai hodie hitam dan celana kulot warna senada. Nadin tersenyum lebar melihat siapa yang tengah mengunjungi tokonya siang ini.
“Naya! Kamu kok bisa di sini?” Nadin ke luar dari balik etalase untuk menghampiri tamunya.
“Aku di pindah tugas ke kota ini, jadi sekalian bisa mampir ke tokomu,” jawab wanita bernama Naya itu.
Naya adalah teman masa SMK Nadin, ia juga satu jurusan bersamanya. Naya berasal dari desa yang nekat sekolah di pusat kota dengan alasan ingin merasakan pengalaman sekolah di sini di banding di desanya.
“Oh iya, kamu masih bekerja di tempat yang dulu itu?” Nadin mengajak Naya duduk di bangku tempat pelanggan biasa menunggu.
“Masih dong, tapi sayangnya harus pindah lokasi jadi harus adaptasi lagi.” Jelas Naya mengungkapkan keberatannya.
“Di jalani aja, siapa tau yang di sini lebih nyaman dari yang dulu. Oh iya kok kamu bisa tau aku di sini?” Cerca Nadin penasaran.
“Aku tadi habis dari rumahmu, ternyata kata tante Lusi kamu sudah punya rumah sendiri, dia juga bilang biasanya jam segini kamu berada di toko roti gitu.” Naya menjelaskan dengan mata yang awas melihat sekeliling, menelisik toko yang di jalankan temannya itu.
“Eh gimana kalo kita ngobrol sambil makan di sekitar dekat sini, di samping sana ada tempat ramen gimana jika kita kesana?” Usul Nadin.
“Terus, gimana tokomu siapa yang nunggu?”
“Engga apa-apa aku tutup aja, lagian ini juga dari pagi sepi banget pengunjungnya.”
Naya akhirnya menyetujui untuk mengobrol di luar, mereka berjalan kaki menuju ke sebuah restoran ramen. Tanpa mereka duga di dalam resto sangat padat pelanggan, sepertinya sedang ada kelompok reunian, Nadin mengambil nomor antrian meja dan mereka berdua memesan apa yang ingin mereka makan.
Hanya tersisa tiga bangku saja yang masih kosong, mereka berdua mendapat bangku nomor 21-B di pojok sendiri dekat dengan jendela. Tak lama pesanan mereka sudah jadi, dua mangkuk ramen dengan beberapa tempuran dan gorengan di piring-piring kecil, tidak lupa dua es coklat sebagai minumnya.
”Kamu gimana kabarnya akhir-akhir ini Nad, suamimu masih kerja di konter miliknya itu?” Naya memulai percakapannya.
Mendengar pertanyaan itu seketika Nadin teringat dengan masalah yang belum lama ia alami, ia menimang untuk mengatakannya atau tidak kepada Naya. Sekian detik tidak ada jawaban dari Nadin yang justru sibuk dengan pikirannya sendiri, Naya yang menyadarinya melihata dengan heran, akankan pertanyaannya tadi yang membuat Nadin terbungkam.
"Nad?” Panggil Naya membuyarkan lamunan Nadin.
“Eh, sorry Nay, malah ngelamun aku.” Nadin tersenyum menampilkan deretan gigi depannya. “Baik kok, Cuma beberapa minggu kemarin ada sedikit masalah dengan suami tapi sekarang sudah baikan lagi.” Penjelasan Nadin.
“Masalah di rumah tangga itu sudah menjadi bumbu, yang terpenting bisa sama-sama mengatasi, jangan sampai berlarut-larut.” Gawat Naya sudah mulai dengan ceramah, batin Nadin.
“Iya, pinter banget kamu itu kalo soal menasehati, tapi kamu sendiri belum menikah sampai sekarang.” Cibir Nadin di sela gigitan dimsum di mulutnya.
“Santai Nad, aku masih banyak yang harus aku capai. Lagian masih 23 nyantai dulu gak sih.” Jawab Naya dengan muka songongnya.
“Terserah kamu saja,” Nadin menyedot es coklat sampai menyisakan separuh dari gelasnya.
Naya yang sedang menikmati semangkuk mie ramennya sedikit tidak nyaman dengan indra penciumannya yang sedikit menangkap aroma tidak sedap. Ia menatap Nadin lekat-lekat memastikan aroma ini benar berasal dari Nadin atau orang lain.
Sejak kecil Naya memiliki keistimewaan yang berbeda dari teman-teman sebayanya, ia dianugerahi mata ketiga untuk melihat mereka yang ikut menempati bumi ini selain manusia. Orang-orang menyebutnya hantu, setan, jin, dan masih banyak lagi, karena kemampuannya inilah yang sampai sekarang menjadi kendalanya dalam menjalani hari yang penuh bersinggungan ini. Energi istimewa yang Naya pancarkan membuat banyak entitas dari dunia lain mencoba menarik perhatiannya, selain bisa melihat makhluk yang orang biasa tidak bisa lihat, ia juga bisa merasakan energi jahat yang menyelimuti seseorang.
Sama seperti yang ia rasakan saat ini, Naya menatap Nadin yang memancarkan aroma amis. Aromanya tidak terlalu bisa ia rasakan tapi ia sangat yakin jika Nadin sedang dalam naungan energi jahat pada sekitarnya.
“Nad, kegiatanmu apa saja selain menjaga toko roti?” Naya mencoba mengulik informasi.
“Apa ya?” Nadin mengusap dagunya seolah berpikir. “Tidur, mungkin.” Imbuhnya yang di barengi tawa.
“Pantesan gendutan sekarang,” timpal Naya ikut tertawa.
Meski tertawa mereka berdua keras tapi suaranya teredam dengan ramainya pelanggan di sebelah yang lebih heboh. Meski begitu, Nadin dan Naya tidak terganggu seolah mereka berdua sudah memiliki dunianya sendiri tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
“Tidak ada kegiatan lain lagi aku, apalagi sekarang sudah ada ART yang membantuku membereskan rumah dan juga memasak.” Nadin menjawab pertanyaan Naya sebelumnya.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, terimakasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅